Hore! Kasus Harian Covid-19 Tembus Rekor Baru

Indra Buwana
Binokular
Published in
7 min readJun 23, 2021

Apes benar Presiden Joko Widodo. Di hari ulang tahunnya ke-60 yang jatuh pada tanggal 21 Juni 2021, Presiden Jokowi mendapat kado grafik kasus harian Covid-19 di Indonesia yang meroket kembali. Ada penambahan 14.536 kasus positif Covid-19 pada tanggal 21 Juni 2021. Angka ini lebih tinggi daripada puncak sebelumnya yang terjadi pada tanggal 30 Januari 2021 di titik 14.514 kasus. Ada satu milestone lain yang berhasil diraih Covid-19 di Indonesia, kasus kumulatif Covid-19 di Indonesia sudah menembus angka dua juta.

Puncak kedua kasus harian Covid-19 di Indonesia diwarnai dengan tingginya angka keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio atau BOR) di rumah sakit. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan bahwa keterpakaian tempat tidur untuk isolasi Covid-19 di DKI mencapai 90% dan ICU 81%.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo pun mengungkap kondisi serupa. Ada beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah dengan BOR lebih dari 90%. Daerah-daerah tersebut meliputi Demak, Grobogan, Jepara, Pati, Rembang, Sragen, Solo, Salatiga, Kendal, Kabupaten Semarang, dan Kota Semarang.

Tren kenaikan kasus Covid-19 harian di Indonesia mulai muncul pada pertengahan Mei 2021, lebih tepatnya pasca Idul Fitri 2021 yang jatuh pada tanggal 12–13 Mei 2021. Tanggal-tanggal yang berdekatan dengan Idul Fitri memang kerap digunakan untuk mudik atau berkunjung ke sanak saudara. Inilah yang dijadikan kambing hitam oleh pemerintah sebagai penyebab naiknya kasus Covid-19.

JIka mengutip perkataan epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono, bukannya herd immunity atau kekebalan kolektif yang diraih, Indonesia alih-alih malah mengalami kondisi herd stupidity. Herd stupidity pun sempat menggema menjadi trending di Twitter Indonesia pada tanggal 21 Juni 2021.

Pandu beralasan karena perilaku manusia Indonesia yang malah mendorong virus bereplikasi dengan tidak berperilaku 5M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi) dan enggan divaksinasi. Namun, saya yakin pembaca Tilik Binokular selalu menaati 5M.

Akan sangat naif jika hanya menuding masyarakat awam sebagai biang keladi naiknya kasus Covid-19 (ya meskipun banyak yang ngeyelan juga sih). Jika membuka dosa-dosa pengampu kebijakan sejak awal pandemi hingga sekarang, bukan hal yang musykil untuk meramalkan bahwa Covid-19 di Indonesia akan bertahan dalam waktu yang cukup lama.

Varian Delta

Naiknya kasus Covid-19 diikuti dengan temuan virus SARS-Cov-2 B.1.617.2 atau varian Delta di Indonesia. Varian Delta adalah salah satu di antara empat varian virus Covid-19 yang masuk ke dalam kategori Variants of Concern (VOC) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Varian Covid-19 yang masuk ke kategori VOC adalah varian-varian yang telah terbukti memiliki keterkaitan dengan peningkatan penularan, memperparah gejala klinis, serta bisa berpengaruh pada penurunan efektivitas vaksin. Varian Delta sendiri pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020 dan ditetapkan sebagai VOC pada tanggal 11 Mei 2021.

Varian Delta menjadi varian dominan yang menjadi salah satu penyebab badai Covid-19 di India. Gelombang kedua pandemi Covid-19 di India yang terjadi pada sekitaran April-Mei 2021 pernah mencatatkan rekor hingga empat ratus ribu kasus harian. Kasus total di India mencapai lebih dari 22 juta kasus pada waktu itu. Kejadian itu disinyalir karena Varian Delta berkemungkinan lebih mudah menular dari satu inang ke inang lainnya.

