Sesajen di Semeru: Pengundang Bala atau Bagian dari Tradisi?

Khoirul Rifai
Binokular
Published in
7 min readJan 12, 2022

Media sosial dikejutkan dengan beredarnya video seorang pria yang menendang sesajen di Lumajang, dekat dengan Kawasan Gunung Semeru. Video itu mulai beredar sejak Sabtu, 8 Januari 2022. Dalam video yang berdurasi 30 detik, tampak seorang pria dengan menggunakan pakaian abu-abu, rompi hitam, dan penutup kepala berwarna hitam menendang dan menumpahkan beberapa sesajen yang sebelumnya diletakkan di sebuah tempat. “Ini yang membuat murka Allah. Jarang sekali disadari bahwa inilah yang justru mengundang murka Allah, hingga Allah menurunkan azabnya. Allahu Akbar,” kata pria dalam video tersebut.

Video itu mengundang kemarahan beberapa pihak, salah satunya adalah Bupati Lumajang Thoriqul Haq. Ia menyebut aksi pria itu meresahkan masyarakat Lumajang. Thoriq juga memastikan pria tersebut bukan warga Lumajang. Thoriq memerintahkan aparat kepolisian dan relawan untuk mencari tahu siapa pelaku dalam video tersebut untuk dimintai klarifikasi atas tindakannya.

Rupanya, tidak butuh waktu lama bagi kepolisian dan warga Twitter untuk mendapatkan identitas si pelaku. Dalam sebuah cuitan di Twitter, pelaku diketahui bernama Hadfana Firdaus, seorang relawan di lokasi bencana Semeru yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Polisi kini memburu terduga pelaku.

Pelaku dalam video tersebut juga dilaporkan ke kepolisian oleh ormas Hindu yang berbasis di Jawa Timur. DPD Prajaniti Hindu Indonesia Jawa Timur melaporkan kasus ini ke Polda Jawa Timur pada Senin 10 Januari 2022. Senada dengan sikap bupati, DPD Prajaniti Hindu Indonesia Jawa Timur menyebut perlu dicari motivasi tindakan pria dalam video tersebut karena berpotensi mengadu domba umat beragama di Jawa Timur.

Berawal di Twitter

Video yang oleh sebagian orang dianggap intoleran ini, pertama kali tersebar melalui Twitter oleh akun @Setiawan3833. Akun tersebut mengunggah video perusakan sesajen oleh seorang pria dengan narasi mengingatkan orang lain agar menghormati kearifan lokal, adat, dan budaya masyarakat lain. Konteksnya, warga Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang baru saja menggelar ruwatan dan sedekah desa untuk memohon keselamatan dari bencana. Beberapa sesajen yang diletakkan di sungai dan pura, lantas dibuang pelaku sembari meneriakkan takbir. Video itu ditonton hingga 1,4 juta kali sampai tulisan ini dibuat.

Gambar 1. Video awal pria menendang sesajen oleh akun @Samsetiawan3833

Video tersebut diunggah pada 8 Januari 2022 pukul 17.42 WIB, dari sini persebaran video terjadi secara masif ke berbagai platform lain seperti TikTok dan Instagram. Sebagai muasal penyebaran video, Twitter menjadi platform diskusi warganet yang mengkritik dan mendukung aksi penendangan sesajen ini.

Grafik 1. Aktivitas di Twitter

Berdasarkan pantauan Socindex dengan kata kunci “sesajen” pada 08–10 Januari 2022, isu ini secara total melibatkan 189.011 audience, menghasilkan 1.907 cuitan unik, 168.219 likes, dan 20.792 total talk (retweet dan reply). Namun isu ini baru mendapatkan momentumnya pada 09 Januari 2022 atau sehari setelah video diunggah. Tercatat, isu ini mendapatkan likes 91.212 kali dan dikomentari serta dicuit ulang sebanyak 10.401 kali pada tanggal tersebut.

Grafik 2. Detail aktivitas di Twitter

Salah satu pemicu lonjakan volume percakapan terjadi setelah Alissa Wahid, putri almarhum Gus Dur mencuit ulang video tersebut. Dalam cuitannya, Alissa mempersilahkan setiap orang untuk tidak meyakini sesuatu, akan tetapi memaksakan pendapat kepada orang lain adalah hal yang berbeda.

