Senjakala Toko Buku Gunung Agung

catur noviantoro
Binokular
Published in
6 min readMay 25, 2023

Setelah 70 tahun beroperasi, Toko Buku Gunung Agung harus menutup seluruh outletnya. Kabar sedih ini menjadi kado peringatan Hari Buku Nasional yang baru saja diperingati pada 17 Mei 2023. Keputusan penutupan seluruh outletnya diambil lantaran perusahaan tidak bisa bertahan dengan kerugian operasional yang semakin besar dan tidak sebanding dengan pencapaian penjualan setiap bulannya. Langkah efisiensi juga sudah ditempuh sejak pandemi COVID-19 2020 dengan menutup beberapa toko di beberapa kota seperti Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, dan Jakarta.

Penutupan outlet tidak hanya dilakukan akibat dampak dari pandemi COVID-19 belaka. Manajemen toko buku tersebut telah melakukan efisiensi usaha sejak tahun 2013 guna menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian akibat beban biaya operasional yang besar.

Sebagai imbas dari rencana penutupan permanen ini, ratusan karyawan Toko Buku Gunung Agung akan dirumahkan. Isu PHK di toko buku Gunung Agung ini awalnya dihembuskan oleh Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia). Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat menyatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan pengaduan dan permohonan advokasi terhadap kasus PHK sepihak dan massal terhadap 350 karyawan Toko Buku Gunung Agung. Namun, isu tersebut dibantah oleh Direksi PT GA Tiga Belas selaku manajemen.

Keputusan toko buku Gunung Agung tutup permanen akan menambah daftar toko buku yang gulung tikar di Indonesia. Sebelumnya pada awal tahun 2023, toko buku Periplus resmi menutup gerainya di Malioboro Plaza, Yogyakarta. Lalu, pada bulan April di ikuti Books & Beyond mengkonfirmasi akan menutup seluruh gerainya pada akhir Mei 2023.

Sebelumnya, toko buku lokal, Togamas Solo berhenti beroperasi pada Juni 2022. Lalu ada, jaringan ritel toko buku asal Jepang, Kinokuniya yang menyisakan satu cabang di Grand Indonesia, setelah menutup permanen tokonya di Plaza Senayan pada April 2021. Sedangkan, toko buku Gramedia juga menutup permanen salah satu gerainya di Mal Taman Anggrek yang berakhir beroperasi pada 31 Oktober 2020.

Aral Melintang, Toko Buku Harus Inovatif

Penutupan toko buku fisik selalu dikaitkan dengan perkembangan teknologi yang mengubah banyak hal, termasuk di industri perbukuan. Masa pandemi diyakini telah mengakselerasi proses transformasi tersebut. Penjualan buku tidak lagi terpusat di toko buku saja, tapi marketplace dan saluran digital lainnya. Associate Professor Loh Chin Ee dari National Institute of Educatio (NIE) Singapura dalam tulisannya yang berjudul Commentary: Bookstores Struggle to Stay Afloat When We Need Them More Than Ever menyebutkan, toko buku memiliki ruang rak yang terbatas, biaya sewa yang tinggi, serta biaya overhead untuk menyimpan berbagai macam buku. Di sisi lain, semakin banyak pelanggan yang beralih ke pembelian buku secara online membuat toko buku kesulitan untuk mengelola keseimbangan antara layanan masyarakat dan kelangsungan ekonomi.

Hal senada juga disampaikan oleh Pakar Pemasaran dan Perilaku Konsumen dari Universitas Indonesia Sri Rahayu Hati. Menurutnya, ada lima penyebab toko buku menjadi sepi hingga gulung tikar. Pertama, konsumen beralihnya ke format digital. Kedua, toko buku konvensional harus bersaing dengan toko ritel daring. Ketiga, biaya sewa dan operasional kian meningkat. Keempat, adanya perubahaan kebiasaan membaca di mana saat ini distraksi kian banyak termasuk dari ponsel dan internet. Terakhir, pandemi Covid-19 yang telah membuat toko buku mengalami perlambatan bisnis akibat social distancing sehingga lebih banyak pembaca yang beralih membeli secara online atau membaca versi digital.

Selain itu, turunnya penjualan buku secara fisik dari tahun ke tahun juga menjadi faktor lainnya. Hal terlihat dari tren penjualan buku secara global yang mengalami penurunan. Pada tahun 2023, pendapatan penjualan buku perdagangan global diperkirakan mencapai 78,07 miliar dolar AS atau Rp 1,1 kuadriliun. Angka itu sebenarnya meningkat 2,53 persen dari tahun 2022. Namun penjualan buku perdagangan global pada tahun 2022 turun 10,11 persen dibandingkan tahun 2021, dengan 76,14 miliar dolar AS. Selama pandemi, penjualan buku global turun 7,64% menjadi dibawah 80 miliar dollar AS untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.

Tren penjualan buku yang menurun secara global juga dialami Indonesia. Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman Nugraha mengamini hal tersebut. Menurut Arsys, penjualan buku di Indonesia memang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Penyebab penurunan penjualan buku tidak jauh dari hadirnya digitalisasi di segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia yang membuat minat membaca buku menjadi rendah.

Hal ini tercermin dalam laporan Perpustakaan Nasional RI, pada tahun 2022 tingkat kegemaran membaca masyarakat sebesar 63,90 persen, dengan durasi 1,6 jam perhari dengan lima bacaan per tiga bulan. Sementara itu, laporan We Are Social pada triwulan III-2022 menemukan, rata-rata waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia berselancar di media sosial adalah 3,3 jam (198 menit) per hari setara dengan 23,1 jam (1.386 menit) setiap pekannya.