Dari lansiran Theguardian.com, Varian Delta telah ditemukan di 74 negara. Dikhawatirkan, Varian Delta bakal menjadi varian dominan virus Covid-19 di dunia. Di Amerika Serikat, sekitar 10% dari kasus baru merupakan Varian Delta. Sedangkan di Inggris, kasus Varian Delta mencapai 90%.

Sedangkan di Indonesia, Kabupaten Kudus Jawa Tengah menjadi salah satu episentrum lonjakan Varian Delta melalui transmisi lokal. Penelitian yang dilakukan Tim Peneliti Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keprawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) terhadap lonjakan kasus Covid-19 menemukan bahwa 28 dari 34 sampel virus dari Kudus adalah Varian Delta. Varian Delta di Kudus terindikasi menyebar pada periode pasca Lebaran 2021 melalui transmisi lokal. Ketua Pokja Genetik FKKMK dr. Gunadi Ph.D., Sp.B.A. berspekulasi bahwa Varian Delta sudah muncul di daerah lain.

Spekulasi Gunadi nyata adanya. Varian Delta pun ditemukan di Karawang, Jawa Barat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan Varian Delta yang diambil dari sampel 44 pasien Covid-19 yang berasal dari Karawang, dari total 61 sampel yang sudah berhasil diidentifikasi. Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Anggia Prasetyo Putri menyatakan bahwa angka tersebut belum tentu merepresentasikan beredarnya varian Covid-19 di lapangan. Maka dari itu, Anggia menyarankan agar upaya pemantauan, penelusuran, dan investigasi dilakukan dengan lebih mendalam.

Langkah Pemerintah?

Pemerintah mengambil langkah untuk menerapkan kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat berskala mikro (hingga tingkat RT) atau PPKM Mikro mulai tanggal 22 Juni 2021 hingga 5 Juli 2021. Inti aturannya kurang lebih sama dengan PPKM Mikro yang pernah diterapkan sebelumnya.

PPKM Mikro seakan jadi solusi gali lubang-tutup lubang bagi pemerintah. Fair saja, memang terjadi penurunan kasus Covid-19 pasca diberlakukannya PPKM Mikro pada 9 Februari setelah sebelumnya memuncak pada tanggal 30 Januari 2021. Namun, penurunan tersebut tidak benar-benar berhasil menekan penyebaran Covid-19 dan kasus malah kembali memuncak.

Pakar epidemiologi Universitas Airlangga Windhu Purnomo menyatakan bahwa pemberlakuan PPKM Mikro tidak efektif melihat meroketnya kembali kasus Covid-19. Rendahnya testing dan tracing masih menjadi masalah pelik yang masih belum kelar diatasi oleh pemerintah sejak awal pandemi.

Meski demikian, capaian vaksinasi mulai menunjukkan harapan. Data vaksinasi pada tanggal 22 Juni 2021 menunjukkan sudah ada 23.789.884 penerima suntikan pertama dan 12.514.917 penerima suntikan kedua. Penambahan penerima suntikan pertama pada tanggal 22 Juni 2021 pun mencapai 524.111 orang dan penerima suntikan kedua mencapai 194.531 orang. 700 ribuan orang per hari, bos!

Angka 700 ribu penerima vaksin tampaknya sudah cukup besar. Namun, pemerintah berambisi untuk mencapai target vaksinasi satu juta orang sehari. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin optimis bahwa target tersebut bisa dicapai pada awal Juli 2021. Lagipula, Indonesia sudah mendapat komitmen dari beberapa produsen vaksin Covid-19 sebanyak lebih dari 360 juta dosis vaksin baik lewat jalur bilateral maupun multilateral.

Sayangnya, penerima vaksin mesti melalui tahapan birokrasi terlebih dahulu. Pendaftar vaksin luar daerah perlu mengurus surat domisili atau surat keterangan kerja terlebih dahulu jika ingin mendaftar vaksinasi secara mandiri di daerah yang berbeda dengan KTP yang dimiliki. Well, saya sendiri perlu mengurus perintilan itu sebelum mendapat suntikan AstraZeneca.

