Joki Strava: Pamer Lari Cepat Tanpa Keringat

Indra Buwana
Binokular
Published in
6 min readJul 12, 2024
Ilustrasi: Aan K. Riyadi

Istilah joki Strava sedang viral di media sosial. Joki Strava merujuk pada seseorang yang berolahraga dan menggunakan aplikasi Strava atas nama orang lain dengan imbalan tertentu. Viralnya joki Strava ini mengarah ke komunitas para pelari untuk mencetak catatan lari yang impresif, meskipun ada pula pegiat olahraga bersepeda yang sempat familiar dengan istilah ini.

Seorang Joki Strava perlu memiliki kemampuan lari yang mumpuni. Joki Strava harus mampu untuk berlari dengan jarak yang jauh, durasi cukup lama, serta kecepatan lari yang kencang. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan target lari tertentu, meskipun penyewa joki belum mampu untuk mendapatkan capaian tersebut. Maka tidak heran jika ada joki Strava yang memasang kemampuan berlarinya di akun media sosialnya.

Apa Itu Strava?

Lari menjadi salah satu olahraga yang terus mengalami kenaikan tren. Dengan berkembangnya teknologi, para pelari sudah ditunjang dengan berbagai aplikasi untuk melacak performa dan aktivitas mereka ketika melakukan olahraga ini. Strava adalah salah satunya. Aplikasi ini memanfaatkan Global Positioning System (GPS) untuk melacak performa pelari.

Strava mampu menampilkan data pelari, mulai dengan jarak lari, durasi lari, dan lainnya. Dengan aksesoris yang yang dilengkapi sensor kesehatan, seperti smartwatch, smartband, atau heart-rate monitor tertentu, Strava juga dapat menampilkan data pelari dengan lebih detail, seperti data detak jantung, intensitas lari, dan lainnya. Hasil lari dengan pantauan Strava itu bisa diunggah ke akun media sosial penggunanya.

Gambar 1. Contoh unggahan aplikasi Stava di media sosial (sumber: strava.com)

Mengunggah performa larinya Strava di media sosial menjadi hal yang lumrah. Hal ini pun membuat popularitas Strava menjadi semakin naik. Namun, ada yang unik yang muncul dari kegiatan unggah-mengunggah hasil Strava ini, yaitu munculnya joki Strava.

Ada Jasa, Ada Harga

Joki tidak akan berlari jika tidak ada imbalan. Kompas.com merilis artikel yang memuat harga yang dibanderol oleh pihak-pihak yang menawarkan jasa joki Strava melalui sosial media. Misalnya, akun Instagram @jasajokilari yang dikelola oleh El (nama samaran) menawarkan jasa joki untuk acara lari atau sekadar menemani penyewa untuk berlari. El berdomisili di kawasan Tangerang.

Gambar 2. Catatan lari penyedia jasa joki Strava @jasajokilari (sumber: Instagram)

Kemampuan lari El cukup mumpuni. Dari unggahannya, ia mempunyai catatan telah berlari sebanyak 538 kali dengan jarak tempuh total 2.109 kilometer. Pace rata-ratanya pun cukup cepat, yaitu pace 6. Kecepatan lari El makin kencang untuk lari jarak pendek kategori 5K, yaitu pace 4 dan kategori 10 K di pace 5.

Ia mematok harga Rp2.000 per kilometer untuk berlari dengan kecepatan pace 7 ke atas. Harga naik menjadi Rp2.500 per kilometer untuk pace 6–7 dan menjadi Rp3.000 untuk pace 5–6. Untuk menyewa jasa @jasajokilari, calon konsumen dapat menghubungi melalui akun Instagram untuk kemudian menentukan pilihan pace dan jarak yang diinginkan.

Joki Strava tidak hanya beroperasi di daerah Jabodetabek. Dari penelusuran di X, ada juga joki serupa di daerah-daerah lain, seperti di Bandung, Magelang, dan daerah lainnya.

Bermula dari X

Gambar 3. Unggahan @bibilangsayang tentang joki Strava (sumber: Socindex)

Viralnya isu joki Strava belakangan ini terpantau oleh Socindex bermula dari unggahan akun @bibilangsayang pada 29 Juni 2024 yang menawarkan jasa joki Strava dengan kustomisasi pace, jarak, dan lainnya. Unggahan @bibilangsayang yang kini telah dihapus itu sempat ditangkap layar oleh @damrawan dan diunggah sebagai balasan cuitan seseorang.

Grafik 2. Statistik keyword perbincangan joki Strava di X periode 29 Juni-11 Juli 2024 (sumber: Socindex)

Setelahnya, baru istilah joki Strava mendapatkan momentum untuk naik menjadi perbincangan khalayak di X. Dari pantauan Jangkara Data Lab menggunakan Socindex terhadap keyword “joki strava” dan “joki lari”, percakapan tentang joki Strava di X mendapatkan total engagement sebanyak 151.933 engagement, 324 talk yang mengandung keyword tersebut yang diunggah oleh 286 akun, 114.873 applause, dan 2.409.948 audience. Buzz reach atau potensi penyebaran maksimal unggahan yang mengandung keyword “joki strava” dan “joki lari” ada di angka 85,5 juta akun.

