Gaduh Pembatasan Twitter oleh Elon Musk

Shavia Azharra
Binokular
Published in
8 min readJul 6, 2023

Memasuki bulan Juli 2023 media sosial Twitter dibuat gaduh oleh keluhan sejumlah penggunanya. Sebagian warga Twitter mengeluh akunnya tidak bisa memuat ulang halaman linimasa atau timeline. Fitur mesin pencarian aplikasi berlogo burung biru tersebut juga dikeluhkan tidak dapat berfungsi. Hal ini sontak menimbulkan tanda tanya besar bagi pengguna Twitter tanah air juga dunia. Bersamaan dengan keramaian tersebut, sejumlah tagar pun muncul seperti #twitterdown #RIPTwitter yang tampak menduduki peringkat tinggi topik populer (trending topics) dunia.

Trending Topics Dunia Saat Twitter Mengalami Gangguan (Sumber: Twitter)

Keluhan berlanjut dengan munculnya pesan gangguan yang berbunyi “rate limit exceeded” atau “cannot retrieve tweets” di akun pengguna Twitter. Semua keluhan warganet Twitter diarahkan pada Elon Musk, miliuner sekaligus pemilik baru Twitter. Mereka mempertanyakan kebijakan apa lagi yang diterapkan oleh Musk hingga menyebabkan gangguan, mengingat kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kali sejak layanan media sosial itu diambil alih olehnya.

Tak lama setelah itu, Musk berkomentar melalui akun pribadinya. Orang terkaya dunia yang juga pemilik Tesla dan SpaceX tersebut dalam cuitannya mengungkap akan memberlakukan kebijakan baru di Twitter terkait pembatasan untuk mengakses unggahan atau cuitan bagi pengguna Twitter per harinya.

Melalui cuitan awalnya Musk mengungkap akan memberlakukan pembatasan sebanyak 6000 cuitan per hari untuk akun terverifikasi, 600 cuitan untuk akun belum terverifikasi 600 dan 300 cuitan untuk akun baru belum terverifikasi. Kebijakan tersebut menuai reaksi cukup keras dari publik. Musk pun sempat merevisi dengan menaikkan jumlah batas postingan tersebut hingga dua kali.

Cuitan Musk Tentang Pembatasan Akses Postingan Twitter (Sumber: Twitter)

Akuisisi dan Upaya Musk Berantas Akun Bot

Tingginya aktivitas panen data atau “data scraping” serta manipulasi sistem yang terjadi di Twitter disebut menjadi alasan Musk menerapkan kebijakan pembatasan tersebut. Setelah mengambil alih Twitter, Musk memang kerap kali menyuarakan ambisinya untuk dapat memberantas akun bot dari Twitter. Keberadaan akun tersebut dipercaya dapat berpotensi pada pengerukan data publik pengguna Twitter untuk membangun model AI hingga memanipulasi percakapan. Kebijakan komersialisasi akses antarmuka pemrograman aplikasi atau API bagi para pengembang misalnya juga sempat diberlakukan oleh Musk untuk memberantas akun bot.

Upaya terbarunya melalui pembatasan akses jumlah cuitan ini ramai-ramai dikeluhkan oleh pengguna Twitter. Menanggapi keriuhan tersebut, CEO Twitter yang baru ditunjuk pada awal Juni 2023 lalu, Linda Yaccarino, akhirnya bersuara. Melalui akun Twitternya, Yaccarino membela kebijakan yang dikeluarkan Musk sebagai langkah besar untuk memperkuat kinerja Twitter agar dapat melakukan proses deteksi dan eliminasi akun bot juga aktor jahat lainnya yang berpotensi dapat merusak platform.

Pengamat media sosial, Ismail Fahmi, percaya komitmen Musk dalam membasmi akun bot akan berhasil. Menurutnya, kebijakan Twitter pasca-Musk dapat memperlihatkan transparansi hingga berujung pada kepercayaan publik. Upaya Musk khususnya dalam hal perbaikan bahasa komputasi melalui sistem algoritma hingga coding, menurutnya dapat mendorong pesan negatif di Twitter dapat berangsur turun.

