Anganku Anganmu
Raisa x Isyana baru saja menyuguhkan kolaborasi terbaru mereka dengan lagu berjudul Anganku Anganmu. Lagu ini dapat dimaknai sebagai angan-angan Raisya dan Isyana supaya mereka dapat berkarir lebih baik lagi dan yourRaisa serta Isyanation — basis fans Raisa dan Isyana — dapat kompak dan tidak saling sindir terus menerus. Angan yang tidak terlalu muluk. Angan yang sebetulnya sederhana. Angan yang menggerakkan mereka.
Berbicara tentang angan, tentu saja saya memiliki angan saya sendiri.
Sejak ikut mendirikan Radya Labs pada April 2011, saya ingin memiliki aplikasi yang bisa digunakan oleh banyak orang dan bermanfaat buat mereka. Saya bercita-cita memiliki produk yang bisa mempermudah hidup orang lain. Pada November 2011, kami meluncurkan proyek eksperimen bernama metrofy, layanan yang memudahkan blogger untuk memiliki aplikasi Windows Phone meskipun mereka tidak mengetahui cara membuat aplikasi.
Setelah proyek eksperimen tersebut — yang mungkin bisa Anda duga mengalami kegagalan — selanjutnya kami mulai melakukan 2 inisiatif sekaligus, mengerjakan proyek dari klien sembari mencari ide produk berikutnya. Dan seperti yang mungkin teman-teman rasakan, menemukan ide produk itu tidaklah gampang. Sehingga, proses pencarian itu berlangsung secara terus menerus.
Appsterize diluncurkan secara resmi pada awal tahun 2014, sebuah layanan yang memudahkan Anda memiliki aplikasi mobile milik Anda sendiri walaupun tidak memiliki pengalaman programming sama sekali. Appsterize dapat menghasilkan aplikasi Android,iOS dan Windows dengan cepat, mudah dan harga yang terjangkau. Appsterize dapat digunakan untuk berbagai macam hal. Seorang musisi dapat membuat aplikasi untuk memudahkan fans mendapatkan berbagai macam informasi mengenai mereka. Seorang pedagang, dapat membuat e-katalog yang memamerkan produk-produk dagangannya. Pemiliki event, dapat membuat jadwal event dan informasi pembicara dalam format digital di dalam aplikasi.
Konten di dalam aplikasi, dapat di-update dengan mudah melalui suatu sistem manajemen konten. Desain aplikasi dapat diubah tanpa mengunggah aplikasi kembali di toko aplikasi. Kami mendesain suatu mekanisme agar hal ini berlangsung secara mudah dan cepat. Dan aplikasi dapat dihasilkan dalam hitungan jam. Bagi pelanggan yang tertarik, mereka cukup membayar biaya bulanan — tanpa investasi besar di awal- agar aplikasi mereka dapat diakses oleh penggunanya. Sistem ini kami namakan mobile application as-a-service.
Pengalaman mengembangkan Appsterize selama beberapa tahun ini membawa banyak pelajaran yang sangat berharga bagi kami. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi 3 hal yang saya pelajari dari proses pengembangan Appsterize.
Teknologi Yang Mencari Masalah
Dari sisi teknologi, Appsterize menawarkan berbagai hal yang menarik, dan bagi sebagian orang mungkin terlihat sophisticated.
Setelah banyak mengamati berbagai kebutuhan akan aplikasi mobile, mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Kami menemukan bahwa terdapat sejumlah fitur yang sering ditemui diberbagai aplikasi mobile dan mungkin dapat digeneralisir menjadi suatu komponen, agar ketika mengembangkan aplikasi kita tidak selalu mengulang pembuatan dari awal. Tidak hanya itu, bahkan aplikasi dapat dibuat dalam waktu yang sangat cepat. Konten dapat diupdate secara real-time dan desain aplikasi dapat dikustomisasi dan perubahannya langsung dapat dirasakan tanpa perlu mengupdate ulang aplikasi.
Dengan mekanisme ini, kami dapat menghasilkan banyak aplikasi dengan cepat dan mudah, untuk menyelesaikan permasalahan orang lain yaitu kesulitan membuat aplikasi mobile.
Disitulah pelajaran pertama terbesar kami. Pada saat rencana pembuatan Appsterize diinisiasi. Kami sangat bersemangat, membayangkan bahwa teknologi seperti itu dapat kami ciptakan. Secara native, bukan web. Semi-otomatis. Mudah. Dan hal-hal yang membuat Anda bangga telah mampu menciptakan hal seperti itu.
Tanpa melihat seberapa besar masalah yang dapat dipecahkan. Seberapa luas masalah itu berdampak kepada banyak orang. Seberapa penting masalah itu untuk diselesaikan.
Alih-alih mendefinisikan masalah, berbekal pengalaman kami membangun banyak aplikasi mobile dan sedikit pengetahuan tentang framework dan metadata programming, dengan penuh semangat kami mulai membangun modul-modul yang dibutuhkan agar visi teknologi canggih yang dapat membuat aplikasi dengan mudah itu dapat segera terwujud.
Membuat Banyak Asumsi Tanpa Menguji
Banyak asumsi yang kami gunakan pada saat pembuatan Appsterize.
Terutama mengenai calon pengguna Appsterize. Untuk mendongkrak penggunaan produk, kami berfikir bahwa yang paling mudah dan kemungkinan besar mau menggunakan platform ini adalah musisi. Musisi memiliki banyak fans yang loyal. Musisi juga memiliki banyak informasi yang ingin disebarkan kepada para fansnya. Video baru, lagu baru, jadwal manggung hingga berita-berita terkait artis. Jadi sangat logis mereka membutuhkan satu tempat untuk meng-update itu semua.
