Tutup Tahun Ala Spotify dengan 2020 Wrapped

Indra Buwana
Binokular
Published in
6 min readDec 3, 2020

Tahun 2020 terasa begitu kelam, terutama karena Covid-19. Kekelaman itu contohnya ada yang terkungkung di rumah sehingga tidak bisa bertemu teman, ada yang terkena PHK, dan yang terburuk, terjangkit virus sial itu. Perlu kewarasan untuk menghadapai tekanan-tekanan seperti itu. Dan salah satu cara untuk bisa sedikit waras adalah dengan mendengarkan musik.

Jelas konser musik masih dilarang di masa pandemi. Saya yang seharusnya bisa menonton Asian Sound Syndicate Vol. 2 pun terpaksa harus batal. Namun, jelas ada berbagai alternatif cara untuk mendengarkan musik seperti radio, TV, Youtube, CD yang diputar di mobil ketika bepergian, lantunan para pengamen, dan lainnya. Musik memang tidak pernah terlalu jauh dari kehidupan kita.

Salah satu alternatif untuk menikmati musik yang jamak dipakai oleh pengguna gawai adalah Spotify. Spotify menyediakan jutaan lagu. Selain lagu, ada pula podcast dan bahkan bacaan ayat suci dari kitab agama. Bagusnya, kebanyakan dari konten itu bisa diakses secara gratis. Dengan catatan pengguna gratisan harus siap mendengar selipan iklan. Jadi untuk merasakan pengalaman lengkap mendengarkan Spotify tanpa harus diganggu iklan, kamu cukup bayar biaya berlangganan.

Spotify menjadi lebih personal ketika layanan ini mampu menyesuaikan lagu-lagu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Selain pengelompokan genre dan playlist dengan kriteria khusus untuk publik, Spotify pun bisa memindai kebiasaan mendengarkan kita dan membuat playlist disesuaikan dengan jenis lagu kesukaan kita contohnya dengan fitur Daily Mix, Discover Weekly, dan Release Radar. Sedikit ngeri karena salah satu kebiasaan kita dipantau pihak lain, tapi ya apa boleh buat.

Hasil pindaian ini tercatat dengan apik oleh Spotify. Catatan itu dibagikan ke pengguna Spotify tiap akhir tahun dalam bentuk fitur Wrapped. Wrapped menunjukkan statistik lagu yang didengarkan pengguna dengan data yang telah dipersonalisasi selama satu tahun. Formatnya pun dibuat secara interaktif sehingga menarik untuk dicoba.

Fitur ini menjadi salah satu fitur yang ramai digunakan oleh pengguna Spotify saat akhir tahun. Hasil Spotify Wrapped bisa diunggah di media sosial lain, salah satunya melalui Twitter dan Instagram Story. Siap-siap saja feed Instagram Story-mu ramai dengan kiriman Wrapped dari temanmu. Jika tidak suka, tinggal skip saja. Itu biasanya untuk kepuasan mereka sendiri kok.

Bahkan tahun lalu, Spotify Wrapped memuat kilas balik catatan lagu favorit selama satu dekade. Mengapa satu dekade? Karena 2019 Wrapped sekaligus menjadi perayaan Spotify yang telah beoperasi selama sepuluh tahun.

Ada yang baru di 2020 Wrapped. Yang pertama, Spotify menjalankan Wrapped langsung melalui aplikasinya. Tahun-tahun sebelumnya, pengguna perlu keluar dulu dari aplikasi dan menjalankan Wrapped melalui browser. di tahun 2019 sudah mulai ada hybrid di aplikasi dan di browser. Ini menjadi pesan yang bagus bahwa kapabilitas aplikasi Spotify sudah bisa bermain di ranah multimedia selain musik.

Kedua, Wrapped 2020 dibuat dengan format story layaknya Snapchat atau Instagram Story. Asyik juga pakainya. Tinggal sentuh layar bagian kanan untuk lanjut atau sentuh bagian kiri untuk kembali. Masing-masing story memiliki catatan beda-beda soal musik yang sudah kita putar. Dan tiap-tiap story ada musiknya dan berganti-ganti.

Wrapped yang disajikan Spotify dengan format story mengindikasikan bahwa Spotify memang sedang bereksperimen. Fitur yang berawal dari Snapchat ini memang jadi tren untuk diduplikasi oleh berbagai aplikasi sosial media besar. Terbaru, Twitter ikut-ikutan menambahkan fitur duplikat Snapchat ini.

Memang tidak ada yang salah ketika Spotify yang notabene aplikasi layanan streaming musik memasang story. Namun, ada yang sedikit aneh di situ. Siapa yang sempat membuka story Spotify ketika sedang mendengarkan lagu? Yang ada malah mengganggu lagu yang sedang diputar.

Spotify Wrapped sekilas hanya untuk seru-seruan. Bisa jadi karena hype sekaligus untuk pamer playlist. Dibalik keseruannya, Wrapped adalah cara promosi yang ampuh. Bukan hal yang baru jika pengguna Spotify mengunggah lagu yang sedang disukai ke media sosial. Dan Wrapped menyempurnakannya.