Cuitan itu pada akhirnya menjadi top retweet dengan 7.447 retweet. Apa yang diucapkan Alissa menjadi perdebatan lebih lanjut di kalangan warga Twitter. Alissa seperti membuka lapak baru untuk mendiskusikan masalah ini. Beberapa pendukung Alissa menyebut mereka yang setuju dengan pembuangan sesajen ini adalah kaum intoleran yang berusaha memaksakan kehendaknya.

Kantor Kementerian Agama Lumajang bahkan menilai aksi penendangan itu dicap sebagai tindakan kurang beradab. Pasalnya, hal itu bisa saja merusak keharmonisan antar-umat beragama di Lumajang yang tengah berduka setelah dihantam bencana beberapa waktu lalu.

Grafik 3. Top retweet

Mengapa pembuangan sesajen di Lumajang dianggap intoleran? Bagi masyarakat di sekitar Gunung Semeru, tradisi memberikan sesajen adalah bagian dari kebudayaan yang sudah berjalan selama ratusan tahun. Cara ini adalah upaya untuk berterimakasih dengan alam, aksi transendental berkaitan dengan kehadiran Gunung Semeru yang dianggap sebagai sumber kehidupan masyarakat di sana. Dengan demikian, klaim bahwa sesajen adalah penyebab bencana tentu tidak bisa diterima alam pikiran masyarakat Lumajang. Apalagi menyamakan bencana dengan azab.

Sesajen tidak bisa dipisahkan dalam setiap ritual dan tradisi keagamaan di sekitar Gunung Semeru, utamanya warga suku Tengger. Salah satu ritual itu adalah Unan-Unan, berasal dari kata Una atau Uno yang berarti menghilangkan musibah, balak, dan bencana. Ritual yang digelar setiap lima tahun sekali ini menunjukkan solidaritas antar-umat beragama di antara warga Tengger karena baik Hindu maupun Muslim saling bekerja sama dalam perayaannya.

Sedangkan dalam video yang viral tersebut, masyarakat Dusun Sumbersari baru saja melakukan tradisi ruwatan. Salah satu ritual penyucian yang masih dilakukan masyarakat di Jawa dan Bali. Ruwatan jika diartikan secara sederhana berarti pembersihan dari segala sesuatu yang dianggap membawa sial atau bencana.

Lebih rinci lagi, tradisi ruwatan itu dilakukan 40 hari setelah erupsi Gunung Semeru dan dilakukan dengan tata cara Islam. Pada hari itu selepas Maghrib, warga membaca beberapa doa dan Surah Yasin sesuai petunjuk kiai setempat. Pagi harinya warga memasang beberapa sesajen yang memang ditujukan bagi burung dan hewan lain di sekitar Gunung Semeru. Dalam pandangan Islam, bersedekah memang tidak terbatas pada manusia tetapi juga kepada mahluk hidup lain.

Diskusi di Twitter semakin ramai berkat cuitan Nadirsyah Hosen, dosen Hukum Islam di University of Monash, Australia yang juga berlatar belakang sebagai santri. Senada dengan sikap Alissa, Nadirsyah meminta semua orang untuk beragama dengan menerima keragaman. Kegelisahan atas bentuk ritual agama dan kepercayaan lain hanya akan membuat seseorang menjadi tidak nyaman, bukan menambah keimanan.

Gambar 2. Tangkapan layar cuitan @na_dirs

Tingginya angka retweet kepada cuitan yang bernada moderat seperti Alissa dan Nadirsyah bukan berarti menandakan banyak warga Twitter yang mengkritik aksi penendangan sesajen di Lumajang. Sebagian malah menyerang keduanya yang dianggap diam saat Islam dilecehkan. Warganet mempertanyakan sikap Alissa dan Nadirsyah yang diam saat Ferdinand Hutahean membuat cuitan “Allahmu lemah” yang kini sudah dihapus. Bagi mereka hal ini adalah sebuah ironi, dua tokoh Muslim diam saat Ferdinand dianggap melecehkan agama Islam, tetapi justru bersuara saat sebuah sesajen ditendang.

Hal itu dibuktikan dengan tagar #KawalKasusFerdinand yang justru menjadi top hashtag dalam isu ini. Tagar tersebut memuncaki deretan tagar teratas dengan 16,67 persen. Bahkan, tagar selanjutnya juga sama, tagar #TahanFerdinandHutahean mengikuti dengan 10,03 persen. Tampaknya, momen ini dijadikan warganet untuk meminta keduanya ikut bersuara dalam kasus yang dianggap pelecehan agama oleh Ferdinand Hutahean. Bagi sebagian orang, sikap Alissa dan Nadirsyah dianggap tidak seimbang dalam merespons suatu masalah.

