Uangku Bukan Habis di Coffee Shop, Tapi Untuk Trading

Khoirul Rifai
Binokular
Published in
9 min readMar 24, 2022

Media sosial Twitter diramaikan dengan cuitan akun @desmondwira yang menyebut seseorang usia 20 tahunan agar berganti sirkel (lingkaran pertemanan/circle) jika sirkel saat ini tidak membahas investasi terutama reksa dana, obligasi, saham dan sejenisnya. Tidak lupa, si pembuat cuitan menutup dengan kalimat yang akan membuat orang lain berterima kasih padanya jika menuruti saran dari @desmondwira.

Gambar 1. Cuitan @desmondwira

Siapa pria yang berani menyarankan seseorang merombak jaringan pertemanan itu? Desmond Wira dalam biodata Twitternya menasbihkan diri sebagai full time trader, penulis buku investasi dan trading, dan pemerhati berbagai macam instrumen investasi seperti saham, forex, kripto, emas, dan indeks. Singkat kata, Desmond menyebut dirinya sebagai mentor investasi.

Meski berpengalaman dalam dunia investasi, frasa “ganti sirkel” dalam cuitan Desmond malah mengundang kontroversi. Utamanya mereka para generasi milenial yang tidak sependapat dengan Desmond. Warganet mengkritik Desmond yang menyarankan ganti sirkel tanpa memberi pemahaman investasi yang cukup. Berkat saran itu pula netizen malah menyarankan orang lain untuk unfollow Desmond Wira.

Di luar sana banyak mentor serupa seperti Desmond. Niatnya baik, mengajak investasi kaum milenial sebagai bekal di hari tua. Kejar financial freedom secepat mungkin tujuannya. Iming-iming kebebasan finansial membuat banyak anak muda berinvestasi (yang sayangnya) secara sembrono karena kurang edukasi. Kedua faktor ini, kurang edukasi dan ingin cepat kaya ternyata menjadi jalan pintas bagi amblasnya keuangan anak muda. Kaya tak dapat diraih, boncos tak bisa ditolak.

Geliat Investor Muda dan Maraknya Investasi Bodong

Berdasarkan catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor pasar modal (saham, reksadana, dan surat berharga) di Indonesia sejak 2019 meningkat signifikan. Pada 2019, jumlah investor baru tercatat 2,4 juta investor, meningkat menjadi 3,8 juta pada 2020, 7,8 juta investor pada 2021, dan hingga Februari 2022 angka investor mencapai 8,1 juta. Baru dua bulan berjalan sepanjang 2022, jumlah investor sudah meningkat 8,20 persen.

Peningkatan hingga tiga kali lipat adalah prestasi tersendiri di tengah minimnya literasi investasi masyarakat Indonesia. Berdasarkan riset literasi keuangan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, indeks literasi keuangan sebesar 38,03%. Literasi perbankan menduduki posisi tertinggi dengan angka 36,12% disusul literasi sebesar 19,40%. Sedangkan literasi pasar modal baru mencapai 4,92%. Dengan perubahan drastis selama tiga tahun terakhir, terutama sejak pandemi, mungkin saja angka ini berubah signifikan.

Meski dari jumlah investor ritel meningkat tajam, akan tetapi secara proporsi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk masih sangat kecil, hanya 0,8 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Bandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dengan 32,4% dari seluruh populasi, atau Jepang yang jumlah investornya mencapai 48,3%.

Komposisi investor pun didominasi penduduk berusia kurang dari 40 tahun dengan persentase 81,8% dari seluruh investor. Angka ini tentu menggembirakan sekaligus mengkhawatirkan. Pasalnya, tingginya angka investor muda menunjukkan penduduk usia muda yang sudah melek investasi, akan tetapi di sisi lain menjadi kelompok paling rentan dengan ancaman investasi bodong karena gaya investasi yang cenderung serampangan. Selain itu, meski menjadi kelompok terbesar dari segi usia, akan tetapi secara total aset menjadi kelompok dengan penguasaan aset paling kecil.

