Menilik Perbincangan Alih Fungsi Hagia Sophia di Media dan Media Sosial

Indra Buwana
Binokular
Published in
7 min readJul 27, 2020

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, resmi menjadikan Hagia Sophia menjadi masjid, yang sebelumnya adalah sebuah museum. Diresmikannya Hagia Sophia menjadi masjid berlangsung pada tanggal 10 Juli 2020. Peresmian dilakukan beberapa jam setelah Pengadilan Tinggi Turki mencabut dekrit Mustafa Kemal Ataturk mengenai penggunaan Hagia Sophia sebagai museum pada tahun 1934.

Kontroversi bermunculan. Ada yang pro, tentu saja ada kontra. Pihak pro tentu saja kalangan konservatif tradisionalis Islam di Turki yang hidup berlandaskan budaya keislaman. Dari pihak kontra, Paus Fransiskus telah menyampaikan kekecewaannya. Bahkan di Yunani muncul protes untuk menentang pengembalian Hagia Sophia sebagai masjid. UNESCO juga menyarankan peninjauan terlebih dahulu karena Hagia Sophia merupakan salah satu Situs Warisan Dunia.

Menengok sedikit ke belakang, Hagia Sophia bukanlah bangunan sembarangan. Hagia Sophia telah berdiri sejak zaman Kekaisaran Bizantium. Pondasi awalnya adalah sebuah gereja pagan yang mengalami beberapa kali kehancuran dan renovasi. Hagia Sophia akhirnya selesai didirikan di masa pemerintahan Justinian I pada abad keenam Masehi.

Pasca penaklukan Kekaisaran Bizantium oleh Kesultanan Ottoman tahun 1453, Hagia Sophia diubah menjadi masjid oleh Sultan Mehmed II. Status Hagia Sophia sebagai masjid bertahan hingga bubarnya Kesultanan Ottoman. Pemerintahan Turki modern yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk membuka kembali Hagia Sophia sebagai museum pada tahun 1935.

Ada aspek relijius dan historis yang kental meliputi Hagia Sophia dan Erdogan mengetahui hal ini. Hagia Sophia berpotensi sebagai alat politik untuk menggalang dukungan. Dan pada akhirnya, pada tanggal 24 Juli 2020 Hagia Sophia resmi digunakan pertama kalinya oleh umat Islam untuk ibadah salat Jumat setelah 86 tahun.

Bagaimana Binokular Memantau Isu Dialihfungsikannya Hagia Sophia sebagai Masjid?

Pemantauan terhadap isu dikembalikannya Hagia Sophia sebagai masjid dilakukan menggunakan sistem pemantauan berita Newstensity dan sistem pemantauan media sosial Social Index. Hasilnya kemudian dihimpun dalam sebuah big data. Pemantauan dilakukan dengan memasang keyword tertentu di sistem untuk memilah berita maupun kiriman media sosial yang berkaitan.

Untuk pemantauan media, keyword yang digunakan adalah “Hagia Sophia” dan “Ayasofya”. Sedangkan untuk pemantauan media sosial, keyword yang digunakan adalah “Hagia Sophia”, “Ayasofya”, tagar #hagiasophia, dan tagar #ayasofya.

Pergerakan Data Pemberitaan Media

Pada tanggal 9 Juli, mulai banyak bermunculan berita-berita mengenai dimulainya proses pengembalian fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Peresmian Hagia Sophia menjadi masjid itu sendiri terjadi pada tanggal 10 Juli 2020. Hal itu dilakukan beberapa jam setelah pembatalan keputusan pada tahun 1934 mengenai Hagia Sophia.

Namun penggunaannya sebagai masjid tidak dilakukan secara serta-merta. Baru pada tanggal 24 Juli 2020 diadakan doa bersama di Hagia Sophia untuk pertama kalinya setelah difungsikan kembali sebagai masjid.

Grafik di atas menunjukkan bahwa puncak pemberitaan mengikuti dua isu penting tersebut. Puncak awal terjadi pada tanggal 11 Juli 2020, satu hari pasca peresmian. Puncak kedua terjadi pada tanggal 24 Juli 2020, saat salat Jumat pertama.