Merujuk keterangan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, surat keterangan domisili diperlukan berkaitan dengan akuntabilitas penggunaan vaksin. Hal itu dikarenakan distribusi vaksin Covid-19 dilakukan berdasarkan jumlah penduduk di provinsi warga pelaksana vaksinasi. Melihat keterbatasan suplai vaksin di masing-masing daerah, langkah ini bisa diwajarkan sih. Yang penting jangan ada pungutan liar ya sewaktu mengurus surat domisili.

Pantauan Media

Dari penelusuran Newstensity, ada 421 artikel tentang rekor kasus Covid-19 terbaru yang dipilah di tanggal 19–23 Juni 2021 pukul 12.00. Puncak berita terjadi pada tanggal 22 Juni 2021 sejumlah 206 berita dalam satu hari. Hal ini wajar terjadi karena perilisan jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia dilakukan sekitar pukul 16.00 sehingga media baru banyak merilis update pada jam-jam setelahnya. Jumlah berita surut dengan cepat pada hari berikutnya.

Ada yang menarik jika menilik persebaran beritanya. Meskipun hanya 421 berita, persebaran berita merata di seluruh provinsi. Artinya, isu Covid-19 masihlah menjadi isu penting yang perlu mendapat sorotan semua pihak.

Sentimen pemberitaan didominasi oleh sentimen negatif dengan 334 artikel atau 75% dari total pemberitaan topik rekor baru Covid-19. Sedangkan sentimen lainnya terdiri dari 82 berita netral (20%) dan 22 berita positif (5%). Ketimpangan proporsi sentimen ini wajar terjadi ketika muncul topik pemberitaan mengenai musibah atau bencana, dalam konteks ini adalah Covid-19.

Artikel dari cnbcindonesia.com yang berjudul “Covid-19 Meroket, Kasus Kematian di Jakarta Cetak Rekor” mendapat sentimen negatif karena menyorot angka kematian yang turut naik, mengikuti kasus Covid-19 yang memuncak. Artikel dari suarainvestor.com pun mendapat sentimen yang berjudul “Kasus Covid-19 Meroket, Hafisz: Target Pertumbuhan 7–8 Persen Makin Sulit Tercapai” karena mengangkat dampak melonjaknya Covid-19 yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.

Rekor baru Covid-19 memicu munculnya berbagai dampak buruk yang mendapat respon dari banyak pihak. Seruan untuk melaksanakan pembatasan kegiatan masyarakat turut dimuat oleh media. Langkah pemberlakuan PPKM Mikro yang diambil pemerintah pun selaras dengan seruan tersebut. Berita-berita seperti ini kerap mendapat sentimen netral dari Newstensity.

Artikel dari kompas.com yang berjudul “PPKM Mikro 22 Juni-5 Juli: Restoran Dine-In 25 Persen, Tutup Jam 20.00” adalah salah satu contohnya. Artikel tersebut berfokus pada beberapa aturan yang bakal diterapkan bagi restoran pada masa PPKM Mikro 22 Juni-5 Juli 2021. Pun artikel dari detik.com dengan judul “Desakan Jakarta Lockdown Menggema, Ini Fakta Kasus Corona Ibu Kota” yang memuat seruan untuk melaksanakan lockdown.

Covid-19 seperti bom waktu. Bisa meledak kapan saja tanpa ada yang tahu. Pecahnya rekor Covid-19 di Indonesia adalah salah satu bentuk ledakan itu. Dampaknya pun tidak main-main. Lebih-lebih Indonesia sudah disusupi Covid-19 Varian Delta yang terindikasi memiliki kemampuan penularan yang lebih cepat. Ancaman Covid-19 yang tak kunjung usai ini memang perlu dihalau dengan kolaborasi kolektif. Rakyat yang saling menjaga dan kebijakan pemerintah yang konsisten bisa jadi adalah kunci keberhasilan penanggulangan pandemi. Jika tidak, ya siap-siap lonjakan lagi.

update: kasus harian positif Covid-19 di Indonesia memecahkan rekor kembali pasca tulisan ini diunggah, yaitu 21.342 kasus Covid-19 baru pada tanggal 26 Juni 2021.

--

--