Mau Debat Akbar Tentang Rokok? Twitter Arenanya

Indra Buwana
Binokular
Published in
8 min readOct 6, 2021

Tak ada angin, tak ada hujan, akun Twitter @rokok_indonesia membuat sebuah utas tentang Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Akun @rokok_indonesia mengunggah sebuah surat yang ditandatangani oleh Anies Baswedan kepada Michael Bloomberg tertanggal 4 Juli 2019. Akun @rokok_indonesia menduga Anies meminta dana dari The Bloomberg Initiative to Reduce Tobacco Use.

Caption: tangkapan layar utas @rokok_indonesia

The Bloomberg Initiative to Reduce Tobacco Use adalah salah satu inisiatif dari Bloomberg Philanthropies sebagai upaya untuk mereduksi konsumsi rokok di dunia. Sedangkan Bloomberg Philanthropies sendiri adalah organisasi filantropi milik Michael Bloomberg yang bergerak di lima bidang utama yaitu seni, pendidikan, lingkungan, inovasi pemerintahan, dan kesehatan publik.

Akun @rokok_indonesia menuding Anies Baswedan berkirim surat yang menyuratkan komitmen antirokoknya ketika memerintah Jakarta adalah cara agar Anies mendapat dana dari Bloomberg Philanthropies. Ini logis karena inisiatif Bloomberg Philanthropies memang bergerak di pembatasan konsumsi rokok.

Akun @rokok_indonesia pun menggarisbawahi bahwa donasi dari Bloomberg Philanthropies adalah cara bagi pihak asing untuk memengaruhi kebijakan pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan antirokok. Akun ini khawatir kebijakan antirokok bisa berdampak pada kehidupan perokok Indonesia secara kultural dan ekonomi, khususnya para pedagang ritel yang menjual rokok.

Kasus Anies dianggap menjadi preseden bahwa kebijakan pejabat publik bisa dipengaruhi oleh pihak asing sebagai pendonor dana untuk menjalankan agendanya. Terlebih tahun politik 2024 sudah mulai dekat sehingga politisi butuh dana yang besar jika ingin bergulat dalam kontestasi kursi presiden.

Belakangan diketahui bahwa surat Anies Baswedan yang diunggah oleh akun @rokok_indonesia adalah bocoran. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengonfirmasi bahwa memang benar Anies mengirim surat kepada Michael Bloomberg untuk membahas upaya kolaborasi perlindungan masyarakat dari bahaya rokok. Namun, Riza menampik tentang narasi permintaan dana yang dilempar akun @rokok_indonesia. Riza lantas menekankan bahwa surat tersebut adalah bentuk komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjaga kesehatan warganya.

Rokok dan Kemiskinan

Tak pelak pembicaraan tentang surat Anies kepada Bloomberg Philanthropies memicu perdebatan. Uniknya, perdebatan tidak hanya terdiri dari dua kubu antara pihak pro dan kontra terhadap rokok. Namun, bercabang menjadi topik ekonomi, agama, dan kultural. Sebelumnya, topik politik sudah diangkat terlebih dahulu oleh akun @rokok_indonesia.

Salah satu pembicaraan yang menarik tentang rokok dan ekonomi adalah kaitannya dengan kemiskinan. Cuitan penulis Puthut EA melalui akunnya @Puthutea bercuit tentang logika seorang bapak perokok yang tidak akan membiarkan anaknya kekurangan gizi. Puthut EA melanjutkan cuitannya dengan menganggap logika seperti adalah bias kelas ekonomi. Itu karena orang kelas menengah bersikap anti kepada rokok, sementara bagi orang miskin merokok adalah salah satu bentuk kesenangan.

Caption: tangkapan layar cuitan akun Twitter @Puthutea

Cuitan tersebut mendapat banyak respon dan tidak sedikit yang berupa bantahan. Bantahan @bfndrk yang terhadap cuitan @Puthutea mendapat banyak respon dari warga Twitter. @bfndrk memuat tangkapan layar paparan penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia yang berjudul “Perilaku Merokok Orangtua dan Dampaknya pada Stunting dan Perkembangan Anak: Studi Kasus Stunting di Desa Bunderan Kabupaten Demak”.

Caption: tangkapan layar cuitan akun Twitter @bfndrk

Penelitian skala kecil itu menyimpulkan adanya hubungan antara stunting dengan kebiasaan merokok keluarga penerima bantuan sosial. Itu terjadi karena rokok sudah menjadi candu bagi suami dan posisi rokok berubah dari sekedar rekreasi menjadi kebutuhan. Mau tidak mau, istri harus menerima jika anggaran belanja untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk bahan makanan bergizi, dipotong terlebih dulu untuk rokok.

Itulah yang menyebabkan rokok mengurangi porsi makanan bergizi bagi keluarga. Temuan itu diamini oleh @putricynthiaeka dengan mengunggah tangkapan layar dari Jurnal Ilmu Keperawatan Anak tentang penelitian yang serupa tapi dilakukan di Bali.

