Kisah Ronin Bernama Susi Pudjiastuti

Fajar Yudha
Binokular
Published in
4 min readAug 28, 2020

Kiprah Susi Pudjiastuti sebagai menteri Kelautan dan Perikanan resmi berhenti bersama dengan habis jabatan Joko Widodo dari kursi kepresidenan periode pertama. Sialnya dia tidak terpilih untuk kembali menduduki kursi Kabinet Indonesia Maju besutan Jokowi-Ma’ruf. Mungkin bagi Jokowi kinerja Susi dinilai kurang apik. Bisa jadi sikap blak-blakan, anti kompromi dan anti toleran dalam menangani permasalahan di bidang kekuasaannya yang jadi sebab. Dalam menangani kasus illegal fishing contohnya, “tenggelamkan!” begitu kira-kira aksinya.

Sebelum terkenal sebagai menteri dengan gaya yang nyentrik. Dia sudah terlebih dahulu eksis sebagai pedagang ikan dan pengusaha penerbangan bernama Susi Air.

Susi memulai bisnis besarnya itu sebagai pengepul ikan di Pangandaran setelah berhenti sekolah. Lambat laun bisnis ikannya mampu melejit hingga Susi dapat mendirikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product pada 1996. Perusahaan ini bergerak di bidang ekspor hasil laut dengan produk unggulan lobster bermerek Susi Brand.

Setelah sukses sebagai eksportir hasil laut, Susi melakukan ekspansi bisnis dengan merambah bidang transportasi. Dia membangun moda transportasi udara bernama Susi Air. Awalnya Susi Air digunakan untuk mengantar penjualan hasil laut dari perusahaan Susi. Kini Susi Air dijadikan moda transportasi udara untuk umum dengan rute-rute pedalaman terpencil di Indonesia.

https://herstory.co.id/read15/lika-liku-perjalanan-bisnis-susi-pudjiastuti-mulai-dari-pengepul-ikan-hingga-jadi-menteri-yang-inspiratif

Saat Jokowi-Kalla memenangkan kontestasi politik sebagai presiden dan wakil prasiden. Susi dipanggil untuk mengisi kursi menteri Kelautan dan Perikanan. Barulah wanita yang mengaku bisa mencium aroma laut dari jarak 5 km itu dikenal sebagai Menteri.

Belum lama menjabat sebagai menteri, Susi sudah memberi sebuah gebrakan baru. Di saat tokoh politik lain lebih menghendaki cara-cara diplomatis dan penuh toleransi. Susi justru tampil berbeda dengan sikap anti toleran dan anti kompromi melalui karya politiknya.

Slogan “tenggelamkan!” menjadi citra Susi yang terbangun dari kebijakan menenggelamkan kapal illegal fishing yang santer di perairan Indonesia. Kebijakan yang anti kompromi ini secara perlahan menjadikan sosok Susi lebih populis di kalangan masyarakat. Pamornya ini bahkan tetap bertahan hingga masa jabatan sebagai menteri berakhir. Bahkan sampai saat ini slogan “tenggelamkan” masih lekat dengan namanya.

Tidak hanya itu, sebagai salah satu tokoh politik, ketenaran nama Susi dinilai masih lekat dengan masyarakat Indonesia. Bahkan namanya sempat trending di Twitter saat diketahui tidak dipilih kembali oleh Jokowi dalam Kabinet Indonesia Maju. Kabar ini lantas ramai diperbincangkan pengguna Twitter dengan nada sedih dan kekecewaan karena Susi tidak terpilih kembali sebagai menteri.

Kini Susi sibuk mengurus bisnisnya usai jabatan menteri berakhir dan tidak terpilih menduduki bangku istana lagi. Selain itu, dirinya juga memandu acara dengan judul Susi Cek Ombak di Metro TV.

Dalam kiprah sebagai menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dikenal tegas tanpa kompromi. Tapi, di balik aksi politiknya itu, Susi justru juga membangun antitesa untuk dirinya secara perlahan. Membuat gerakan koalisi anti Susi muncul ke permukaan.

Akibatnya langkah politik Susi dalam kabinet sempat terhenti. Dalam kebijakan cantrang contohnya. Susi terpaksa mencabut larangan penggunaan cantrang bagi nelayan.

