Pilunya Kenaikan Harga Beras

Jenna Nadia Rasbi
Binokular
Published in
7 min readFeb 22, 2024

Tahun 2024 diawali dengan santernya pemberitaan mengenai bantuan sosial beras dari pemerintah. Penyaluran bansos beras 10 kg resmi dilakukan pemerintah mulai awal tahun ini. Total ada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia yang akan mendapatkan bantuan beras.

Sebelumnya pemerintah sendiri telah mengumumkan bahwa bansos beras ini akan disalurkan dalam 6 tahap selama 6 bulan berturut-turut. Di bulan Januari 2024 lalu, bansos beras CBP tahap 1 sendiri telah diterima oleh masyarakat seberat 10 kg per KPM. Adapun untuk tahap 2 akan langsung dilanjutkan penyalurannya di bulan Februari. Sama seperti sebelumnya, tiap KPM akan mendapatkan bansos beras 10 kg per tahap penyaluran.

Bersamaan dengan ini, memasuki bulan Februari, di tengah isu ramainya bansos sebagai motif politik, harga beras justru perlahan merangkak naik. Bahkan, pasca hari pencoblosan pada 14 Februari yang diikuti dengan berbagai pertentangan elite politik, harga beras terus melambung.

Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) membantah tudingan harga beras naik karena stok dipakai untuk bantuan sosial (bansos). Jokowi mengatakan bansos beras 10 kg justru diberikan untuk menekan harga karena pemerintah ingin menyeimbangkan permintaan dengan tambahan pasokan lewat beras. Menurutnya, bantuan beras pangan justru bisa mengendalikan karena supply-nya melalui bansos ke masyarakat.

Pemerintah berdalih jika kenaikan harga pangan merupakan dampak dari El Nino yang menyebabkan produksi beras menurun. Sehingga, tidak ada kaitan langsung antara pasokan bansos dan kelangkaan beras.

Kenaikan harga beras akibat El Nino yang menyebabkan masa panen raya mundur diamini oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Menurutnya, semua daerah di Indonesia mengalami kondisi serupa. Kenaikan terjadi pada semua jenis beras baik lokal dan premium.

Mengutip tabel pangan Badan Pangan Nasional, harga beras jenis medium saat ini Rp 14.080 per kg atau naik Rp 90 (0,64%). Sedangkan harga beras premium Rp 16.090 per kg atau naik Rp 70 (0,44%).

Nasib Pengusaha Warung Makan Usai Harga Beras Naik

Naiknya harga beras juga dikeluhkan oleh pengusaha warung makan di berbagai daerah. Salah satunya adalah sebuah warung makan di Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur, yang tak bisa melayani pelanggan yang hanya ingin membeli nasi putih saja karena tidak mendapatkan keuntungan.

Pegawainya bernama Dewi mengatakan, cara untuk menyiasati naiknya harga beras ini adalah menurunkan porsi atau menyertakan lauk pada pembelian nasi putih. Sementara harga bagi yang makan di tempat dan turut membeli lauk, harganya tetap, tapi ada pengurangan porsi nasi.

Sama dengan Dewi, Puci (27), pegawai warung makan di daerah Condet, Jakarta Timur juga memilih untuk mengurangi porsi nasi putih yang dijual, demi menyiasati kenaikkan harga beras. Menurut dia, pengurangan dilakukan untuk menyesuaikan porsi dengan harga beras saat ini.

Senada dengan Dewi dan Puci, Nung (38), salah satu pemilik warung nasi di Jalan Margonda Raya, Depok tetap mempertahankan harga porsi makanannya meskipun beras di pasaran mengalami kenaikan harga. Menurutnya, menaikkan harga tidak memberikan pengaruh yang signifikan karena konsumen yang datang ke warung makannya adalah pelanggan setia yang mayoritas office boy (OB) dan pengemudi ojek online.

Satu-satunya cara untuk menjamin Nung agar tidak terlalu merugi dan harga seporsi makanan tidak berubah, yaitu dengan mengurangi sedikit porsi nasi. Di samping itu, Nung juga menaikkan harga sekitar Rp 1.000 bagi karyawan kantor yang makan di warungnya demi memperoleh sedikit pendapatan.

Bagaimana Upaya Pemerintah?

Saat ditanya terkait upaya pemerintah dalam menangani naiknya harga beras ini, Jokowi mengungkapkan jika pemerintah pun menyalurkan bantuan beras untuk kepada 22 juta KPM, berdasarkan data yang dikelola oleh Kemenko PMK. Di lain kesempatan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan, belum bisa memastikan kapan harga beras bakal turun.

Meski demikian, pemerintah terus berupaya mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga beras sampai nanti bisa kembali turun dan stabil. Langkah yang telah berjalan yakni dengan membanjiri beras merek dagang program Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) dari Perum Bulog sebagai pilihan alternatif masyarakat ketika harga beras naik. Harga beras SPHP Rp10.900 per kilogram atau Rp54.000 per 5 kilogram. Kualitas beras Bulog bersubsidi ini diklaim tidak kalah dengan beras premium.

Pantauan Media

Grafik 1. Volume berita harian topik Kenaikan Harga Beras Periode 14–22 Februari 2024. (Sumber: Newstensity)

Berdasarkan pantauan media massa di Newstensity dengan memasukan keyword “harga beras” dan “bansos”, pada periode 14–22 Februari 2024 terdapat 2.582 berita yang membahas tentang kenaikan harga beras. Puncak berita terlihat di hari Jumat, 16 Februari 2024 dengan total 341 berita. Momen ini bertepatan dengan selesainya pemilihan umum presiden dan wakil presiden periode 2024–2029 dan saat sedang berjalannya proses quick count. Kenaikan harga beras sendiri telah terjadi sebelum hari pencoblosan Pemilu pada 14 Februari 2024, dan masih berlangsung hingga saat ini.