Fatwa Rokok Haram Muhammadiyah

Akun @ismailfahmi bercuit tentang daftar resipien bantuan Bloomberg Philanthropies untuk gerakan antirokok. Salah satunya penerima dana yang disebutkan adalah Muhammadiyah sembari menempelkan tautan dari Merdeka.com sebagai sumber.

Caption: tangkapan layar cuitan akun @ismailfahmi

Muhammadiyah memang punya sejarah pernah mengeluarkan fatwa haram terhadap rokok sehingga ditengarai fatwa tersebut adalah pesanan Bloomberg Philanthropies. Atas dasar itulah Muhammadiyah terseret ke perdebatan di Twitter tentang rokok.

Salah satunya dari akun @__AnakKolong yang “mengingatkan” bahwa Muhammadiyah pernah menerima dana dari Bloomberg sebesar Rp 3,6 milyar. Akun @__AnakKolong menuding dana itu digunakan untuk menerbitkan fatwa haram merokok. Tudingan semacam ini mengesankan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang langkahnya bisa dipengaruhi oleh pihak eksternal dengan donasi sejumlah besar uang.

Caption: tangkapan layar cuitan @__AnakKolong

Akun @ismailfahmi melanjutkan cuitannya dengan mengutip pernyataan Ketua PP Muhammadiyah bidang Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan, dr Sudibyo Markus yang diambil dari artikel jpnn.com tahun 2010. Sudibyo mengatakan bahwa fatwa tersebut adalah putusan Majelis Tarjih dan tidak ada pihak luar yang membiayai.

Caption: tangkapan layar cuitan @ismailfahmi tentang fatwa rokok haram oleh Muhammadiyah

Akademisi Nadirsyah Hosen turut pasang badan membela Muhammadiyah. Melalui akunnya @na_dirs, ia membela Muhammadiyah terhadap tuduhan bahwa fatwa haram terhadap rokok yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah

Caption: tangkapan layar cuitan akun @na_dirs

Ada yang menarik ketika melihat kolom balasan cuitan @ismailfahmi. Pada umumnya, balasan di cuitan itu tidak terlalu berfokus pada Muhammadiyah. Namun, beberapa kali nama Nahdlatul Ulama (NU) turut disebut. NU turut disebut karena NU memang tidak mengharamkan konsumsi rokok.

Caption: tangkapan layar cuitan tentang NU

Etika Rokok

Tidak lengkap jika membicarakan rokok tanpa membahas etika orang yang merokok itu sendiri. Salah satunya adalah merokok ketika dalam keadaan berkendara. Akun @AkunFirda bercuit tentang dirinya yang menjadi korban bara rokok yang terkena angin ketika sedang menaiki sepeda motor. Ia menganggap merokok ketika sedang berkendara adalah tindakan yang tidak bertanggungjawab karena bisa membahayakan orang lain.

Caption: tangkapan layar cuitan akun @AkunFirda

Kesialan yang dialami @AkunFirda sungguh disayangkan. Namun, cuitannya seperti memiliki momen yang pas dengan berlangsungnya debat rokok di Twitter. Cuitannya mendapat banyak respon hingga mencapai 1.400 balasan, 12,3 ribu retweet, dan 47 ribu likes.

Banyak yang mengecam tindakan itu di kolom balasan. Di antaranya kecaman terhadap dalih yang digunakan oleh perokok yang berkendara agar pengendara lain tidak terkena bara rokok, yaitu dengan menutup kaca helm atau menggunakan kacamata. Tampaknya dalih itu tidak bisa diterima karena memang tindakan merokok saat berkendara menunjukkan keabaian seorang perokok terhadap keselamatan orang lain.

Menariknya, ada balasan dari perokok aktif yang ikut sebal dengan perilaku merokok saat berkendara. Ini menandakan tidak ada konsensus di kalangan perokok sendiri bahwa merokok sambil berkendara adalah tindakan yang wajar dilakukan.

Caption: tangkapan layar balasan perokok yang tidak setuju merokok sambil berkendara

Perdebatan lain muncul dari etika merokok di ruang publik. Balasan akun @aditya_mecky di cuitan @afrkml mendapat respon hingga 458 komentar dan 2.100 retweet kutipan. Cuitan itu mendebatkan tentang orang yang tidak merokok tidak perlu mendekati orang yang sedang merokok.

Caption: tangkapan layar cuitan akun @aditya_mecky

Cuitan tersebut tampaknya tidak bisa diterima oleh banyak orang. Banyak balasan yang memaki cuitan tersebut. Tampaknya konsensus yang ada mengerucut menjadi merokok boleh dilakukan di tempat yang tidak menganggu kegiatan masyarakat umum karena asap rokok bisa beterbangan dengan liar dan mengganggu kesehatan orang lain.

Whataboutisme Debat Rokok

Topik lain yang disoroti dalam perdebatan rokok Twitter adalah tentang bahaya gula. Dua hal ini memang tampak tidak berkaitan. Namun, perokok menganggap tidak afdal jika membicarakan bahaya rokok tapi tidak membicarakan tentang gula yang sama-sama memiliki dampak buruk kepada tubuh.