Fakta di atas menunjukkan, angka investor di Indonesia terus tumbuh positif setiap tahunnya yang didominasi generasi muda atau milenial. Artinya, kampanye Yuk Nabung Saham yang digalakkan Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa dikatakan berhasil mendongkrak angka investor.

Selain kampanye dari regulator, situasi pandemi juga turut menyuburkan tumbuhnya investor-investor baru. Mereka yang biasa memiliki kelebihan dana, dalam situasi yang membatasi mobilitas, akhirnya mencoba-coba peruntungan dengan menanamkan investasi ke pasar saham. Ada pula yang mencoba mencari penghasilan tambahan, berbekal uang dari PHK yang marak saat pandemi. Media sosial memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan ini. Mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, hingga TikTok, dengan mudah kita temukan soal investasi ini.

Hal ini diamini Director of Executive Education Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dan Co-Founder Investor Academy Indonesia, Donald Lantu yang menyebut investor milenial ini dipengaruhi oleh media sosial. Baik dalam memilih saham yang terkenal dan memilih saham berdasarkan momen tertentu (pompom). Peningkatan jumlah investor milenial juga didorong kemunculan influencer yang mengampanyekan investasi.

Banyak anak muda yang merasa keren jika sudah berinvestasi karena melihat panutan mereka di media sosial. Akibatnya, mereka memasuki pasar modal dengan pengetahuan pas-pasan dan terjebak berinvestasi di saham yang fundamentalnya kurang baik, atau saham IPO (Initial Public Offering) yang belum teruji track record-nya di bursa. Positifnya, anggapan anak milenial boros karena hura-hura dan membeli es kopi berhasil diruntuhkan dengan menghabiskan uang di bursa.

Gambar 2. Tangkapan layar dari stream Stockbit

Kemunculan para tokoh yang menyebut diri sebagai perencana keuangan di media sosial harus diakui mampu mengubah gaya keuangan anak-anak muda menjadi lebih tertata. Ajakan untuk menyiapkan dana hari tua, dana darurat, dan dana investasi membuat generasi milenial sadar pentingnya berinvestasi. Sayangnya, ajakan berinvestasi tidak diiringi dengan literasi investasi yang cukup sehingga sebagian dari generasi milenial banyak yang terjebak investasi bodong.

Secara sederhana, investasi bodong adalah produk investasi yang tidak memiliki izin dari regulator seperti BEI, OJK, dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan sehingga dicap ilegal. Produk yang diblokir beragam mulai dari investasi mata uang (forex), komoditas, emas, opsi biner, MLM, dan robot trading.

Salah satu contoh kasus yang sedang hangat belakangan ini adalah kasus opsi biner Binomo dengan tersangka Indra Kesuma alias Indra Kenz dan kasus Quotex dengan tersangka Doni Salmanan. Keduanya adalah affiliator yang ditetapkan sebagai tersangka karena mempromosikan opsi biner tak berizin di Indonesia, meraih keuntungan dari deposit investor, dan tindak pidana pencucian uang. Mereka berdua juga kerap memamerkan kemewahan di media sosial yang diklaim hasil dari trading. Fenomena pamer (flexing) ini membuat banyak kaum muda kepincut untuk ikut-ikutan trading.

Dalam kasus keduanya, mereka bekerja sama dengan perusahaan opsi biner dan berusaha merangkul trader sebanyak-banyaknya agar mau menanamkan sejumlah uang melalui beberapa platform media sosial seperti Instagram, Telegram, dan Youtube. Mereka mendapat keuntungan dari trader baru yang mendaftar melalui link afiliasi dari mereka dan 60–80 persen dari setiap kekalahan trader saat trading. Buruknya lagi, opsi biner tidak memiliki aset fisik sehingga trader hanya menebak pergerakan candle, akankah naik atau turun sehingga bisa dipastikan produk ini adalah judi.