Grafik 4. Susunan tagar teratas dalam isu ini

Pemberitaan Terlambat di Media Massa

Video pria yang menendang sesajen di Lumajang beredar sejak 8 Januari 2022 pukul 17.42 WIB, tetapi baru tersirkulasi dalam pemberitaan pada keesokan harinya. Berdasarkan pantauan dari big data Newstensity, sepanjang periode 08–10 Januari 2022 tercatat ada 599 berita tentang kasus ini. Setelah dipilah secara manual, ditemukan 565 berita yang relevan.

Grafik 5. Linimasa pemberitaan

Seperti yang tampak pada grafik di atas, pemberitaan baru bermunculan pada 09 Januari 2022 setelah video penendang sesajen tersebut viral. Pada hari pertama, pemberitaan masih berkutat pada beredarnya video tersebut. Sehari setelahnya, terjadi lonjakan berita yang sangat massif setelah beberapa tokoh dan lembaga merespons aksi tersebut.

Mayoritas tentu mengkritik aksi yang dilakukan pria dalam video. Kecaman datang dari Alissa Wahid, Bupati Lumajang Thoriqul Haq, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, dan Gus Miftah.

Meski demikian, kontribusi pemberitaan secara umum datang dari berita tentang penendangan sesajen yang kemudian viral dan diikuti berita turunan. Pemberitaan kemudian mengarah pada proses pencarian pelaku setelah Thoriqul Haq meminta jajarannya untuk mencari pria dalam video tersebut. Hal ini direspons oleh Polda Jawa Timur yang membentuk tim untuk memburu pelaku. Pencarian pelaku juga terjadi setelah aksi ini dilaporkan dua ormas yaitu GP Ansor Kabupaten Lumajang dan DPD Prajaniti Hindu Indonesia Jawa Timur.

Grafik 6. Newstrend pemberitaan

Bupati Lumajang Thoriqul Haq terlihat cukup geram dengan memerintahkan pencarian pelaku, apalagi wilayahnya yang mulai tenang setelah dilanda bencana kembali gaduh akibat kasus ini. Hal itu menempatkannya di posisi teratas sebagai figur yang paling banyak disebut. Figur selanjutnya adalah Alissa Wahid, cuitannya yang juga menjadi top retweet di Socindex menjadi bahan bagi media untuk menuliskan pemberitaan atas kecamannya terhadap pelaku.

Grafik 7. Figur yang banyak disebut dalam kasus ini

Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Gatot Repli Handoko berada di posisi ketiga dalam kapasitasnya sebagai juru bicara Polda Jawa Timur yang turun tangan menangani kasus ini. Gatot menjadi rujukan media dan narasumber kepolisian saat memberi perkembangan kasus pada media. Tokoh dari kepolisian lain yang masuk jajaran lima figur teratas adalah AKBP Eka Yekti Hananto Seno sebagai Kapolres Lumajang, di mana kasus ini masuk dalam teritorinya. Mendiang Abdurrahman Wahid sendiri ikut disebut dalam pemberitaan setelah komentar putrinya Alissa Wahid banyak dikutip media.

Grafik 8. Sentimen berita

Adapun sentimen terbanyak dalam pemberitaan ini adalah sentimen negatif dengan 373 berita atau 66 persen. Mayoritas pemberitaan negatif berisi kecaman pada pelaku yang dianggap merusak keharmonisan beragama di Lumajang. Selain itu, respons beberapa tokoh publik dan lembaga yang menyesalkan tindakan pelaku juga berkontribusi pada pemberitaan negatif.

Penutup

Video penendangan sesajen ini akhirnya viral di media sosial. Bupati Lumajang marah dan segera mencari pelaku. Tokoh publik pun bersuara, mayoritas mengkritik pelaku karena tidak menghargai adat istiadat suatu daerah, apalagi membawa panji agama dalam tindakannya. Cuitan tokoh agama yang mengangkat keragaman justru dikritik warganet karena mereka dianggap diam saat Islam dilecehkan. Isu ini malah dijadikan tunggangan untuk membahas kasus lain. Lepas dari itu semua, keharmonisan antar penduduk harus menjadi prioritas dalam pemulihan Lumajang yang baru saja bangkit dari bencana erupsi Gunung Semeru.

--

--