Twitter secara resmi berpindah tangan kepada Musk pada Oktober 2022, setelah melalui proses panjang akuisisi yang dimulai sejak Maret 2022. Twitter dibeli oleh Musk secara tunai dengan harga USD 44 miliar atau sekitar Rp635 triliun. Dengan jargon “free-speech” yang terus disampaikannya, Musk mengungkap tujuannya mengakuisisi Twitter adalah untuk menjadikan aplikasi platform media sosial tersebut menjadi lebih bebas bagi setiap orang untuk dapat menyuarakan pendapatnya.

Proses akuisisi Twitter diawali dari Musk yang mengakumulasi sebesar 9% saham Twitter pada April 2022. Rencana tersebut kemudian disetujui oleh Twitter hingga kemudian dibatalkan secara sepihak oleh Musk pada Juli 2022. Alasan pembatalan tersebut lantaran Twitter dinilai tidak memberikan informasi kepada Musk tentang detail jumlah akun palsu dan spam yang ada pada platform media sosial tersebut. Pembatalan pembelian ini berujung pada tuntutan hukum yang dilayangkan Twitter kepada Musk. Namun sebelum persidangan dimulai, Musk pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan penawaran pembelian Twitter dengan total nilai akuisisi sebesar USD 44 miliar tersebut.

Kebijakan “Kontroversial” Ala Musk

Kegaduhan pengguna akun Twitter ini bukan yang pertama kali. Kebijakan pembatasan untuk mengakses postingan Twitter yang disampaikan Musk melalui cuitannya menambah daftar manuver yang telah dilakukan Musk selama dirinya memegang aplikasi platform media sosial tersebut. Salah satu yang paling kontroversial adalah aksi pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran terhadap karyawan Twitter.

Aksi PHK tersebut dilakukan Musk seminggu setelah proses akuisisi Twitter rampung. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 3.700 karyawan Twitter atau setengah dari seluruh karyawan tetap diberhentikan. Apesnya lagi, kabar penghentian tersebut didapat mereka lewat surat elektronik. Tak berhenti di situ, Musk juga melakukan pemecatan kepada sejumlah jajaran eksekutif Twitter termasuk CEO Twitter, Parag Agrawal. PHK ini terus berlanjut kepada karyawan kontrak Twitter lainnya di seluruh dunia. Musk mengklaim tindakannya ini sebagai efisiensi — upaya membersihkan Twitter yang sempat merugi hingga USD 4 juta setiap harinya.

Selain itu, jargon freedom of speech yang digadang-gadang oleh Musk turut dipertanyakan pasca-tindakannya menangguhkan sejumlah akun Twitter milik jurnalis dari sejumlah kantor berita pada Desember 2022 lalu. Tindakan tersebut menyusul perubahan kebijakan yang melarang akun-akun yang melacak perjalanan jet pribadinya melalui informasi yang tersedia untuk umum. Musk melalui cuitannya mengungkap akun yang melanggar kebijakan tersebut akan ditangguhkan selama 7 hari.

Sejumah pakar sempat mengkhawatirkan langkah kontroversial yang diambil Musk termasuk kebijakan terbarunya dalam membatasi akses jumlah cuitan, hanya akan menyulitkan Linda sebagai CEO baru Twitter dalam upayanya memperbaiki hubungan dengan pengiklan yang sempat menarik diri setelah Twitter diambil alih oleh Musk.

Akuisisi oleh Musk diketahui membuat sejumlah pengiklan khawatir tentang keamanan dan stabilitas kinerja Twitter bersamaan dengan sejumlah langkah kontroversial lainnya yang pernah dilakukan oleh orang terkaya dunia tersebut.

Data Pathmatics dikutip dari Alinea menyebut per Januari 2023, diketahui sebanyak 625 dari daftar 1000 pengiklan teratas Twitter telah menarik dana iklan mereka. Pengiklan dengan merek besar tersebut seperti Coca-Cola, Unilever, Jeep, Wells Fargo, hingga Merck. Akibat mundurnya nama-nama besar tersebut pendapatan bulanan dari iklan Twitter diperkirakan anjlok hingga lebih dari 60% dari Oktober 2022 hingga 25 Januari 2023.

