Khoirul Rifai
Binokular
Published in
9 min readSep 19, 2023

--

PHK Net TV dan Suramnya Bisnis Televisi Masa Kini

Roda jaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hidup terus diburu
Berpacu dengan waktu

Lirik hits Menjaring Matahari dari Ebiet G. Ade seakan tak pernah lekang oleh waktu. Liriknya selalu relevan dengan kondisi terkini yang selalu dinamis. Siapa sangka, Net TV, bayi ajaib yang satu dekade lalu dipuja-puja karena membawa terobosan bagi industri stasiun TV lokal saat ini sedang menuju senjakalanya. Net TV hampir karam bersama kapal besar industri TV Indonesia.

Badai yang menghantam industri media TV nasional memang dirasakan hampir semua pelaku bisnisnya. Tapi, paling berat dialami PT Net Visi Media (NET TV) yang harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada 30 persen dari seluruh karyawan. PHK, atau manajemen menyebutnya efisiensi terpaksa dilakukan karena kinerja keuangan perseroan yang mencatatkan rugi bersih semakin dalam di paruh pertama tahun ini.

Berdasarkan laporan keuangan Net TV per 30 Juni 2023, sepanjang enam bulan pertama 2023 Net TV meraih pendapatan sebesar Rp124 miliar, turun dari capaian periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp202,6 miliar. Pendapatan ini adalah capaian yang terendah selama Net TV melantai di bursa saham. Di sisi lain, beban usaha Net TV juga bertambah. Akibat tergerusnya pendapatan Net TV tanpa disertai efisiensi beban perusahaan, Net TV mencatatkan rugi Rp146,3 miliar di semester !-2023 berbanding rugi Rp87,8 miliar di periode yang sama tahun 2022.

Gambar 1. Statistik marjin keuangan Emtek Group, Net TV, SCTV, dan MNC TV. Sumber: Stockbit Sekuritas

Buruknya keuangan Net TV tidak berhenti sampai di sini. Saldo laba/rugi perusahaan terus terakumulasi negatif sejak 2018, dan puncaknya pada kuartal kedua 2023, saldo laba Net TV tercatat berada negatif Rp3,1 triliun. Akibatnya, Net TV yang modalnya sudah minus sejak kuartal ketiga 2022, kini mencatatkan defisit modal hingga Rp238 miliar di semester I-2023. Riwayat Net TV bisa tamat jika kedepannya tidak ada perbaikan kinerja, penambahan utang, atau peningkatan modal.

Gambar 2. Saldo laba/rugi Net TV. Sumber: Keystats Stockbit Sekuritas, diolah oleh CNBC Indonesia

Akumulasi buruknya performa keuangan Net TV membuat harga saham NETV terpuruk ke rekor terendah sepanjang sejarah di Rp91 per lembar. Padahal saat IPO 26 Januari 2022, harga sahamnya dijual Rp196 per lembar dan sempat melesat 226,53 persen dalam 5 hari perdagangan dari harga perdana Rp196 menjadi Rp640. Setelah itu, harganya berangsur turun dan tidak pernah kembali ke posisi sebelumnya. Grafik saham NETV ini sejalan dengan kinerja keuangan yang selalu merugi sejak melantai di bursa.

Ditinggal Pengiklan dan Penonton

Program digitalisasi TV lewat Analog Switch Off (ASO) yang diberlakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjadi beban stasiun TV swasta untuk tetap bertahan. Menurut analisis Stockbit Sekuritas, transisi ASO menyebabkan penurunan marjin bisnis TV (Free to Air/FTA). Sebagai informasi, pelaksanaan ASO atau penghentian siaran TV analog telah dimulai sejak 2 November 2022.

Saat ini, masyarakat hanya akan menikmati suguhan siaran TV digital yang bisa diakses melalui TV digital maupun TV analog dengan bantuan Set Top Box (STB). Bagi sebagian masyarakat, harga STB yang berkisar antara Rp 250–400 ribu tentu memberatkan. Apalagi STB juga bukan menjadi kebutuhan primer di tengah meroketnya harga-harga sembako. Mahalnya harga STB membuat masyarakat mengurungkan niat untuk bertransisi ke siaran digital sehingga adopsi siaran digital ikut terhambat. Dus, lambatnya adopsi ini membuat audience share penonton TV turut tergerus.

