Khoirul Rifai
Binokular
Published in
8 min readApr 26, 2024

--

Magis Shin Tae Yong Bawa Timnas Indonesia Ukir Sejarah

Segenap warga Indonesia barangkali mengawali hari, Jumat (26/04) dalam keadaan tersenyum, setelah Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23 berhasil menang atas raksasa Korea Selatan (Korsel) U-23 di fase knock-out Piala Asia U-23 Qatar 2024. Kesuksesan ini menjadi euforia tersendiri bagi Timnas yang tampil sebagai debutan dan mengalahkan para raksasa lain seperti Yordania dan Australia. Sedangkan bagi Korea Selatan, kekalahan atas Indonesia yang peringkat timnas seniornya berjarak 111 ranking (Indonesia peringkat 134 dan Korsel 23 dunia) adalah mimpi buruk nan memalukan.

Berbekal kemenangan ini, Garuda Muda akan maju ke semifinal, untuk melawan pemenang duel Uzbekistan vs Arab Saudi yang digelar pada Jumat (26/4) pukul 22.30 WIB.

Kepastian melangkah ke babak semifinal ini sekaligus membangkitkan asa Garuda Muda untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024. Indonesia terakhir kali tampil pada ajang internasional tersebut pada Olimpade Melbourne tahun 1956.

Capaian ini sekaligus melanjutkan tren positif pelatih Timnas asal Korsel, Shin Tae Yong (STY) berhasil melewati target yang ditetapkan PSSI yakni lolos ke 8 besar. Bagi STY, laga ini sangat emosional. Ia tentu senang Timnas bisa lolos, akan tetapi di sisi lain ia juga dengan berat hati mengalahkan negaranya sendiri.

Debutan Ukir Kejutan

Tidak ada yang menyangka tim Garuda Muda akan berbicara hingga semifinal karena berstatus tim debutan dalam turnamen ini. Status debutan itu membuat Timnas berada di pot keempat atau terakhir dalam undian grup yang digelar AFC beberapa bulan lalu. Indonesia tergabung di Grup A, bersama dengan tuan rumah sekaligus juara bertahan Qatar, Yordania (finalis Piala Asia senior edisi terakhir), dan raksasa pindahan zona Oseania, Australia yang diisi banyak pemain dari liga-liga Eropa.

Posisi Indonesia yang cukup sulit di Grup A membuat banyak pihak pesimistis dengan target ambisius PSSI untuk lolos ke 8 besar, apalagi pada keikutsertaan perdananya. Laga pertama melawan Qatar semakin mewujudkan pesimisme itu. Bermain di hadapan pendukung tuan rumah sebagai laga pembukaan, Garuda Muda harus takluk 2–0 melawan Qatar dan mengantongi dua kartu merah untuk Ivar Jenner dan Ramadhan Sananta.

Pada pertandingan kedua melawan Australia, publik masih belum melihat harapan dari Timnas. Apalagi mereka tampil pincang setelah dua pemain intinya disuspensi. Tanpa diduga, Indonesia berhasil menang 1–0 melawan Australia meski sepanjang lagi digempur habis-habisan oleh anak asuh Tony Vidmar. Australia unggul dalam statistik, akan tetapi keberuntungan belum berpihak pada mereka. Sebaliknya Indonesia yang terus menerus ditekan justru mampu mencetak gol berkat sundulan Komang Teguh di pengujung babak pertama.

Asa Indonesia untuk lolos ke 8 besar kembali muncul. Pada pertandingan terakhir melawan Yordania, Garuda Muda hanya membutuhkan hasil imbang, terlepas apapun hasil Australia melawan Qatar. Harapan publik yang mengira Timnas bermain aman mencari hasil imbang berhasil dipatahkan para pemain. Rupanya, Rizky Ridho dkk, mengamuk dengan menceploskan empat gol ke gawang Yordania. Hasil ini mengantarkan Indonesia lolos ke babak 8 besar menemani Qatar sebagai juara grup.