Lebih dari 10 modul kami kerjakan untuk melengkapi berbagai tipe informasi yang dapat diakomodasi di dalam Appsterize. Semuanya dikerjakan diam-diam tanpa melakukan validasi ke target pengguna. Semuanya dikerjakan terlebih dahulu secara sekaligus, baru diluncurkan secara terbatas kepada para musisi.
Dan ternyata apa yang kami buat berbeda dari apa yang mereka butuhkan. Bagi musisi, berbagai video, jadwal manggung dan berita lucu memang dibutuhkan. Tetapi penjualan tiket, merchandise dan hal lain yang dapat berpengaruh langsung kepada pemasukan merupakan suatu yang lebih penting lagi. Kami mengetahui hal ini cukup terlambat.
Meskipun, akhirnya beberapa permintaan itu dapat diakomodasi, sejak awal value yang kami tawarkan ternyata belum cukup menjawab kebutuhan dasar mereka.
Itu baru satu contoh. Banyak hal lainnya yang bersumber dari asumsi. Banyak asumsi yang kami ciptakan sendiri tanpa menguji secara langsung asumsi tersebut. Konsep Lean Startup baru saya pelajari kemudian dan kami berharap mempelajari hal itu lebih cepat. Uji asumsi sedari dini. Jangan terjebak dengan pemikiran sendiri. Pada akhirnya, Anda bukan membuat produk untuk Anda sendiri saja tetapi juga untuk orang lain.
Menjangkau Konsumen ( dan Stakeholder)
Siapa yang memegang keputusan terhadap pembelian produk Anda ?
Pada kasus game edukasi, seorang Anak mungkin merupakan pengguna dari game tersebut. Tetepi dia bukan konsumen Anda. Konsumen Anda adalah orang tua dari anak tersebut, yang mengambil keputusan apakah game tersebut akan dibeli atau tidak. Bagi konsumen, tidak jarang hal yang dilihat adalah mengenai harga, kemampuan pengembang, baik tidaknya produk bukan bagaimana usability atau user experience dari aplikasi.
Pada versi awal, ketika kami ingin menjangkau calon konsumen kami yaitu musisi, kami menemukan fakta di lapangan, bahwa untuk musisi di label, pemegang keputusan tertinggi ada di label, bukan manajemen apalagi musisi itu sendiri. Ternyata stakeholder yang penting di industri musik adalah label rekaman yang memiliki berbagai macam hak dan rencana bisnis.
Jika kita menawarkan suatu produk kepada musisi, besar kemungkinan Anda akan banyak berhubungan dengan label. Bagaimana produk Anda sesuai dan dapat meningkatkan bisnis mereka. Dan hal ini yang luput dari pengamatan kami, mengenai siapa sebenarnya calon konsumen dari Appsterize. Bahwa Appsterize dapat digunakan musisi untuk menjangkau fans nya dengan lebih baik adalah suatu skenario yang sangat masuk akal. Namun, keputusan tersebut, apakah aplikasi akan digunakan atau tidak, semuanya berpulang kepada sang pengelola label.
Maka siapakah konsumen dan stakeholder disekitarnya yang memiliki pengaruh terhadap penyerapan produk Anda di market ? Jangan sampai kita sibuk memikirkan fitur yang menyenangkan sang pengguna tetapi tidak berdampak baik bagi sang konsumen yang memutuskan pembelian produk kita.
Siapa yang menyangka Raisa dan Isyana dapat berkolaborasi seperti sekarang ? Terlalu sering media membandingkan mereka berdua. Terlalu banyak kompetisi membagi mereka menjadi dua sisi. Tensi yang tinggi antar para fans mengaburkan kemungkinan itu semua dan berpikir hal tersebut tidak akan kita dapat kita lihat dalam waktu dekat. Nyatanya, kolaborasi antar penyanyi yang sangat digandrungi di seantero nusantara ini dapat terjadi. Oh, dan jangan lupa juga tentunya faktor O itu. Kita harus berterima kasih dengan kamera dua lensa — satu untuk selfie, satu lagi untuk group selfie — yang memungkinkan ini terjadi. Mungkin Raisa dan Isyana juga awalnya tidak terpikir untuk kolaborasi. Tapi begitulah kita, harus bisa beradaptasi dan berbuat sesuai dengan kondisi.
Appsterize hari ini lebih banyak digunakan oleh komunitas dan pemilik event ketimbang musisi atau pedagang. Hal ini terbentuk setelah 2–3 tahun produk ini hadir di pasaran. Pergeseran target market ini bukanlah sesuatu yang didesain dari awal melainkan adaptasi dari hal-hal yang kami temukan di lapangan. Memang belum begitu booming, namun dari Appsterize kami sudah bisa menciptakan pemasukan, meskipun dari berbagai aspek banyak sekali hal yang bisa kami perbaiki, atau kami harap kami melakukannya dengan lebih baik.
Mengembangkan produk lebih baik lagi. Itu angan saya yang lain.
Lebih dari itu, saya ingin Radya Labs terus maju dan berkembang serta memberikan manfaat. Melalui proyek-proyek yang dikerjakan. Terlebih melalui produk yang sudah kami luncurkan dan nanti akan dikembangkan. Semoga Appsterize dapat membantu Anda memiliki aplikasi mobile tanpa perlu pengetahuan programming. Semoga Taptopick memudahkan warga kota menyelesaikan tugas laundry mereka. Semoga TwinniesMenu dapat memberikan referensi masakan untuk keluarga Anda. Saya ingin perusahaan ini dapat menjadi bagian dari sejarah teknologi di negeri ini sekaligus membawa kesejahteraan kepada semua yang percaya dan bersama-sama berjuang dengan kami.
Itu Angan saya yang lebih besar. Apa Anganmu kalau saya boleh tahu ?