Mundurnya pengiklan besar menambah beban kepada Twitter yang sempat kewalahan menghadapi tekanan finansial mulai dari beban bunga yang cukup besar hingga catatan pendapatan yang terus menurun. Selama satu dekade terakhir Twitter tercatat hanya mampu meraup keuntungan di tahun 2018 dan 2019 saja dengan nilai masing-masing sebesar USD 1,2 miliar dan USD 1,5 miliar.

Menghadapi tekanan finansial tersebut, Musk sempat mengeluarkan kebijakan akun berbayar yang diwujudkan melalui fitur premium Twitter Blue. Musk mengungkap upaya ini sebagai salah satu cara bagi Twitter untuk tetap mampu bertahan secara finansial dalam jangka panjang. Fitur tersebut memungkinkan pengguna mendapatkan ikon verified atau terverifikasi berupa logo centang biru pada halaman profil mereka hanya dengan membayar secara berlangganan sebesar USD 8 atau sekitar Rp120.000. Hal ini mengganti kebijakan Twitter pra-Musk yang hanya memberikan centang biru pada akun milik tokoh penting atau figur publik terkenal.

Fitur Twitter Blue juga memungkinkan pengguna untuk menulis cuitan dengan karakter yang lebih panjang dan terbebas dari banyaknya iklan. Meski begitu tampaknya, fitur ini masih belum bisa menarik pelanggan. Forbes mengungkap pada pertengahan Januari 2023, fitur premium tersebut baru berhasil menggaet sekitar 180 ribu akun pengguna Twitter atau sekitar kurang dari 0,2 persen dari seluruh pengguna aktif bulanan Twitter.

Kegaduhan di Media Sosial Twitter

Gangguan atau eror yang dialami Twitter memunculkan sejumlah topik tren (trending topic) di jagat media sosial Twitter lantaran pembahasannya yang ramai diperbincangkan baik oleh pengguna Twitter tanah air maupun dunia. Jangkara memantau keramaian warganet Twitter dalam menanggapi hal tersebut dibantu dengan alat big data Socindex milik PT Nestara Teknologi Teradata. Adapun kata kunci yang digunakan untuk memantau percakapan tersebut adalah “ini twitter” dan “twitter kenapa” di periode waktu 30 Juni hingga 4 Juli 2023. Kata kunci tersebut sempat menduduki urutan tertinggi trending topic Twitter Indonesia.

Topik Tren Percakapan Twitter Indonesia di Hari Twitter Mengalami Gangguan (Sumber: Twitter)

Dari hasil pantauan Jangkara melalui Socindex diketahui bahwa perbincangan mengenai kebijakan baru Twitter diperbincangkan dengan total percakapan mencapai 11.960 talks. Adapun total engagement-nya sebesar 375.344 dan diperbincangkan oleh lebih dari 16 juta akun. Isu ini juga memiliki potensi buzz reach ke sebanyak 84,3 juta akun.

Statistik Percakapan di Twitter dengan Kata Kunci “ini twitter” dan “twitter kenapa” (Sumber: Socindex)

Berdasarkan hasil pemantauan linimasa di Twitter menunjukkan pembicaraan mengenai kebijakan baru Twitter ramai diperbincangkan di tanggal 2 Juli 2023 bersamaan dengan banyaknya pengguna Twitter yang mengeluhkan eror yang kemudian disusul oleh cuitan Musk menanggapi hal tersebut.

Tanggal 2 Juli menjadi puncak ramainya pembicaraan tentang erornya Twitter yang mencapai 5,267 cuitan dengan jumlah applause mencapai 199,594. Percakapan masih tinggi di hari setelahnya pada tanggal 3 Juli 2023 dengan 6,082 cuitan tetapi dengan jumlah applause yang menurun yakni 93,587 applause. Pembicaraan tentang ini pun berangsur turun di hari-hari setelahnya bersamaan dengan kembali pulihnya Twitter.