Dampaknya, penerapan ASO akan memberikan ketidakpastian terhadap pengiklan, sebab ini akan mengubah perhitungan audience share atau perhitungan pasar dari penonton. Adanya sistem baru tersebut menyebabkan perhitungan audience share dipangkas tiap bulannya dari 50%, 25%, dan menjadi normal pada bulan ketiga. Melansir data Nielsen yang diambil dari laporan Stockbit Sekuritas, audience share NET berada di 1,6% pada kuartal-I 2023 turun dibanding setahun sebelumnya yang sebesar 2,6%. Rendahnya nilai tersebut menyebabkan channel Net TV berada di peringkat 14 dibanding stasiun televisi lainnya. Secara sektoral, Net TV juga tertinggal jauh dari Emtek Group dan MNC Group.

Menurut laporan Nielsen, belanja iklan TV hingga semester I-2023 masih belum pulih pasca-implementasi kebijakan ASO. Meski sudah berangsur-angsur pulih seperti sebelum terjadi migrasi penyiaran dari analog ke digital terestrial, akan tetapi belanja iklan TV masih akan menjadi tantangan ke depan. Seretnya pendapatan iklan tv terjadi di hampir seluruh stasiun TV. Penurunan iklan juga dialami stasiun TV milik Hary Tanoesoedibjo, MNC Group yang mengalami deselerasi iklan hingga 12 persen di kuartal I-2023.

Gambar 3. Laporan keuangan Net TV semester 1–2023. Sumber: BEI

Sedangkan Net TV, malah mengalami penurunan pendapatan iklan yang signifikan baik di kanal televisi maupun digital. Menurut laporan keuangan semester I-2023 Net TV, pendapatan iklan Net TV di televisi turun 64,74 persen menjadi Rp106,2 miliar, sedangkan di kanal digital angkanya turun 37,1 persen menjadi Rp13,8 miliar.

Tidak hanya kebijakan pemerintah yang menyulitkan Net TV dan stasiun TV lokal lain. Mereka juga sudah tertekan dengan kehadiran layanan berbasis digital seperti Netflix, Disney Hotstar, dan Youtube. Perubahan selera konsumen berkat masifnya penetrasi layanan digital turut mendisrupsi penonton TV.

Sejak meluncur penuh secara komersial pada 2013, Net TV memiliki jargon “Televisi Masa Kini” dengan membangun citra sebagai stasiun TV hiburan dan berita alternatif. Net TV tidak menghadirkan acara-acara gosip dan acara penuh sensasi lain. Dari sisi penyajian, Net TV juga menyajikan gambar dengan kualitas High Definiton (HD) yang tentunya hanya bisa dinikmati di TV-TV dengan layar HD. Karakteristik ini membuat target penonton Net TV sangat segmented, bisa dibilang Net TV membidik pemirsa premium di kala itu.

Targetnya adalah penonton anak muda, profesional terdidik di kota-kota besar, dan pemirsa paruh baya menengah ke atas. Segmentasi berbeda ini sempat menjadikan Net TV stasiun TV populer di tahun 2015 berkat kejeliannya menjadi pembaharu dengan tayangan-tayangan yang berkualitas. Tidak berhenti di situ, Net TV juga beradaptasi dengan dunia digital. Mereka menjadi stasiun televisi pelopor pembuatan akun YouTube official stasiun televisi untuk mengunggah tayangan mereka ke YouTube.

Segmen premium menengah ke atas yang dibidik Net TV rupanya sudah lama tidak menjadi penonton aktif televisi, sementara anak muda lebih memilih menonton saluran digital seperti Youtube, Netflix, dan media sosial seperti Instagram. Kemudian segmen profesional terdidik juga mengalami masalah serupa, pangsa pasarnya habis direnggut layanan TV streaming seperti Netflix, Hooq, Iflix, dan Youtube. Hal itu sejalan dengan riset Omnicom Media Group yang dimuat Kumparan menyebut 47 persen dari para responden yang berusia 22 sampai 45 tahun, lebih memilih menonton streaming video ketimbang televisi. Sederhananya, target pasar Net TV sudah bermigrasi ke Youtube, Netflix, dan Instagram.