Di babak 8 besar, raksasa sepakbola Asia, Korsel sudah menunggu dengan catatan apik termasuk mengalahkan calon juara Jepang di fase grup lewat skor tipis 1–0. Namun, Indonesia juga berada di tren positif sekaligus mendapat dukungan faktor non teknis. Indonesia mencatatkan rekor 100 persen kemenangan tiap kali bertanding di Stadion Abdullah bin Khalifa, stadion tempat pertarungan melawan Korsel.

Motivasi itu sukses memainkan peran penting dalam laga semalam. Indonesia bermain menyerang tanpa rasa takut meski yang dihadapi adalah raksasa sepakbola Asia. Garuda Muda bahkan selalu unggul dalam mencetak gol sebelum Korsel berhasil memaksakan skor 2–2 hingga peluit panjang dibunyikan. Drama kemudian berlanjut ke adu penalti dengan melibatkan hampir seluruh pemain. Skor akhir adalah 11–10 untuk Indonesia, yang berarti memutus rekor 36 tahun kelolosan Korsel ke Olimpiade. Ketenangan dalam menjalankan adu penalti menjadi bukti kekuatan mental yang selama ini ditanamkan STY kepada pemain Timnas.

Gambar 1. Kemenangan Timnas Indonesia atas Korsel. Sumber: Instagram resmi PSSI @timnas.indonesia

Setelah lolos ke semifinal, Indonesia kini mulai menaruh asa untuk lolos Olimpiade Paris 2024. STY tentu tak mau melewatkan begitu saja peluang Indonesia ini, meski lawan yang akan dihadapi tidak akan mudah.

Magis STY (dan Para Pemain Muda) Berlanjut

STY datang di era kegelapan sepakbola Timnas. Napak tilas di tahun 2019, STY mewarisi estafet kepelatihan dari Simon McMenemy dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2022. Di fase grup, Indonesia selalu kalah dalam empat pertandingan dengan rekor memasukkan tiga gol dan kebobolan 14 gol! Peringkat FIFA pun melorot hingga 174 dunia. Timnas juga dihuni pemain-pemain tua dengan usia rerata pemain mencapai 27,13 tahun. Loyo. Statistik ini menjadi gambaran buruknya kondisi Timnas saat STY mulai mengambilalih komando.

Gebrakan STY dimulai dengan memotong dua generasi pemain Timnas. Alih-alih mengandalkan nama besar, STY justru memasukkan pemain-pemain muda tak berpengalaman tapi memiliki daya juang tinggi dan fisik kuat untuk menjalankan strategi grendel ala Korea. Beberapa nama pemain muda yang hingga kini masih menjadi andalannya adalah Pratama Arhan, Witan Sulaeman, dan Rizky Ridho. Ketiganya selalu masuk dalam skema STY.

Selain mengandalkan darah muda, STY benar-benar tegas dalam memimpin Timnas. Sebagus apapun penampilan jika pemain itu indisipliner, ia akan langsung dicoret. Bintang muda asal Papua Ramai Rumakiek menjadi salah satu korbannya setelah tak kunjung tampil dalam pemusatan latihan Timnas. Padahal Ramai adalah salah satu senjata STY di sisi kiri Timnas di Piala AFF 2019.

Pendekatan Timnas dalam menaturalisasi pemain keturunan juga diubah. Target pemain yang diburu adalah mereka yang benar-benar bermain di liga top Eropa, PSSI menyebutnya sebagai pemain Grade A yang tersebar di Liga Belanda, Italia, dan Inggris yang masih di usia muda atau produktif. STY disebut memburu pemain sesuai karakter permainannya, yakni penuh determinasi, fisik yang kuat, dan kemauan untuk bermain sepenuh hati.

