Nikel Indonesia yang (Tidak) Begitu Seksi

Khoirul Rifai
Binokular
Published in
8 min readApr 28, 2022

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan CEO Tesla dan calon pemilik baru Twitter, Elon Musk, di Tesla Gigafactory, di Austin, Texas, Amerika Serikat (AS), Selasa 26 April 2022. Pertemuan itu diketahui dari postingan Instagram Pandu Sjahrir. Tidak lama kemudian, pertemuan ini tersirkulasi dalam pemberitaan media-media nasional.

Luhut tidak sendirian, delegasi yang menemui Elon di markas besarnya terdiri dari Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani, Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Anindya Bakrie, Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) yang juga Direktur Utama Electrum dan Vice President PT Toba Bara Sejahtera (TBS) Energi Utama Tbk Pandu Patria Sjahrir, serta eks CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin, serta diplomat RI Andre Omer Siregar.

Mengutip pemberitaan media, pertemuan ini membahas penawaran industri nikel Indonesia kepada Tesla. Lebih tepatnya, industri pengolahan nikel untuk suplai baterai mobil listrik (EV battery) Tesla milik Elon Musk. Sementara menurut Pandu, Luhut dan Musk berbicara mengenai mobil listrik, energi terbarukan, dan juga B20. B20 adalah salah satu forum dalam rangkaian konferensi G20 yang akan diselenggarakan di Bali, November nanti.

Dari unggahan Instagram para peserta pertemuan, semua kompak menyebut Elon sangat tertarik dan antusias dalam proyek kali ini. Sikap yang berbeda jauh saat Elon pertama kali ditawari proyek baterai listrik oleh Luhut beberapa waktu lalu. Saat itu, Luhut kecewa karena Tesla dinilai terlalu mendikte Indonesia ketika ingin berinvestasi. Ia bahkan menyampaikan pada Elon Musk bahwa Indonesia bukan “Banana Republic”. Menurut Rosan, Elon akan mengirim timnya pada minggu kedua bulan Mei untuk melihat langsung lokasi pengolahan nikel di Indonesia.

Upaya Menarik Investasi Asing

Luhut atau biasa disapa Opung rupanya tidak patah arang dalam menjual nikel ke investor asing. Khusus dengan Tesla, upaya ini adalah yang kedua kalinya setelah Indonesia sempat di-php pada pembicaraan pertama. Pada medio Februari 2021, setelah lama melakukan pembicaraan dengan pemerintah Indonesia, secara mengagetkan Tesla justru memilih India sebagai basis produksi baterai listrik kedua di Asia ketimbang Indonesia.

Menurut laporan voi.id pada 19 Februari 2021, Tesla lebih memilih India karena negara tersebut menawarkan insentif pajak yang menarik bagi investasi asing, akselerasi pemulihan ekonomi yang lebih baik saat Covid-19, dan sumber daya manusia (SDM) berpengalaman yang lebih banyak.

Hal ini diamini Wakil Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Arcandra Tahar yang menyebut Tesla jatuh cinta kepada India karena banyaknya sumber daya murah di Bangalore, Silicon Valley-nya India. Biaya hidup dan ongkos pekerja di Bangalore masih lebih rendah ketimbang Jakarta. Di sisi lain, ekosistem IT di Bangalore juga lebih mumpuni ketimbang Jakarta.

Angin pembicaraan kembali berhembus pada Maret 2022. Saat itu, Luhut mengaku mendapat telepon dari Tesla, yang intinya mengutarakan kesediaan Tesla untuk berinvestasi di Indonesia. Dalam pembicaraan kali ini, Luhut meminta Tesla untuk serius dan tidak mendikte Indonesia dengan berbagai syarat yang memberatkan. “Saya bilang, ‘Hey Anda itu sudah dua tahun yang lalu sudah telepon saya mau bikin lithium baterai’. Anda semua mau mendikte,” kata Luhut.

Selain Tesla, investasi baterai listrik juga dilakukan PT Indonesia Battery Corporation (IBC) yang baru saja memperoleh USD 15 miliar investasi untuk pengembangan baterai listrik dari China dan Korea Selatan. Ada dua kemitraan dalam investasi ini, pertama, induk usaha IBC, yakni PT Aneka Tambang Tbk, menjalin kemitraan dengan korporasi asal China PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) untuk inisiatif proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi. Kemitraan kedua adalah perjanjian serupa dengan LG Energy Solution, perusahaan asal Korea Selatan.

Direktur Utama IBC Toto Nugroho menyebut kemitraan ini akan mengakselerasi pembangunan ekosistem kendaraan listrik terintegrasi dari hulu ke hilir. Sekadar informasi, IBC adalah anak perusahaan dari MIND ID, PLN, Pertamina, dan ANTAM yang mendapatkan tugas untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik dalam rangka menguatkan kemandirian manufaktur otomotif nasional. Dua momen penting dalam pengembangan industri baterai listrik menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menyiapkan industri kendaraan listrik.