Setelah tanggal 11 Juli, jumlah pemberitaan tidak langsung turun drastis karena masih terdapat berita yang membahas serba-serbi Hagia Sophia. Ada berita-berita yang membahas mengenai sejarah Hagia Sophia, bentuk bangunan, serta ornamen-ornamennya. Ada juga implikasi dari kebijakan yang diambil Erdogan tersebut, termasuk pro dan kontranya.

Jumlah berita mencapai puncak lagi pada tanggal 24 Juli 2020. Berita-berita yang muncul mengangkat situasi Hagia Sophia yang pertama kalinya digunakan untuk salat Jumat sejak diresmikan kembali sebagai masjid.

Sentimen Pemberitaan Media

Sentimen Berita Cetak

Isu pengalihfungsian Hagia Sophia menjadi masjid didominasi berita dengan sentimen positif. Kita jika lihat lagi, jumlah antara sentimen positif dibanding dengan sentimen netral dan negatif berbeda jauh.

Perlu diketahui bahwa banyaknya pemberitaan mengenai isu ini tidak hanya berfokus pada proses pengambilan kebijakan untuk mengalihkan fungsi Hagia Sophia, tetapi juga berbagai isu-isu yang mengikutinya.

Hagia Sophia diulas mulai dari asal-usulnya, arsitektur kubahnya, serta statusnya sebagai salah satu Situs Warisan Dunia. Salah satu contohnya seperti kliping dari kumparan.com yang membahas mengenai Hagia Sophia berikut:

Kebijakan pengalihfungsian Hagia Sophia yang diambil Erdogan ini juga menimbulkan pro-kontra tersebut seperti contoh kliping dari kontan.co.id berikut:

Pemberitaan mengenai pengalihfungsian Hagia Sophia juga dikaitkan pada kiprah politik Erdogan. Hagia Sophia memiliki posisi yang unik karena memiliki kaitan dengan dua agama besar. Dengan mengembalikan fungsinya sebagai masjid, Hagia Sophia kini menjadi simbol ekslusif Islam. Perubahan ini mendongkrak nama Erdogan di mata masyarakat Turki yang berhaluan Islam konservatif.

Selain itu, signifikansi Turki juga meningkat dalam skala regional. Turki memiliki posisi yang unik, berada di persimpangan kawasan Timur Tengah dan Eropa. Perubahan Hagia Sophia sebagai masjid seakan menguatkan eksistensi Turki sebagai negara yang condong pada Islam yang direpresentasikan kawasan Timur Tengah.

Pengaruh isu Hagia Sophia juga sampai ke Indonesia. Tercatat anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, K.H. Amidhan Shaberah menyatakan dukungannya terhadap pengembalian fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren Seluruh Indonesia (BKsPPI), K.H. Ahmad Cholil Ridwajuga juga memberikan dukungannya. Pernyataan dukungan tersebut dimuat di republika.co.id yang sudah kami kliping sebagai berikut:

Hubungan antar Aktor

Jika dilihat dari diagram ontologi di atas, pengalihfungsian Hagia Sophia berpusat pada Recep Tayyip Erdogan. Sebagai Presiden Turki, Erdogan memainkan peran penting dalam meresmikan Hagia Sophia menjadi masjid. Erdogan juga ikut terkait jika membicarakan pengaruh pengalihfungsian Hagia Sophia pada politik dalam negeri Turki dan hubungan internasional Turki dengan negara lain.

Terdapat beberapa negara yang terkait dengan isu Hagia Sophia karena adanya respon dari negara-negara tersebut. Begitu pun dengan UNESCO. Sedangkan entitas organisasi Agence France-Presse dan Anadolu Agency adalah kantor berita.

Orang yang paling sering disebut dalam pemberitaan Hagia Sophia adalah Recep Tayyip Erdogan (1939 sebutan), Mustafa Kemal Ataturk (595 sebutan), Ibrahim Kalin (233 sebutan), Sultan Muhammad Al-Fatih (162 sebutan), dan Paus Fransiskus (122 sebutan).

Melihat ontologi ini, Mustafa Kemal Ataturk memiliki keterkaitan dalam isu Hagia Sophia karena kebijakannya menjadikan Hagia Sophia pada tahun 1934 sebagai museum dicabut oleh Pengadilan Tinggi Turki. Sedangkan Ibrahim Kalin adalah juru bicara Erdogan. Sultan Muhammad Al-Fatih adalah Sultan Ottoman yang mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid pada zaman Kesultanan Ottoman. Sedangkan Paus Fransiskus terlibat karena kekecewaannya terhadap pengalihfungsian Hagia Sophia menjadi masjid.