Di sisi lain, pegiat literasi Wien Muldian meyakini tutupnya sejumlah toko buku di Indonesia bukan karena minat baca yang rendah, melainkan akses terhadap bacaannya yang tidak mudah, dan kemampuan daya beli karena harga buku masih relatif mahal. Penutupan toko buku, termasuk Toko Buku Gunung Agung juga karena gagal untuk beradaptasi dan berinovasi. Banyak toko buku yang tidak memiliki kegiatan yang mengikat konsumen. Misalnya dengan menyediakan café, membuat klub buku, atau acara-acara literasi. Bila toko aktif serta membuat membaca nyaman, maka pembaca akan kerap kembali.

Toko buku yang hidup dengan berbagai inovasi banyak diupayakan oleh toko-toko buku Indie. Di tengah merudupnya kejayaan toko buku besar, toko buku kecil di berbagai kota di Indonesia semakin menemukan peminatnya. Sebut saja beberapa toko buku Indie yang populer khususnya di kalangan anak muda di antaranya Post Santa (Jakarta), Transit Bookstore (Jakarta), Kios Ojo Keos (Jakarta), Patjarmerah (Jakarta), Kineruku (Bandung), Buku Akik (Jogja), Warung Sastra (Jogja), Buku Theotrapi (Jogja), C20 Library (Surabaya), Kedai Buku Jenny (Makassar), dan lain sebagainya.

Toko buku kecil tersebut menggabungkan beberapa jurus seperti menjual buku on the spot, menjual buku secara daring, menjual produk non buku (café, merchandise, alat tulis, dsb), menggelar acara seperti bedah buku dan diskusi literasi, aktif di sosial media sehinga bisa meraup lebih banyak audiens maupun konsumen, serta menyediakan tempat yang nyaman untuk pembeli. Oleh karenanya, meski bisnis berjalan pelan dan lingkup kecil, tetapi toko buku ini mempunyai tempat di hati konsumen yang loyal.

Pantauan Media Massa

Berdasarkan pantauan Newstensity, selama periode 19 Mei-24 Mei 2023, ada 716 berita terkait toko buku Gunung Agung. Tanggal 22 Mei 2023 menjadi puncak ramainya pemberitaan yakni mencapai 377 berita. Puncak pemberitaan didominasi dengan PT GA Tiga Belas yang membawahi toko buku Gunung Agung mengkonfirmasi penutupan seluruh outletnya hingga akhir tahun 2023.

Grafik 1. Linimasa pemberitaan Toko buku Gunung Agung (sumber : Newstensity)

Sentimen positif dan negatif sama-sama mendominasi pemberitaan tentang toko buku Gunung Agung tutup. Sentimen positif mencakup berita-berita mengenai toko buku Gunung Agung yang menutup seluruh outletnya hingga akhir tahun 2023. Sedangkan sentiment negatif mencakup berita-berita mengenai isu PHK sepihak kepada 350 karyawannya.

Grafik 2. Sentimen pemberitaan tentang toko buku Gunung Agung (Sumber : Newstensity)

Dari analis word cloud ditemukan sejumlah kata kunci yang mewarnai pemberitaan tentang toko buku Gunung Agung. Kata kunci tersebut di antaranya adalah “tutup”, “toko”, “buku”, “gunung”, “agung”, “phk”, dan “karyawan”.

Grafik 3. Analisis word cloud tentang toko buku Gunung Agung (Sumber : Newstensity)

Percakapan di Twitter

Sementara, hasil pemantauan Twitter menggunakan Socindex terhadap keyword “tokobuku”, “gunungagung”, “toko buku” selama 18–24 Mei 2023 mendapati perbincangan tentang toko buku Gunung Agung mendapat 85.155 engagement, 10.710 talk atau cuitan, 67.267 applause atau likes, dengan audience sebesar 17.214.375 akun.

Grafik 4. Statistik Twitter tentang toko buku Gunung Agung (Sumber: Socindex)

Engagement tertinggi di Twitter terjadi pada 21 Mei 2023 tepat keyword “Gunung Agung” menjadi trending topic dengan total 52.264 engagement.

Grafik 5. Lini masa engagement Twitter tentang toko buku Gunung Agung (Sumber: Socindex)
Grafik 6. Top tweet berdasarkan likes tentang toko buku Gunung Agung (Sumber : Socindex)

Cuitan paling banyak mendapatkan likes adalah akun @JakaAdy yang melihat fenomena menarik dari tutupnya toko buku dengan argument minat baca rendah, tetapi orang mau rela antre mulai jam 4 subuh di event Big Bad Wolf. Selain itu akun lain yang mendapatkan likes kedua terbanyak akun @Senogp yang dalam cuitannya memberikan pendapatnya agar toko buku fisik bisa bertahan dengan mengubah mindset buku jangan dijadikan barang dagangan. Jadikan toko buku tempat interaksi antar sesama pembaca, acara diskusi buku, baca puisi, temu penulis dan pembaca.

Epilog

Penutupan toko buku Gunung Agung, menjadi alarm bagi toko buku lainnya di era digital. Masa pandemi mempercepat akselerasi transformasi. Penjualan buku tidak lagi hanya mengandalkan penjualan melalui toko buku offline, tetapi dapat dilakukan melalui saluran marketplace, e-commerce, dan saluran digital lainnya. Selain itu, toko buku juga harus beradaptasi dan melakukan inovasi bisnis untuk bisa terus bertahan.

--

--