Daya Tawar Nikel Indonesia

Usaha Indonesia untuk menjadi basis produksi baterai kendaraan listrik di dunia masih sangat panjang meski memiliki cadangan nikel terbesar. Mengutip Booklet Tambang Nikel 2020 Kementerian ESDM, cadangan nikel Indonesia mencapai 72 juta ton. Jumlah itu, sekitar 52 persen dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139,4 juta ton. Jika dibanding dengan negara lain, cadangan nikel Indonesia jauh lebih banyak.

Angka tersebut tidak serta merta menjadikan Indonesia sebagai lokasi favorit untuk memproduksi baterai kendaraan listrik. Menurut Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli, kemungkinan baterai yang akan diproduksi di Indonesia berjenis lithium ion. Baterai jenis ini umumnya menggunakan nikel, cobalt, dan aluminium atau mangan sebagai prekursor yang cadangannya memadai di Indonesia.

“Namun jenis nikel dan cobalt jenis yang dipakai adalah yang diolah dengan teknologi hidrometalurgi (HPAL). Sementara, pabrik pengolahan nikel teknologi hidrometalurgi baru dua yang beroperasi di Indonesia,” ujar Rizal kepada Katadata.co.id. Dua pabrik tersebut yaitu milik PT Halmahera Persada Lygend dan Huayue Nickel Cobalt. Sementara tiga pabrik lainnya, masih dalam tahap konstruksi. Adapun cadangan lithium di Indonesia belum ditemukan dalam jumlah memadai untuk produksi baterai sehingga harus dipenuhi melalui impor.

Kendala lain adalah jomplangnya hasil produksi olahan nikel Indonesia. Saat ini ada beberapa jenis produk olahan nikel di Indonesia, yaitu nickel pig iron (NPI), feronikel (FeNi), dan nikel matte. Kementerian ESDM mencatat, produksi olahan nikel Indonesia mencapai 2,47 juta ton pada 2021. Angka ini naik 2,17% dibanding 2020 yang sebesar 2,41 juta ton. Dilihat lebih rinci, produksi olahan nikel terbesar berasal dari feronikel yang sebesar 1,58 juta ton. Kemudian, produksi nickel pig iron dan nickel matte masing-masing sebanyak 799,6 ribu ton dan 82,3 ribu ton.

Dari ketiga hasil pengolahan nikel tersebut, hanya nikel matte yang bisa dimanfaatkan untuk baterai kendaraan listrik selain Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), dan Mixed Sulphide Precipitate (MSP). Sisanya, feronikel dan NPI digunakan sebagai pelapis anti karat atau stainless steel. NPI adalah feronikel dengan kadar nikel lebih rendah. Produksi NPI dan FeNi dihasilkan oleh smelter Blast Furnace (BF) dan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).

Sayangnya, nikel matte sebagai bahan utama baterai listrik menempati posisi terendah dalam statistik olahan nikel di Indonesia. Proporsi olahan nikel Indonesia yang sebagian besar bukan untuk baterai juga diamini Arcandra. Hingga 2020 lalu, proses pengolahan nikel Indonesia berada di jalur produksi NPI dan feronikel. Untuk merubah alur produksi menjadi baterai listrik, diperlukan teknologi hidrometalurgi yang sangat rumit. Salah satu pilihan utama saat ini adalah High Pressure Acid Leaching (HPAL). Namun, HPAL masih jarang ditemui di dunia karena tingginya teknologi, biaya, dan tingkat kesulitan.

Pemerintah sudah mulai menyiapkan industri nikelnya dengan melarang ekspor bijih nikel dengan kandungan di bawah 70 persen sejak 2020 lalu. Tujuannya untuk mendorong hilirisasi industri nikel dan menciptakan nilai tambah. Kebijakan ini dikritik Arif S. Tiammar, Dewan Penasihat Asosiasi Profesi Metalurgi Indonesia (Prometindo) yang menyebut kebijakan ini bukan pilihan bijak. Karena produk dengan spesifikasi tersebut belum tentu merupakan produk akhir dan bahkan harga nikel ekuivalennya lebih rendah. Pemerintah, menurut Arif, perlu mendorong hilirisasi nikel lebih dalam lagi dan tidak semata untuk baja tahan karat dan baterai ion litium. Masih ada beberapa produk berbasis nikel yang bernilai tambah lebih tinggi.

Terlepas dari segala kesulitan di atas, pertemuan antara Luhut dengan Elon tentu membumbungkan kembali mimpi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global. Sejauh ini memang belum ada informasi teknis yang dibocorkan, selain berharap-harap cemas Elon memang akan mengirimkan timnya pada minggu kedua bulan Mei nanti.

