Seminggu yang lalu (22/11), Anies Baswedan di akun Twitternya mengunggah foto dirinya sedang membaca buku. Sebagai mantan akademisi dan dosen, membaca buku adalah sebuah keniscayaan. Tapi yang menarik perhatian dan tanggapan warganet adalah judul buku tersebut: How Democracy Dies. Buktinya, foto tersebut mendapatkan 3,9 ribu replies, 3,6 ribu retweet, 2,4 ribu quote retweet, dan 32,4 ribu likes. Saking viralnya, gaya foto beliau diikuti oleh para netizen yang berpose ssama.
Foto ini juga mendulang banyak komentar dari pejabat dan politikus. Tsamara Amany, Ketua DPP PSI menyebutkan kegiatan Anies “memalukan” karena membaca buku alih-alih melakukan contact tracing untuk mereka yang mendatangi pernikahan Najwa, anak Rizieq Shihab dan penanggulangan banjir Jakarta.
Sementara itu, anggota DPRD DKI Jakarta dari faksi PDIP, Gilbert Simanjuntak menyatakan foto Anies merupakan “sindiran terhadap dirinya sendiri karena membiarkan kelompok-kelompok tertentu berkuasa”. Menurutnya pula, Anies lalai memenuhi janji kampanyenya yaitu memakmurkan rakyat.
Anggota DPRD DKI lainnya, Dedi Supriyadi dari faksi PKS berkomentar bahwa foto unggahan Anies hanya menunjukkan bahwa buku adalah sumber khazanah ilmu yang luas. Namun ia juga menekankan seharusnya unggahan tersebut tidak perlu dilebih-lebihkan dan dipolitisir. Komentar senada juga diucapkan oleh Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya foto unggahan tersebut adalah hal yang biasa karena memang sang gubernur sering membaca berbagai jenis genre buku.
Gaduh Posting Anies Baca Buku ‘How Democracies Die’
Anggota DPRD DKI lainnya, Dedi Supriyadi dari faksi PKS berkomentar bahwa foto unggahan Anies hanya menunjukkan bahwa buku adalah sumber khazanah ilmu yang luas. Namun ia juga menekankan seharusnya unggahan tersebut tidak perlu dilebih-lebihkan dan dipolitisir. Komentar senada juga diucapkan oleh Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya foto unggahan tersebut adalah hal yang biasa karena memang sang gubernur sering membaca berbagai jenis genre buku.
Anies Baca Buku How Democracies Die, Wagub DKI: Tak Usah Ditafsirkan Berlebihan
Perbincangan warganet semakin ramai setelah Ketua Komisi Pemberantas Korupsi, Firli Bahuri, turut berkomentar mengenai unggahan Anies. Beliau berkomentar bahwa apabila Anies membaca How Democracies Die, maka dia sudah membaca Why Nations Fail tahun 2002. Komentar ini menjadi perbincangan karena buku Why Nations Fail baru terbit tahun 2012.
Firli kemudian memberikan klarifikasi bahwa dia memang salah menyebut tahun. Yang dia maksud adalah tahun 2012, bukan tahun 2002. Dia menyebut bahwa dia membaca edisi cetakan pertama buku itu saat menjadi ajudan wapres. Di klarifikasinya, dia juga menunjukkan foto buku Why Nations Fail bersama dengan koleksi buku lain yang dia miliki di rak kediamannya.
Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty adalah buku yang ditulis oleh Daron Acemoglu and James A. Robinson, dua profesor bidang ekonomi yang mengajar di Amerika Serikat. Di buku mereka, mereka membahas mengenai bagaimana lembaga ekonomi yang bersifat inklusif dapat memberikan kemakmuran dan lembaga ekonomi yang ekstraktif dapat menyebabkan kemiskinan dan kegagalan negara mencapai kesejahteraan.
Ketika membicarakan mengenai buku ini, Firli sedang memberikan sambutan di acara serah terima barang rampasan KPK. Karena itu, sebetulnya buku yang beliau bicarakan memang berkaitan dengan acara yang sedang dia ikuti. Pasalnya, korupsi di dalam lembaga pemerintahan untuk memperkaya segelintir pihak saja adalah salah satu bentuk lembaga ekonomi ekstraktif yang menyebabkan kemiskinan menurut buku Why Nations Fail.
Analisis Media Sosial
Seperti yang bisa dilihat, tidak banyak pemberitaan yang terjaring di Newstensity. Pun kalau ada, mayoritas berita bernada sentimen terutama di platform berita daring dan cetak. Tidak ada berita TV yang memuat kontroversi Anies sedang membaca buku.
Statement dari orang-orang yang terkait terbagi antara sentimen netral dan sentimen negatif. Pernyataan yang paling sering muncul karena dikutip oleh platform berita daring adalah pernyata Riza Patria dan Firli Bahuri. Riza mengingatkan agar foto Anies tidak perlu dipolitisir dan berlebihan. Sementara Firli ramai karena menyebutkan membaca buku padahal bukunya belum terbit.
Respon orang-orang di media sosial juga terpolarisasi. Mayoritas komentar antara bersifat negatif (menjelek-jelekkan Anies, mengatakan Anies munafik) atau positif (mendukung Anies, menyebut Anies sebagaai “goodbener” alih-alih “gabener”). Netizen pun juga ikut mengkopi gaya Anies membaca buku. Gayanya pun menjadi meme dalam satu hari.
Mungkin ini pertanda kalau netizen sudah muak dengan omongan dan manuver politik yang aneh-aneh. Mungkin…