Hal ini memperburuk citra Susi yang berulang kali mengatakan bahwa kebijakan sudah final. Tapi dirinya terpaksa kalah dengan instruksi Jokowi untuk mencabut larangan penggunaan cantrang. Dengan begini Susi resmi kalah dari lawannya, koalisi anti Susi. Puncaknya pada tidak dipanggil kembali dirinya menjadi menteri Kelautan dan Perikanan.

https://theconversation.com/riset-ungkap-mengapa-susi-pudjiastuti-tidak-menjadi-menteri-lagi-pada-periode-dua-jokowi-144359

Berhenti sebagai menteri bukan berarti tanda Susi akan berhenti dari dunia politik. Justru dengan begini kesempatannya memberi sumbangsih di bidang politik lebih terbuka lebar tanpa hambatan. Pasalnya Susi akan sedikit bebas dari pengaruh politik. Hal ini bukan tanpa sebab. Dirinya dikenal tidak memiliki afiliasi dengan partai politik sejak di kursi menteri. Susi juga lebih bebas karena tak jadi menteri.

Terlebih kemungkinan dirinya masuk dalam jurang politik terbuka lebar. Jika menilik kehidupan Susi yang sudah serba berkecukupan sebagai seorang pebisnis sukses. Besar kemungkinan dirinya akan mendalami dunia politik.

Sebab apalagi yang akan dikerjakan di masanya saat ini. Dirinya sudah mengenyam pahit pekerjaan di lapangan, sukses dengan bisnis, dan terkenal menjadi public figure yang sering keluar masuk TV. Dengan begitu Susi bisa dianggap sudah cukup dengan kehidupan dan pekerjaan pribadinya.

Lagipula dedikasi dan kecintaannya terhadap laut Indonesia sangat tinggi. Ditambah lagi pamor sebagai tokoh politik yang kuat. Menjadi modal besar dirinya bisa survive di dunia politik.

Terlepas dari itu, membicarakan dedikasi dan kebebasannya, membuat dirinya patut dinilai lebih. Tidak berlebihan menyamakannya sebagai seorang ksatria berpedang dari Jepang. Samurai, yang bebas tentunya. Ksatria samurai yang tidak memiliki tuan.

Susi adalah seorang ronin!

Beberapa waktu lalu Susi membuka lowongan kerja bagi lulusan S1 dan D3 untuk bergabung di kantor Susi Pudjiastuti. Dia membutuhkan orang-orang dengan keahlian media visual (foto dan video) dan manajemen kantor. Dari lowongan yang dibuka ini terlihat tendensi Susi akan membuat sebuah media.

Sebelumnya Susi memang memiliki chanel YouTube sendiri. Namun, jelas lowongan macam yang dibuka Susi bukan cuma untuk mengisi kanal YouTubenya saja. Telalu berlebihan untuk lowongan manajemen kantor. Lalu apa jawaban dari pertanyaan besar mengapa Susi membuka lowongan tersebut?

https://twitter.com/susipudjiastuti/status/1293811644007501824

Sang ronin, mungkin belum berpedang.

Kebebasannya yang sejalan dengan akses dan sarana, alias bebas pula (tidak ada), bisa jadi alasannya.

Aktivitas politik yang bisa jadi pilihan logis bagi Susi akan sulit ditempuh akibat kebebasannya. Susi sang ronin tidak punya partai politik. Tidak juga disokong organisasi. Tentu hal ini membuat Susi bagai ronin tanpa pedang. Meski masih memiliki pamor yang tinggi, dirinya tidak memiliki akses dan sarana.

Sang ronin butuh pedang!

Lalu apa pedangnya?

Media!

Susi memang sudah memiliki acara TV sendiri. Tapi, di media milik Surya Paloh yang merupakan pemimpin partai Nasdem. Tentu hal ini membuat opini politik Susi terbatas pula. Apalagi dengan gayanya yang blak-blakan dan anti kompromi.

Lantas dia membutuhkan sebuah media. Tentunya yang mengakomodasi Susi secara lebih bebas dengan gaya khasnya. Dengan memiliki media sendiri, dirinya bisa berbicara lebih leluasa. Memberi opini dan pandangan di berbagai bidang.

Dengan begitu, Susi akan menjelma sebagai seorang ronin berpedang. Ronin politik Indonesai.

--

--