Grafik 2. Analisis sentimen terkait Kenaikan harga Beras di media massa. (Sumber: Newstensity)

Berdasarkan pemantauan di media massa, sentimen negatif dan positif mendominasi pemberitaan dengan jumlah masing — masing 1.084 (42%) dan 1.073 berita (42%). Diikuti oleh pemberitaan dengan sentimen netral dengan jumlah 425 berita atau sebesar 16%.

Beberapa pemberitaan negatif yang muncul adalah terkait isu kenaikan harga beras yang timbul akibat Pemilu 2024. Ada pula isu yang menyangkutpautkan kenaikan harga beras ini dengan bansos yang digencarkan oleh Jokowi sebelum Pemilu berlangsung. Akan tetapi isu — isu ini disangkal oleh Jokowi karena ia mengungkapkan jika kenaikan harga beras ini terjadi dikarenakan faktor cuaca yang mengakibatkan gagal panen di berbagai daerah.

Grafik 3. Analisis world cloud terkait Kenaikan harga Beras. (Sumber: Newstensity).

Menilik analisis word cloud di Newstensity, terlihat jelas kata “beras”, “Jokowi”, “presiden” dan “harga” yang mengindikasikan jika kenaikan harga beras menjadi topik yang ramai diperbincangkan dalam periode tanggal 14–22 Februari 2024, yakni sebelum hingga setelah Pemilu 2024 terlaksana.

Selain di media massa, pemberitaan meroketnya harga beras yang memilukan ini juga mendapat respons yang cukup ramai dari warga X (Twitter). Topik ini menjadi trending selama sepekan terakhir di platform media sosial tersebut karena juga menyinggung Pemilu 2024 dan bansos yang dibagikan di awal tahun 2024 ini.

Berdasarkan pantauan Socindex, selama periode 14–22 Februari 2024, terdapat 16.687 percakapan (talk) dengan topik ini. Isu ini juga menjadi percakapan yang intens di linimasa dan berpotensi mendapat buzz reach ke sebanyak 183,6 juta akun.

Grafik 4. Statistik Twitter terkait Kenaikan harga Beras. (Sumber: Socindex)

Perbincangan terkait kenaikan harga beras ini mulai naik menjelang Pemilu 2024 tanggal 14 Februari 2024 dan memuncak di tanggal 20 Februari 2024 saat harga beras tengah mencapai kisaran 15.000–19.000 per kilogram.

Grafik 5. Linimasa engagement terkait Kenaikan harga Beras. (Sumber: Socindex)

Respons yang diberikan warganet pada platform X (Twitter) juga sangat beragam. Salah satu akun yang mendapat respons like terbanyak dari warganet adalah cuitan seorang warganet bernama alf dengan nama akunnya @bukanwibudesu. Alf berpendapat, meroketnya harga beras dan bahan pangan lainnya memberatkannya sebagai pekerja dengan penghasilan yang masih di bawah UMK. Ia juga mengkritisi bagaimana pemerintah belum memberikan solusi terkait kenaikan ini.

Gambar 1. Tangkapan layar akun Twitter Alf @bukanwibudesu. (Sumber: Twitter)

Cuitannya ini mendapat respons sebanyak 1.4 juta views, 39 ribu likes, 10 ribu retweets, dan 1.000 comments.

Gambar 2. Tangkapan layar komentar akun Ahmad Arif @aik_arif terhadap Kenaikan Harga Beras. (Sumber: Twitter)

Cuitan akun X (Twitter) lain yang juga mendapatkan likes terbanyak adalah jurnalis Ahmad Arif dengan nama akun @aik_arif. Ahmad Arif mempertanyakan alasan yang dilontarkan Jokowi terkait naiknya harga beras yang disebabkan karena perubahan iklim yang ekstrem, padahal Thailand dan Vietnam yang justru mengekspor beras ke Indonesia. Sedangkan El Nino atau perubahan cuaca ekstrem juga terjadi di kedua negara tersebut.

Apabila dilihat dari segi sentimen, percakapan terkait kenaikan harga beras pada periode 14–22 Februari 2024 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sentimen negatif dengan netral dan positif. Percakapan warganet lebih didominasi oleh tanggapan negatif dengan jumlah 10.384 percakapan, diikuti dengan sentimen netral dengan total 4.141 percakapan, dan sentimen netral dengan jumlah 2.162 percakapan

Grafik 6. Linimasa sentimen Twitter terkait Kenaikan Harga Beras (Sumber: Twitter)

Berdasarkan pemberitaan terkait kenaikan harga beras, beberapa akun warganet yang kritis terhadap pemerintah seperti @bukanwibudesu, @cottonbyul, dan @petitestardust merupakan 3 akun yang menjadi top likes selama periode 14–22 Februari 2024. Unggahan dari ketiga akun Twitter tersebut cenderung menyampaikan kritiknya terhadap pemerintah terkait kenaikan harga beras yang masih melambung hingga saat ini.

Gambar 3. Top likes Twitter terkait kenaikan harga beras (Sumber: Twitter)

Epilog

Satu minggu setelah Pemilu 2024 berlangsung meroketnya harga beras semakin memilukan. Dampaknya berpengaruh ke banyak kelompok masyarakat. Tidak hanya para pekerja, naiknya harga beras ini memberatkan para pengusaha warung makan. Dengan modal yang sama, mereka harus bisa mensiasati kenaikan harga beras ini agar warung makan mereka tidak mengalami kerugian dan kehilangan pelanggan setia. Dapatkah mereka bertahan hingga pemerintah dapat kembali menstabilkan harga beras dan mengembalikannya seperti semula?

--

--