Grafik 3. Top tweet perbincangan keyword perbincangan joki Strava di X periode 29 Juni-11 Juli 2024 (sumber: Socindex)

Di X, jenis perbincangan tentang joki Strava yang banyak mengundang massa adalah perbincangan dengan nuansa humor. Cuitan top tweet yang berasal dari Adhin @adnardn memuat unggahan foto pelaku penipuan yang berpakaian lari yang kasusnya sempat viral di X beberapa tahun yang lalu. Begitu pun unggahan dari Rizal do @afrkml dengan celotehannya, アルダちゃん @aldaptsr dengan foto karakter permainan ponsel Subway Surfers yang merupakan permainan orang berlari halang rintang di rel kereta api, dan 4 @ishisaki dengan video orang yang berlari di atas kereta berjalan.

Gambar 4. Unggahan top tweet di X tentang joki Strava (sumber: X)

Perbincangan di X tentang joki Strava pun tidak jauh-jauh dari guyonan dan cemoohan terhadap adanya fenomena ini. Meskipun demikian, tetap ada orang-orang yang memanfaatkan momentum ini untuk menawarkan jasa joki lari.

Grafik 4. Volume berita harian joki Strava periode 29 Juni-11 Juli 2024 (sumber: Newstensity)

Ramainya perbincangan di X lantas turut dimuat di media. Pemantauan di media menggunakan Newstensity selama 29 Juni hingga 11 Juli 2024 menangkap 264 berita terkait topik tersebut. Puncak volume berita terjadi pada tanggal 5 Juli 2024.

Sorot media dalam menguliti fenomena ini tidak berkutat pada kronologi viralnya joki Strava saja. Kompas.com seperti yang telah disebutkan sebelumnya berkomunikasi dengan salah satu penyedia jasa joki Strava untuk mengetahui harga yang ditawarkan. Penyedia jasa joki Strava biasanya tidak membeberkan tarifnya di muka. Ada pula media-media yang membahas fenomena ini dengan penjelasan dari psikolog profesional.

Ajang Cari Validasi

Ada beberapa hal yang dapat diamati dari fenomena ini. Semakin berkembangnya olahraga lari di Indonesia membuat olahraga ini mengalami sedikit pergeseran nilai. Lari terindikasi mulai menjadi olahraga yang dijadikan ajang pamer, dari perlengkapan lari yang mahal dan yang terkini adalah capaian lari via Strava.

Salah satu pendorongnya karena adanya pengaruh kuat media sosial yang membuat pelari memiliki keinginan untuk tampil dan mencitrakan diri dengan baik. Dari artikel yang diunggah detik.com, psikolog kinis Anastasia Sari Dewi menuturkan salah satu faktor pendorong orang menggunakan jasa joki Strava adalah ingin mendapatkan validasi dari media sosial.

Selain itu, ada pula faktor konformitas yang dapat diartikan dalam psikologi sosial yaitu jika sebuah hal dilakukan oleh banyak orang, maka itu hal tersebut bisa saja dianggap sebagai sesuatu yang benar. Anastasia mengingatkan bagi mereka yang haus validasi media sosial untuk segera berhenti karena dapat memberikan efek tidak baik bagi diri sendiri karena mewajarkan hidup dalam “kepalsuan” dan merasakan sensasi-sensai palsu.

Dilansir kompas.com, Ketua Lembaga M.eureka Psychology Consultant yang juga seorang psikolog Meity Arianty untuk menghindari fear of missing out (FOMO) atau perasaan yang takut ketinggalan tren tertentu, setiap orang perlu mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai. Suatu kesukaan bisa diketahui dengan cara mengambil tes psikologi, memperkenalkan banyak aktivitas sedari kecil untuk mengetahui minatnya, berkonsultasi dengan tenaga ahli untuk lebih mengetahui diri sendiri, dan dapat juga mencoba berbagai kegiatan hingga akhirnya menemukan aktivitas yang disukai.

Penutup

Fenomena joki Strava menjadi ekses dari tingginya minat masyarakat terhadap olahraga lari. Kemunculan Joki Strava menunjukkan pergeseran nilai dalam olahraga lari, di mana validasi media sosial menjadi lebih penting daripada sportivitas dan pencapaian diri yang jujur. Edukasi dan kesadaran dari berbagai pihak diperlukan untuk membangun ekosistem dan budaya olahraga lari yang sehat, di mana capaian yang baik perlu diraih dengan usaha, bukan malah menggunakan cara yang curang hanya demi citra.

--

--