Linimasa Pembicaraan Erornya Twitter di Twitter (Sumber: Socindex)

Cuitan bersentimen negatif mendominasi perbincangan pada puncak keramaian perbincangan di Twitter di tanggal 2 Juli 2023 yakni mencapai 4,261 cuitan. Cuitan bernada negatif didominasi oleh keluhan pengguna Twitter tentang erornya Twitter dan ketidaksetujuan mereka akan kebijakan pembatasan Twitter yang disampaikan oleh Musk melalui cuitannya.

Sentimen Pembicaraan Erornya Twitter di Twitter (Sumber: Socindex)

Keluhan pengguna Twitter tentang erornya dan kebijakan pembatasan Twitter pun menjadi top likes dan top retweets perbincangan di Twitter. Keluhan tersebut banyak disampaikan melalui cuitan dari akun pribadi atau perorangan yang tampak menduduki peringkat pertama top likes dan retweets. Top likes tertinggi diduduki oleh cuitan dengan jumlah likes mencapai 64,7 likes. Sementara top retweets tertingginya ada pada cuitan dengan jumlah retweets mencapai 16,8 ribu.

Top Likes dan Retweets Pembicaraan Erornya Twitter di Twitter (Sumber: Socindex)

Sepinya Pemberitaan di Media Konvensional

Berbanding terbalik dengan keramaian di Twitter, isu gangguan Twitter tidak mengundang keramaian pemberitaan di media konvensional. Melalui alat big data Newstensity milik PT Nestara Teknologi Teradata, Jangkara memantau pembicaraan tentang topik tersebut. Adapun rentang waktu pemantauan adalah pemberitaan dari tanggal 30 Juni hingga 4 Juli 2023.

Sejumlah kata kunci di antaranya seperti “twitter down” “twitter error” hingga “rate limit twitter” dipantau untuk melihat bagaimana isu ini disampaikan di media konvensional. Hasilnya, setelah melalui tahap penjaringan, ditemukan jumlah pemberitaan yang hanya mencapai 96 berita saja. Sama halnya dengan puncak keramaian di Twitter, tanggal 2 Juli menjadi puncak isu ini diberitakan di media yakni sebanyak 50 berita.

Lini Masa Pemberitaan Erornya Twitter (Sumber: Newstensity)

Sentimen negatif mendominasi pemberitaan tentang erornya Twitter yakni hingga mencapai 63 berita. Sejumlah headlines bernada negatif memberi label merah pada berita-berita mengenai gangguan yang dialami Twitter. Headlines dengan kata “ulah” atau “gara-gara” yang mengarah pada Musk cukup banyak mengisi pemberitaan negatif mengenai gangguan yang dialami Twitter. Melihat pada isinya juga tidak sedikit pemberitaan yang berfokus pada keluhan pengguna, tanggapan pengamat teknologi hingga daftar kebijakan kontroversial yang pernah dikeluarkan oleh Twitter sejak diakuisisi oleh Musk.

Sentimen Pemberitaan Erornya Twitter (Sumber: Newstensity)

Sementara dari hasil analisis word cloud ditemukan sejumlah kata kunci yang muncul dalam pemberitaan tentang erornya Twitter seperti “elon musk”, “batasi”, “kebijakan”, “mengeluh” dan lain sebagainya.

Analisis Word Cloud Erornya Twitter (Sumber: Newstensity)

Epilog

Manuver nyentrik ala Musk setelah akuisisi Twitter tidak jarang menimbulkan reaksi negatif dari publik. Tindak tanduknya yang tidak pernah terlepas dari kontroversi dinilai oleh sejumlah pihak dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup salah satu perusahaan raksasa teknologi tersebut. Di tengah polemik kebijakan yang dikeluarkan petingginya, publik masih berharap Twitter dapat tetap bertahan — berharap keberadaannya mampu mewadahi ragam kebutuhan bermedia sosial hingga mewujudkan kebebasan berpendapat sebagaimana klaim Musk dalam jargonnya.

--

--