Masing-masing story di Wrapped bisa diunggah. Tidak hanya di Instagram Story, tapi juga di media sosial lainnya. Ini jelas membuka jangkauan Wrapped untuk menyebar lintas media sosial.

Jika Wrapped diunggah oleh banyak orang dan menjadi tren, Spotify juga lah yang untung. Para pengguna Spotify menjadi pengiklan yang tidak perlu dibayar. Apalagi jika ada influencer dengan banyak pengikut. Promosi gratis, bos.

Dan tren membuat orang ingin mengikutinya. Lebih-lebih dengan adanya media sosial yang membuat tren internet mudah menjalar ke seluruh penjuru dunia. Ini memang berlaku untuk warga yang sudah mafhum soal dunia maya. Tapi siapa lagi target pasar Spotify?

Tren Spotify Wrapped menarik minat dengan menyajikan data yang sudah dipersonalisasi. Orang cenderung ingin mengetahui dirinya lebih dalam. Jujur saja, pasti kamu suka mengambil tes kepribadian personal macam Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) atau zodiak kan? Wrapped pun demikian. Alih-alih dengan kata-kata generik yang mungkin ambigu, Spotify Wrapped jauh lebih saintifik karena berbasis data musik yang kamu dengarkan. Seperti Binokular yang berbasis data, hehehe.

Itu terlihat seru. Bagi mereka yang tidak memakai Spotify akan merasa seperti ketinggalan tren karena tidak bisa mem-posting Wrapped. Rasa ketinggalan tren yang bahasa kerennya FOMO alias Fear Of Missing Out bisa jadi pendorong yang cukup kuat agar orang mau mencoba Spotify. Ini tidak berlaku bagi kalian tidak berminat dengan hal yang seperti ini ya.

#2020Wrapped di Twitter

Tanggal 2 Desember kemarin, euforia Spotify Wrapped dengan hashtag #2020Wrapped sempat trending nomor satu di Twitter. Binokular melalui Socindex ikut memantau perkembangan tagar selama sehari.

Hasilnya, ada 587.514 akun (total audience) yang turut meramaikan #2020Wrapped. Dari akun yang berjumlah lebih dari setengah juta itu, ada 180.298 cuitan (total post made) yang menjaring 387.017 likes (total applause). Jika cuitan unik dan retweet digabung, jadinya ada 200.497 pembicaraan soal #2020Wrapped (total talk) di jagat Twitter.

Tidak mengherankan jika trending Spotify Wrapped 2020 meraih angka sedemikian banyak. Skalanya sudah global. Ini juga berarti pengguna Spotify yang bercuit di Twitter banyak juga dan makin diramaikan non-pengguna Spotify. Iya saya nunjuk kamu yang suka asal ngasih like atau retweet.

Grafik post-made memperlihatkan hal yang cukup unik. Dalam jangka 24 jam, lonjakan terjadi sekitar pukul 16.00 dan tetap berada di atas angka 20.000 cuitan hingga ganti hari. Puncaknya ada pada sekitar jam 22.00 dengan 25.607 cuitan.

Angka yang lebih fluktuatif ditunjukkan di grafik engagement. Bahkan sudah mulai terlihat sejak dini hari. Hal ini ternyata mulai dipancing oleh akun-akun centang biru yang berafiliasi dengan Spotify. Salah satunya tweet dari Spotify Podcasts @spotifypodcasts yang mendapat ribuan retweet dan likes.

Ada dua puncak di grafik engagement. Puncak pertama yaitu sekitar jam 03.00 dini hari dengan 65.833 interaksi. Memuncaknya interaksi itu salah satunya karena banyak yang merespon tweet Spotify Podcasts di atas.

Jangan kaget dulu jika tweet jam 03.00 pagi mendapat banyak respon. Jam 03.00 itu adalah Waktu Indonesia Barat, bukan waktu di tempat tweet tersebut di-post. Cuma mengingatkan kalau waktu Jakarta lebih cepat 12 jam daripada waktu Washington D.C, Amerika Serikat. Jadi jam 03.00 di sini sama saja jam 15.00 di Washington D.C.

Lalu, puncak kedua, sekaligus yang tertinggi, terjadi pada sekitar jam 10.00 pagi. Angkanya mencapai 68.031 interaksi. Sekitar jam itu, Spotify melalui akun Twitter resminya baru mengumumkan peluncuran 2020 Wrapped. Dampaknya, terjadi rentetan cuitan secara global yang menyebabkan banyaknya tweet dengan hashtag #2020Wrapped seperti yang ditunjukkan grafik post made.

Kemudian menjadi wajar jika sentimen #2020Wrapped didominasi netral. Spotify Wrapped pada dasarnya hanya menunjukkan musik apa yang dimainkan paling banyak. Tidak banyak tweet soal #2020Wrapped yang diimbuhi dengan kata-kata bersentimen tertentu.

Begitulah euforianya pengguna Spotify di media sosial. Kombinasi keseruan dan pemasaran Spotify yang jika dilihat-lihat ternyata efeknya mantap juga. Berhubung saya pengguna Spotify, saya juga ga mau ketinggalan ah.

iya saya K-Poper iya

--

--