Dengan target pasar yang jelas dan adaptasi dini dunia digital, kenapa Net TV tetap kalah? Rhenald Kasali, praktisi bisnis Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa bisnis pertelevisian sedang berat-beratnya menghadapi industri digital. Digitalisasi industri yang ditopang oleh Artificial Intelligence (AI), Big Data, Super Apps, Boardband Network, Internet of Things (IoT) dan Cloud Computing membuat bisnis pertelevisian konvensional tengah dalam ujian berat.

Pertaruhan Netverse

Net TV tidak diam saja dalam menghadapi disrupsi digital. Selain mempelopori pembuatan akun official di Youtube, Net TV juga menghadirkan Netverse. Aplikasi video streaming milik Net TV yang diciptakan untuk menghadapi disrupsi digital. Formatnya juga mengadopsi bentuk layanan streaming lain yang menggerus pasar Net TV.

CEO Net Visi Media (NETV) Deddy Sudarijanto dalam peluncuran Netverse, 25 Maret 2022 menyebut Netverse menghadirkan konten-konten yang eksklusif, mulai dari talkshow, music show, reality show, drama hingga original series. Berbagai konten tersebut akan dihadirkan dari pengembangan berbagai Intellectual Property (IP) yang telah dimiliki NETV sebagai bagian dari aset strategis Perseroan.

Sayangnya, strategi Net TV mengeksplor dunia digital belum menunjukkan tanda-tanda kesuksesan. Netverse hanya terunduh di angka seratusan ribu di Google Playstore. Jauh dari kompetitornya seperti Iflix dan Vidio yang sudah terunduh hingga 50 juta kali. Angkanya juga kalah dari Netflix yang sudah diunduh hingga satu juta kali. Secara nilai buku, Netverse yang tercatat sebagai aset aplikasi berbasis web dan telepon genggam juga terus menyusut berdasarkan laporan keuangan terbaru mereka.

Belum maksimalnya Net TV mengkapitalisasi peluang di sektor digital melalui Netverse lahir karena kesalahan Net TV membaca tren. Masyarakat rupanya enggan membuka sebuah aplikasi di telepon genggam hanya untuk menonton streaming Net TV. Sebab, banyak konten-konten Netverse yang juga ditayangkan di akun official Youtube Net TV. Alih-alih menawarkan hal yang segar, Netverse justru saling berebut penonton mereka di platform lain.

Jika melihat aplikasi OTT lokal lain seperti Vidio, Netverse nyaris tidak memiliki daya tarik yang kuat. Vidio misalnya, layanan streaming milik Emtek Group ini memegang hak siar BRI Liga 1 dan liga-liga besar Eropa. Perbaikan watching experience berhasil membawa Vidio berkembang menjadi salah satu platform streaming terbesar di Indonesia yang menayangkan beragam konten, seperti siaran televisi, olahraga, film, dan serial Originals. Berdasarkan riset AMPD oleh Media Partner Asia, Vidio merupakan OTT nomor satu dengan angka pertumbuhan pelanggan tertinggi di Asia Tenggara (ASEAN), yakni sebesar 35% pada kuartal II/2022.

Terlepas dari itu, jalan Netverse masih panjang. Usianya yang baru genap satu tahun setengah menjadikan aplikasi ini belum bisa sepenuhnya memahami selera pasar. Vidio, layanan OTT terbaik di Indonesia saat ini butuh waktu empat tahun untuk menemukan turning point layanannya. Beberapa tantangan kedepan tentu saja dari sisi permodalan perusahaan induk, jika tidak ada perbaikan bisa saja Netverse akan disuntik mati, alias layu sebelum berkembang.