Cara berpikir seperti itu disebut whataboutisme. Merujuk Cambridge Dictionary, whataboutisme adalah praktik menjawab kritik atau pertanyaan sulit dengan membuat kritik yang sama atau menanyakan hal berbeda, tapi masih memiliki keterkaitan.

Caption: tangkapan layar cuitan tentang whataboutisme

Whataboutisme ini sendiri turut disebut dalam perdebatan rokok di Twitter. Akun @puspenpol menyebut tentang whataboutisme dan menyerempet sedikit topik rokok, sekaligus me-retweet bahasan singkat tentang whatboutisme. Akun @ismailfahmi bahkan mencantumkan tangkapan layar cuitan yang bernada whataboutisme tentang rokok dan gula.

Alur perdebatan rokok dan gula (serta alur whatboutisme lainnya tentang rokok) sendiri sebenarnya sudah bisa ditebak. Potensi gangguan kesehatan gula hanya berdampak pada individu yang mengonsumsinya. Namun, rokok bisa membahayakan kesehatan orang lain melalui asapnya yang menyebabkan orang lain menjadi perokok pasif. Akun @idwiki membuat utas tentang bahaya asap rokok dan mereferensikan beberapa laporan tentang itu.

Socindex Memantau

Socindex menangkap gema perdebatan akbar tentang rokok di Twitter. Pemantauan yang dilakukan pada tanggal 1–5 Oktober terhadap keyword “rokok” menghasilkan statistik 2.365 cuitan unik, 304.673 likes, dan 17.210 perbincangan berupa retweet dan replies. Perdebatan tentang rokok berpotensi lewat di linimasa 117,2 juta akun. Itu artinya gaung pembicaraan tentang rokok didengar oleh banyak pengguna Twitter.

Caption: statistik data Socindex pada kata kunci “rokok”

Linimasa perbincangan tentang rokok menemukan momentumnya pada tanggal 1 Oktober 2021. Salah satu pemicunya yaitu cuitan dari akun @rokok_indonesia tentang surat Anies Baswedan kepada Michael Bloomberg. Perbincangan langsung naik drastis menjadi keesokan harinya menyentuh angka ribuan.

Caption: linimasa perbincangan tentang rokok di Twitter

Puncaknya terjadi pada tanggal 3 Oktober 2021 dengan 5.220 perbincangan. Grafik turun sejenak pada tanggal 4 Oktober, namun masih sempat memantul pada tanggal 5 Oktober di sekitar angka 4.000 perbincangan. Artinya rokok masih menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan meskipun momentum puncaknya sudah lewat.

Itu bisa terjadi karena topik perbincangan rokok tidak linier. Paling tidak ada empat subtopik yang dibicarakan oleh warga Twitter seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, yaitu politik tentang surat Anies Baswedan, ekonomi tentang keterkaitan rokok dengan stunting dan kemiskinan, agama tentang fatwa haram rokok oleh Muhammadiyah, dan etika orang merokok.

Caption: analisis word cloud pada kata kunci “rokok”

Tangkapan word cloud Socindex pun menunjukkan kompleksitas perdebatan tentang rokok. Kata “rokok” dikelilingi oleh berbagai macam kata yang bisa merepresentasikan alur pembicaraan, termasuk “muhammadiyah”, “anies”, “petani”, dan sebagainya.

Selain kekompleksan isunya, potensi gaung percakapan (buzz reach) yang besar turut andil dalam memperpanjang durasi perbincangan. Banyaknya pengalaman publik terhadap rokok, baik nonperokok (orang yang hanya melihat atau terkena imbas rokok) maupun perokok itu sendiri, membuat para pengguna Twitter sudah membentuk pandangannya sendiri terhadap rokok. Ditambah dengan momentum debat rokok yang sering lewat di linimasa, warga Twitter bisa dengan mudah bergabung ke dalam pembicaraan.

Caption: daftar top tweets tentang rokok

Cuitan yang mendapat respon terbanyak (top tweets) adalah cuitan @AkunFirda yang sudah dicantumkan sebelumnya tentang dirinya yang terkena bara rokok saat berkendara. Cuitan lain yang juga mendapat banyak respon adalah cuitan dari @ribonk yang menyindir kelitan perokok, @ditamoechtar_yang bernada candaan, @idwiki tentang whataboutisme, dan diikuti oleh @ismailfahmi masih tentang whataboutisme rokok dan gula.

Caption: grafik akun yang terbanyak disebut

Akun @ismailfahmi menjadi akun yang mendapat sebutan terbanyak dibanding yang lain. Akun tersebut memang sebenarnya cukup vokal dalam perdebatan rokok. @ismailfami beberapa kali bercuit tentang rokok dan masing-masing cuitannya mendapat cukup banyak respon.

Debat tentang rokok memang tidak berujung. Twitter yang digunakan sebagai media debat mengamplifikasi jumlah partisipan dalam debat. Dengan banyaknya orang yang berpartisipasi, tentu saja ada keragaman pandangan yang muncul. Yang menarik, perbincangan tidak terbatas pada pro dan anti rokok, tapi sempat menyentuh ranah politik, ekonomi, agama, dan moral. Memang rokok ini menjadi masalah multidimensi ya.

--

--