Selain opsi biner, kasus robot trading juga menimbulkan kerugian luar biasa. Salah satu korbannya adalah aktor Chris Ryan yang mengaku dirugikan robot trading Fahrenheit milik PT FSP Akademi Pro. Dari penelusuran KONTAN yang dimuat kontan.co.id, jumlah korban Fahrenheit diperkirakan lebih dari 40.000 orang di seluruh Indonesia, dengan total kerugian lebih dari Rp 10 triliun.

Mengapa masih banyak yang menjadi korban investasi bodong dan flexing para pemengaruh? Jawabannya masih sama, kurang edukasi dan hasrat ingin cepat kaya. Dalam sebuah artikel Majalah Tempo berjudul “Jerat Pikat Tukang Pamer Harta” edisi 21 Maret 2022, disebutkan seorang ibu rumah tangga di Bekasi, Jawa Barat harus dikejar-kejar 12 perusahaan pinjaman online akibat meminjam dana untuk trading di Binomo. Listia, sapaan akrabnya, menyebut flexing atau pamer kehidupan hidup mewah seperti Indra Kenz menjadi pemicu dirinya untuk melakukan trading. Sayangnya, Listia tidak mencari tahu latar belakang Binomo dan menggunakan utang sebagai modal investasi. Sebuah kesalahan besar yang biasanya dilakukan investor tanpa pengetahuan yang mumpuni.

Sejauh ini jelas, banyak anak muda yang mulai sadar investasi tapi kurang mendapat edukasi yang layak sehingga menabrak dasar-dasar investasi yang aman. Padahal, dalam berinvestasi harus menggunakan uang dingin, tidak berutang, paham risiko, memilih instrumen yang aman dan berizin, dan tidak mempercayai sesuatu yang too good to be true.

Kurang Aware di Media Sosial

Cuitan Desmond Wira sebelumnya kembali menimbulkan perdebatan, apalagi diunggah di Twitter sebagai platform yang cukup ramai untuk mendiskusikan sesuatu di media sosial. Untuk melihat sejauh mana impresi dan engagement tentang investasi yang di-trigger Desmond Wira di Twitter, alat big data Socindex milik PT Nestara Teknologi Teradata memantau isu ini dengan kata kunci investasi ilegal, investasi bodong, dan akun Desmond Wira sendiri selama seminggu terakhir.

Akun milik Desmond Wira sendiri sebelumnya relatif sepi meski memiliki pengikut yang tinggi. Lonjakan engagement memang baru terjadi pada 22 Maret saat Desmond mengunggah cuitan kontroversial itu. Impresi yang sebelumnya berada di kisaran puluhan talk (comment dan retweet) dan likes, melonjak menjadi 208 talk, dan 31.176 likes pada hari itu.

Grafik 1. Statistik engagement harian akun @desmondwira

Cuitan tentang sirkel, anak muda, dan investasi oleh Desmond Wira bisa disebut sebagai cuitan terpopulernya. Jika ditarik sejak awal tahun 2022, unggahan itu mendapat impresi tertinggi dengan 4.338 retweet. Beberapa cuitannya yang lain tentang investasi hanya mendapat setengah jumlah impresi dari cuitan ini.

Grafik 2. Cuitan terpopuler Desmond Wira selama 2022

Artinya, subjek anak muda dan investasi adalah keresahan yang banyak dialami warganet. Bukan karena tidak mengetahui investasi, tapi lebih kepada koreksi atas penyampaian Desmond Wira dalam unggahannya. Semua setuju pentingnya investasi, akan tetapi mereka juga menyampaikan perbedaan latar belakang keuangan setiap orang berbeda sehingga wacana “ganti sirkel” oleh Desmond Wira dianggap mensimplifikasi masalah.

Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya komentar miring di cuitan Desmond. Bukan permasalahan ganti sirkel agar lebih melek investasi, sebab sirkel Indra Kenz dan Doni Salaman yang banyak membahas investasi justru membawa petaka karena tersandung investasi bodong. Bisa juga seperti yang disampaikan Jayadi Diristui @jaydiristui, memiliki sirkel yang sadar investasi bukan jaminan akan terhindar dari investasi bodong atau menjadi cepat kaya jika tidak diimbangi dengan pemahaman investasi memadai.

Gambar 3. Tangkapan layar beberapa komentar di cuitan Desmond Wira

Dari hasil analisis bot, percakapan pada cuitan sirkel milik Desmond terpantau bersifat organik atau didengungkan oleh akun manusia. Terdapat 362 komentar yang berasal dari akun asli, 81 komentar dari akun gabungan manusia dan bot, dan 33 komentar dari robot.

Grafik 3. Analisis bot pada unggahan Desmond Wira

Meski cukup ramai, puncak pembahasan investasi bodong tidak terjadi pada unggahan Desmond Wira ini. Kata kunci investasi bodong terpantau ramai pada 18 Maret 2022 di akun Paman Martin @Paman_Unyu yang mengambil momentum penangkapan para affiliator opsi biner dan robot trading.

Grafik 4. Percakapan Twitter pada 16–23 Maret 2022

Cuitan @Paman_Unyu mengunggah kalimat bernada guyon yang mempertanyakan apakah pacaran bertahun-tahun lalu tidak menikah bisa disebut investasi bodong? Cara ini menjadi sindiran khas Twitter yang menyikapi masalah dengan guyonan. Unggahannya mendapat top likes dengan 16.800-an likes. Sayangnya, hal ini juga menunjukkan bahwa warganet kurang aware terhadap investasi bodong. Unggahan berikutnya terkait investasi bodong yang mendapat likes terbanyak adalah milik Desmond Wira yang secara kasar membedakan ciri investasi bodong dengan investasi yang sah.

Grafik 5. Cuitan dengan likes terbanyak dari kata kunci investasi bodong

Sementara itu, dari sisi pemberitaan yang dipantau dengan Newstensity eksposur yang diraih cukup tinggi. Selama rentang 16 hingga 23 Maret 2022, ada 3.559 berita tentang investasi bodong. Pemberitaan didominasi pengungkapan kasus opsi biner Binomo dan Quotex, serta kasus robot trading Fahrenheit dengan tersangka Hendry Susanto.

Grafik 6. Linimasa pemberitaan tentang investasi bodong

Bisa dipastikan, pemberitaan terkait investasi bodong akan dibanjiri sentimen negatif. Berita negative tercatat mencapai 65 persen atau 2.314 dari seluruh pemberitaan. Semenntara berita positif menyusul dengan 31 persen. Berita positif lahir dari pemberitaan seputar penangkapan para pelaku dan apresiasi masyarakat atas respon cepat polisi.

Grafik 7. Sentimen pemberitaan

Penutup

Cuitan Desmond Wira memang memantik percakapan, sayangnya fokus warganet justru diarahkan pada “ganti sirkel” alih-alih kesadaran investasi yang dibahas Desmond. Namun, unggahan Desmond juga terkesan menyederhanakan masalah dengan mendorong investasi bagi generasi muda tanpa menganjurkan pemahaman keuangan yang baik lebih dahulu.

Padahal generasi milenial menjadi kelompok usia terbesar dalam demografi investor pasar modal Indonesia. Sebuah berkah dan tantangan di saat yang bersamaan. Jika dimaksimalkan dengan edukasi yang cukup, kontribusi kelompok usia ini bisa menyumbang pasar modal seiring dengan meningkatnya kesejahteraan meraka. Di sisi lain, kurangnya literasi investasi dan keinginan cepat kaya bisa membawa mereka pada sarana investasi bodong yang justru merugikan.

Selama generasi milenial yang melek media sosial ini kurang mendapat edukasi, platform-platform ilegal semacam Binomo dan robot trading akan terus bermunculan sesuai hukum permintaan dan penawaran.

--

--