Distraksi Pemberitaan

Proses pertemuan Luhut dengan Elon di pabrik Tesla memang menyita perhatian media. Berdasarkan pengamatan menggunakan alat big data Newstensity milik PT Nestara Teknologi Teradata, pemberitaan tentang isu ini menghasilkan 777 berita yang terangkum sejak 26 April 2022.

Grafik 1. Linimasa pemberitaan

Setelah dipilah secara manual, ditemukan 767 berita relevan antara 26 April 2022 hingga 27 April 2022 pukul 22.30 WIB. Seperti yang terlihat dalam grafik di atas, sentimen positif mendominasi pemberitaan dengan 550 berita atau 71 persen total pemberitaan.

Grafik 2. Fokus pemberitaan

Bagian menarik lain dari publikasi pertemuan ini adalah terpecahnya fokus pemberitaan pada empat tema besar. Fokus pertemuan Luhut dan Elon masih menduduki peringkat teratas, diikuti berita pemberian permen Kopiko oleh Luhut kepada Elon yang berhasil meraih atensi media. Bahkan, saham Mayora sang pemilik Kopiko ikut melejit 7,35 persen ke posisi Rp 1.750 per lembar saham pada hari itu.

Distraksi pemberitaan lainnya adalah saat rombongan Indonesia datang dengan pakaian formal berupa jas lengkap. Sedangkan si tuan rumah Elon Musk hanya memakai kaos oblong. Pemberitaan Elon yang memakai kaos oblong mendapat 86 pemberitaan dari media nasional.

Grafik 3. Analisis word cloud pemberitaan

Dari hasil analisis word cloud, fokus pemberitaan berpusat pada dua tokoh penting pertemuan, yakni Luhut Binsar Pandjaitan dan Elon Musk. Selain itu, word cloud juga menunjukkan beberapa fokus seperti Mayora, permen, kaos, dan investasi yang mendominasi narasi pemberitaan.

Grafik 4. Aktivitas di Twitter

Sementara dari hasil pemantauan di media sosial Twitter menggunakan Socindex, kata kunci “Luhut” dan “Elon Musk” melahirkan 408.497 engagement (jumlah interaksi berupa comment, post, share, dan view), 38.484 talk (jumlah post dan comment), 345.592 likes, dan 24.928.066 audience (jumlah pengunjung media sosial yang terpantau).

Grafik 5. Linimasa percakapan di Twitter

Sama dengan linimasa pemberitaan, puncak percakapan di Twitter juga terjadi pada 26 April 2022. Pada hari tersebut, isu ini mendapatkan 24.151 talk dan 313.571 likes. Percakapan kemudian menurun drastis pada keesokan harinya yang menunjukkan publik hanya tertarik pada pertemuan ini di hari pertama saja.

Grafik 6. Analisis bot score

Pemantauan bot score menunjukkan hasil yang positif. Meski unggahan dengan skor terendah dan skor tertinggi cukup berimbang, hasil akhir menunjukkan unggahan oleh human mendominasi dengan 3.563 unggahan. Sementara unggahan dengan indikasi bot sendiri mencapai 1.942 unggahan. Bisa disimpulkan bahwa percakapan terkait isu ini bersifat organik.

Grafik 7. Top retweet di Twitter

Tidak seperti anatomi pemberitaan yang terpecah dalam empat isu besar, percakapan di Twitter berkutat pada pembahasan kaos yang dipakai Elon dan pembelian Twitter oleh Elon. Dari lima unggahan dengan retweet terbanyak, hanya satu isu yang berkaitan dengan pertemuan antara Luhut dan Elon dari @labanux. Unggahan itu pun hanya membahas outfit Elon yang terkesan santai, berbanding pakaian formal delegasi Indonesia. Seperti biasa, warga Twitter lebih santai menanggapi sesuatu. Alih-alih membahas masa depan nikel Indonesia, mereka tampaknya lebih tertarik pada pakaian Elon Musk.

Epilog

Potensi nikel Indonesia memang menakjubkan, dibuktikan dengan posisi cadangan nikel terbesar di dunia. Sayangnya, jalan panjang terentang bagi Indonesia untuk menjadi leader dalam industri baterai listrik yang menggunakan nikel. Tidak usah jauh-jauh mengajak pemain besar seperti Tesla jika komposisi olahan nikel Indonesia belum memenuhi standar produksi.

Apalagi, teknologi pengolahan nikel menjadi baterai listrik masih mahal dan penuh resiko. Tesla dan pemain baterai listrik lain tentu akan berpikir ribuan kali sebelum membenamkan investasinya di Indonesia.

Pertemuan Luhut dengan Elon kembali membuka jalan bagi Tesla untuk membuka investasinya di Indonesia setelah sempat berpaling ke India. Pertanyaan selanjutnya, jika Tesla kembali ingkar janji apakah pemerintah sudah memiliki rencana lain?

--

--