Pergerakan Data Media Sosial

Menggunakan sistem pemantauan sosial media Social Index, terpantau terdapat 51.640 pembicaraan di Twitter (tweet dan retweet) mengenai Hagia Sophia dalam pemantauan dari tanggal 9 Juli 2020 hingga 25 Juli 2020.

Sentimen netral mendominasi total sentimen terpantau dengan persentase 58% dibanding sentimen positif 31% dan negatif 11%.

Persentase ini memperlihatkan bahwa perbincangan kebanyakan dilakukan dalam rangka memberikan info. Hal ini berbeda dengan perbincangan yang dilakukan dalam rangka memberikan opini yang memiliki sentimen jelas.

Jika diurutkan per hari, pergerakan data mengenai perbincangan pengalihfungsian Hagia Sophia beriringan dengan dua momentum penting yang telah disebutkan sebelumnya.

Puncak perbincangannya pun memperlihatkan pola yang sama. Pada 11 Juli satu hari setelah Hagia Sophia diresmikan kembali sebagai masjid dengan 17.603 perbincangan dan 24 Juli dengan 10.079 perbincangan.

Interaksi di Twitter

Jika dibandingkan dengan grafik perbincangan sebelumnya, grafik interaksi menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Puncak interaksi terjadi pada tanggal 19, 22, dan 24 Juli.

Jika dilihat lebih dalam, hal ini dipengaruhi oleh akun besar yang mengirimkan cuitan pada tanggal tersebut.

Tercatat akun resmi Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan @RTErdogan (16,4 juta pengikut) mengirimkan 2 cuitan. Cuitan pertama tanggal 19 Juli 2020 dan cuitan kedua pada tanggal 22 Juli 2020

Kemudian pada tanggal 24 Juli, terdapat cuitan lain dari akun seorang jurnalis, Merdan Yanardağ @merdanyanardag (366,6 ribu pengikut) dan akun Direktur Komunikasi Turki, Fahretin Altun @fahretinaltun (715,1 ribu pengikut) yang masing-masing cuitan mencatatkan puluhan ribu interaksi.

Perlu diingat bahwa tanggal 24 Juli 2020 terdapat lonjakan perbincangan di Twitter. Kenaikan interaksi tanggal 24 Juli terjadi karena adanya pengaruh cuitan akun besar, ditambah interaksi dari akun-akun lain sesuai tren kenaikan perbincangan mengenai Hagia Sophia.

Konklusi

Hagia Sophia kembali dikembalikan fungsinya masjid oleh pemerintahan Presiden Erdogan. Keputusan tersebut diketuk pada tanggal 10 Juli 2020. Barulah pada tanggal 24 Juli 2020, Hagia Sophia untuk pertama kalinya sejak 86 tahun lalu digunakan untuk ibadah salat jumat.

Pengalih-fungsian Hagia Sophia menjadi masjid menuai pro dan kontra. Wajar saja karena Hagia Sophia memiliki sejarah panjang dan signifikansi tinggi bagi dua agama besar dunia. Sekaligus memperlihatkan bahwa terdapat banyak aktor yang terkait mengenai isu ini. Tidak main-main, pengaruh isu ini sudah dalam tataran internasional.

Melihat dari pemberitaan yang ada, pengalihfungsian Hagia Sophia didominasi sentimen positif. Ini terjadi karena isu yang diangkat tidak hanya berkutat mengenai proses pengambilan kebijakan pengalihfungsian Hagia Sophia. Tapi juga implikasi kebijakannya serta serba-serbi Hagia Sophia yang bernuansa positif.

Pembicaraan mengenai Hagia Sophia sudah tentu merembet ke dunia maya. Uniknya, pembicaraan mengenai Hagia Sophia di Twitter malah berjalan dengan nuansa yang netral karena lebih bersifat infomatif. Tentu saja masih sangat dipengaruhi oleh aktor kunci di isu ini, Presiden Erdogan yang aktif bermain Twitter. Sepertinya politikus zaman sekarang memang sudah harus melek media sosial jika ingin agendanya berjalan lancar.

--

--