Berkat sejumlah pendekatan ini, STY berhasil memangkas rataan usia pemain Timnas menjadi 23,88 tahun dalam gelaran Piala Asia 2023. Indonesia bahkan menjadi tim dengan skuad termuda di kompetisi tersebut dan Piala Asia U-23 2024 kali ini dengan rata-rata usia 21,38 tahun. Jika tidak ada halangan, masa depan Timnas Indonesia terbilang sangat cerah.

Euforia Timnas di Media

Publik menyambut kemenangan atas Korsel semalam dengan euforia. Media tidak mau ketinggalan, hasil pengamatan big data Newstensity menyebut ada 5.086 berita dengan kata kunci “timnas Indonesia” dan “Shin Tae Yong” dalam sepekan terakhir. Angka ini masih mungkin bertambah mengingat kemenangan atas Korsel baru saja terjadi 12 jam lalu.

Grafik 1. Linimasa pemberitaan timnas Indonesia sepekan terakhir. Sumber: Newstensity

Kemenangan Timnas mengalahkan Korsel tidak hanya menjadi pusat pemberitaan nasional. Di Negeri Ginseng, media-media setempat juga mewartakan kejadian ini sebagai bencana yang memalukan. Seperti yang disebut cnnindonesia.com, media-media Korsel menunjukkan kemarahannya karena Korsel dikalahkan negara berperingkat sepakbola 111 tingkat lebih rendah.

Media Chosun menulis pernyataan asisten pelatih Korea Selatan, Myung Jae Yong, yang menyebut timnya kalah karena tidak bisa memanggil pemain-pemain dari Eropa tidak bisa dijadikan alasan kalah dari Timnas Indonesia U-23. Namun, Chosun berkilah hal itu seharusnya bukan menjadi alasan. Hal yang sama ditulis Dailian: “Kalah dari Indonesia yang punya posisi 100 lebih di bawah dalam ranking FIFA sulit untuk diterima.” Sementara media Korea Selatan lainnya, DT, menyebut kekalahan dari Indonesia karena buruknya permainan tim asuhan Hwang Sun Hong. Kekalahan Korsel juga turut diberitakan media resmi negara mereka, Yonhap. Poinnya sama, media-media Korsel tidak bisa menerima kekalahan Timnas mereka atas Indonesia.

Gambar 2. Potongan layar media Chosun

Dari analisis media nasional, detik.com menjadi media yang paling aktif memberitakan Timnas Indonesia dengan 118 berita. Detik.com bersaing ketat dengan suara.com dan tvonenews.com yang masing-masing menghadirkan 116 dan 114 pemberitaan. Euforia ini juga dirasakan media-media berbasis daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Newstensity menyebutkan porsi pemberitaan media daerah bahkan lebih tinggi ketimbang media nasional. Angkanya mencapai 2.683 berita dari media daerah berbanding 2.385 berita dari media nasional.

Grafik 2. Persebaran media

Trafik Percakapan di X dan Instagram

Media sosial juga tidak luput dari kegembiraan ini. Hasil pemantauan di X dan Instagram menggunakan Socindex, menunjukkan adanya lonjakan trafik untuk percakapan berbasis kata kunci “timnas Indonesia” dan “Shin Tae Yong” dalam sepekan terakhir. Grafik di bawah ini menunjukkan adanya lonjakan engagement terutama jelang digelarnya partai 8 besar antara Timnas Indonesia melawan Korea Selatan.

Grafik 3. Statistik di Instagram kanan dan X kiri. Keduanya kompak menunjukkan lonjakan engagement dalam 24 jam terakhir. Sumber: Socindex

Instagram menjadi platform terpopuler pecinta sepakbola nasional untuk berinteraksi dengan catatan 3.078.296 juta engagement yang mayoritas datang dari interaksi likes pengguna sebesar 3.011.625 likes selama sepekan terakhir. Popularitas ini cukup beralasan mengingat riset dari Invinyx dan Jakpat mengungkapkan kalau Instagram menjadi media sosial paling populer di kalangan Gen Z Indonesia sepanjang tahun 2023. Dalam studi bertajuk Pemetaan Strategi Influencer di Media Sosial ini, Instagram menjadi media sosial terpopuler yang dipilih oleh 94 persen responden. Terlebih, akun resmi Timnas Indonesia di Instagram, @timnas.indonesia juga diikuti 3,1 juta akun yang tentu mengundang trafik engagement cukup tinggi.