Spektrum Media

Dari sisi pemberitaan, Newstensity menangkap 484 pemberitaan yang menyebut Net TV di dalamnya sejak 01 September hingga 18 September 2023. Secara harian, pemberitaan yang memuat Net TV adalah berita seputar jadwal siaran TV. Adapun pemberitaan fundamental dan PHK karyawan Net TV mulai muncul pada 14 September 2023, setelah kabar gelombang PHK mulai tersirkulasi di Twitter sehari sebelumnya.

Grafik 1. Linimasa pemberitaan Net TV di media massa. Sumber: Newstensity

Gelombang PHK mendadak Net TV yang memangkas 30 persen total karyawan selama 11–15 September 2023 tentu menimbulkan gejolak di media. Pasalnya, beberapa waktu belakangan tidak ada tanda-tanda akan ada PHK dari stasiun TV ini meski kinerja keuangannya juga tidak terlalu cemerlang. Manajemen dalam rilisnya kepada media mengatakan keputusan ini diambil dalam usaha perbaikan kondisi perusahaan dengan memperbaiki pengelolaan sumber daya manusia.

Sejauh ini, media daring masih dominan dengan dengan 480 publikasi dibandingkan dua publikasi di media cetak. Sementara media cetak yang turut mengangkat isu ini adalah Jawa Pos dan Pasundan Ekspress, masing-masing dengan satu berita. Isu ini memang tidak melebar ke masalah lain setelah Net TV memberi rilis resmi kepada media. Rilis tersebut sedikit banyak mampu melokalisir topik pemberitaan di media.

Grafik 2. Sebaran media

PHK yang dilakukan Net TV juga memantik percakapan di Twitter. Socindex menangkap 55.139 engagement dengan kata kunci “PHK”, “televisi”, dan “Net TV”. Isu ini juga menghasilkan 44.809 likes dan melibatkan 7,7 juta audiens. Sedikit berbeda dengan linimasa pemberitaan, lonjakan volume percakapan terjadi sejak 12 September 2023 saat akun Twitter @tvindonesiawkwk mengunggah pesan dari warganet yang mengaku tahu adanya gelombang PHK Net TV.

Grafik 3. Statistik dan linimasa percakapan di Twitter. Sumber: Socindex

Dari grafis di atas, terlihat lonjakan volume setelah akun @tvindonesiawkwk menyebarkan pesan tersebut. Unggahan ini banyak dikomentari warganet dengan ungkapan kekecewaan. Sebab, salah satu stasiun TV terbaik terpaksa melakukan PHK yang mengindikasikan perusahaan sedang goyah. Di sisi lain, kondisi Net TV yang pincang juga menggambarkan industri TV nasional secara umum berada di senjakalanya.

Gambar 4. Cuitan @tvindonesiawkwk tentang PHK Net TV

Cuitan di atas menjadi cuitan yang paling banyak mendapat likes terkait isu ini dengan 22,9 ribu likes sekaligus mengonfirmasi rumor yang dihembuskan akun @tanyakanrl pada 10 September 2023. Akun ini sempat mengunggah tangkapan layar seorang pegawai Net TV yang seolah memberi perpisahan pada Net TV. Warganet menyebut memang ada perampingan di Net TV karena kinerja mereka yang terus memburuk belakangan ini. Benar saja, berselang dua hari kemudian akun @tvindonesiawkwk mengonfirmasi gelombang PHK tersebut.

Gambar 5. Cuitan @tanyakanrl di Twitter

Epilog

Net TV muncul sebagai pembaharu industri TV nasional yang monoton dan dianggap banyak tontonan kurang mendidik. Harus diakui, Net TV cukup idealis perihal kualitas acara yang cukup bagus. Sayangnya, idealisme itu membunuh Net TV. Sebagus apapun produknya, mereka berjualan di pasar yang kosong. Pasar yang sudah ditinggalkan penghuninya ke platform lain. Akibatnya, pendapatan iklan merosot yang berujung pada kerugian keuangan. PHK seolah menjadi muara atas semua buruknya kinerja Net TV. Tanpa ada perbaikan fundamental, rasa-rasanya tinggal menunggu waktu Net TV dihapus dari siaran televisi kita.

--

--