Tingginya trafik percakapan di Instagram diperkirakan masih akan meningkat selama beberapa jam kedepan. Per 26 April 2024 pukul 17.59 WIB, engagement di Instagram untuk Timnas Indonesia sudah mencapai 848.020 engagement, tertinggi sepanjang keikutsertaan Timnas di Piala Asia U-23 2024 kali ini. Setali tiga uang, gairah percakapan juga masih tinggi di media sosial X. Dalam periode monitoring yang sama dengan Instagram, engagement di X sudah mencapai 347.803 engagement sekaligus rekor engagement tertinggi hingga hari ini.

Grafik 5. Linimasa engagement Timnas Indonesia di Instagram

Dari sebaran tagar di X, tagar #timnasday mendominasi sebaran tagar sebanyak 1.157 cuitan sebagai bentuk atensi penggemar timnas terkait adanya pertandingan Timnas di hari tersebut. Sedangkan di platform Instagram, tagar #timnasindonesia mendominasi sebaran tagar dengan 2.389 berita untuk mempermudah pencarian informasi-informasi seputar Timnas di Instagram.

Grafik 6. Sebaran tagar di X (biru) dan Instagram (merah muda)

Dari kedua platform, akun fanbase sepakbola milik Extra Time Indonesia @idextratime menjadi akun terpopuler yang paling banyak di-mention penggemar Timnas dengan 288 kali. Akun ini atau biasa disingkat ETI memang cukup populer di kalangan pecinta Timnas, sebab cukup aktif berinteraksi dengan penggemar baik di X maupun Instagram. ETI bahkan seringkali menyebarkan informasi akurat lebih cepat ketimbang media-media resmi lain.

ETI juga dikenal informatif dan adaptif dengan memuat konten-konten yang bersumber dari media non konvensional seperti story medsos pemain dan meme. Kemampuan ETI menghadirkan konten nyeleneh mampu mengkatrol engagement di akun-akun resmi mereka. Terbaru, ETI mengunggah story Instagram Marselino Ferdinand yang memuat kegagalan Marselino mengkonversi peluang menjadi gol. Dalam kurun waktu 11 menit saja, unggahan itu sudah mendapat 26 ribu view dari pengguna X lain.

Gambar 3. Cuitan ETI di X. Sumber: @idextratime

Untuk melihat anomali percakapan, Socindex menganalisis bot score percakapan di platform X. Hasilnya, mayoritas percakapan masih bersifat organik alias dilakukan oleh human dengan 2.855 cuitan. Adapun percakapan yang terindikasi dilakukan oleh bot berselisih tipis dengan 2.757 cuitan, diikuti cuitan dari akun gabungan manusia dengan bot sebanyak 2.449 cuitan.

Grafik 7. Analisis bot score di X oleh Socindex

Penutup

Sejauh ini, penampilan Garuda Muda di Piala Asia U-23 Qatar 2024 masih sangat impresif meski berstatus debutan dan skuad termuda. Tangan magis Shin Tae Yong masih menunjukkan tajinya. Alhasil, PSSI mengganjarnya dengan perpanjangan kontrak hingga 2027.

Euforia dirasakan publik yang melalui media sosial Instagram dan X meminta PSSI untuk memperpanjang kontrak STY. Melalui media sosial pula publik mengapresiasi permainan Timnas yang disebut sudah jauh meningkat sejak kehadiran STY. Kini, mimpi menuju Olimpiade bukan sekadar mimpi, tinggal waktu yang membuktikan!

--

--