Memaknai Digital dalam Upaya Transformasi Digital Perusahaan

Puja Pramudya
Blackdesk
Published in
4 min readDec 24, 2017

Transformasi digital merupakan agenda utama banyak eksekutif perusahaan di Indonesia. Everyone wants to go digital. Sementara melakukan berbagai inisiatif digital merupakan suatu keniscayaan, tentu saja langkah pertama yang perlu dipahami adalah memaknai apa itu digital.

Sebagian berpendapat digital berarti teknologi. Sebagian lagi meyakini bahwa digital merupakan cara baru untuk berhubungan langsung dengan konsumen. Sisanya, mengartikan digital merupakan cara yang benar-benar baru untuk melakukan bisnis.

Menurut McKinsey, akan lebih berarti jika kita memaknai digital bukan hanya sekedar suatu benda, melainkan suatu cara untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, go digital bukan berarti mengadakan suatu perangkat lunak ERP paling canggih, membuat website atau mengadopsi layanan cloud terbaru. Digital merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu, yang bisa dipandang dari 3 atribut

  1. Menghasilkan nilai pada suatu area baru
  2. Memberikan nilai tambah pada proses bisnis utama
  3. Membentuk fondasi bagi organisasi perusahaan

Menghasilkan nilai pada suatu area baru

Untuk menerapkan transformasi digital maka dibutuhkan keterbukaan untuk melihat kembali, sebagian atau seluruh langkah-langkah yang dilakukan selama ini dalam melakukan bisnis. Hal ini wajib agar sebagai organisasi dapat melihat dimana kita bisa menghasilkan nilai pada suatu area baru. Menghasilkan nilai pada area baru ini dapat berujung pada membuat suatu bisnis pada kategori baru atau bisnis baru di atas sektor yang sudah ada.

Pada medio 2000-an, Andy Jassy, melihat fenomena di dalam perusahaannya yang sedang mengembangkan layanan e-commerce. Walaupun jumlah developer semakin membesar namum tim software development mengalami kesulitan, karena berbagai project yang dikerjakan membutuhkan waktu yang lama hanya untuk membangun database, infrastruktur dan komponen storage. Setiap orang membangun resource-nya masing-masing tanpa memikirkan reusability dan scalability.

Melihat itu, dibentuklah tim internal untuk membangun layanan infrastruktur yang dapat digunakan secara bersama-sama dan mudah diakses menggunakan sejumlah antarmuka yang terstandarisasi. Tidak berapa lama, tim memiliki resources dan kemampuan untuk menjalankan layanan infrastruktur seperti komputasi, storage dan database. Tidak hanya itu, mereka bahkan mampu menjalankannya secara reliabel, scalable dan efektif dari sisi biaya.

Diluncurkan 11 tahun lalu sebagai bisnis sampingan Amazon.com, hari ini AWS merupakan penyedia layanan komputasi awan terkemuka menghasilkan lebih dari $ 10 billion untuk Amazon.

Menghasilkan nilai dari suatu sektor yang sedang bertumbuh membutuhkan komitmen untuk memahami implikasi pengembangan sektor tersebut dan bagaimana melihat peluang atau bahkan ancaman yang muncul. IoT misalnya, mulai memperlihatkan peluang pada area otomatisasi pada setiap proses bisnis di manufaktur. Virtual dan Augmented Reality, mulai digunakan tidak hanya untuk gaming namun juga untuk kebutuhan visualisasi dan self-training. Conversational platform, membuka peluang melakukan otomatisasi customer service. Era Fintech, memaksa bank untuk memikirkan kembali bagaimana mereka menawarkan produk dan jasa keuangan seperti loan dan transaction.

Disaat yang sama, menjadi digital juga berarti memiliki pendekatan mengenai bagaimana melayani konsumen pada setiap titik perjalanan (customer journey) mereka ketika membeli produk atau mendapatkan jasa. Artinya, pemahaman terhadap perilaku konsumen baik dari dalam maupun dari luar bisnis maupun di luar sektor bisnis saat ini, merupakan hal yang sangat penting untuk melihat bagaimana sebuah tren dapat membawa atau justru menghancurkan bisnis yang sedang kita jalankan.

Menghasilkan nilai dari proses bisnis utama

Atribut digital berikutnya adalah bagaimana kita dapat menyediakan cara baru untuk melayani pelanggan saat ini. Untuk melakukan ini, dibutuhkan pemahaman menyeluruh mengenai bagaimana langkah-langkah konsumen mendapatkan produk dan jasa dari bisnis kita atau memahami value chain dari organisasi kita. Setelah pemahaman diperoleh, perlu dipikirkan bagaimana digital memungkinkan produk dan jasa diberikan kepada konsumen dengan lebih mudah, lebih cepat dan terjangkau.

Ambil contoh perusahaan asuransi yang menyediakan layanan perlindungan jiwa. Gambar berikut ini mengilustrasikan customer journey yang dihadapi oleh konsumen asuransi dan area dimana terdapat hal-hal yang bisa ditingkatkan.

customer journey pelanggan asuransi jiwa (Sumber : McKinsey)

Engagemet yang rendah, keterbatasan untuk melayani konsumen millenial dan struktur biaya dan sistem IT yang sudah tidak relevan merupakah beberapa item yang terindentifikasi dapat menjadi peluang untuk meningkatkan proses bisnis perusahaan. Aspek ini menjadi peluang bagi setiap perusahaan Asuransi Jiwa untuk memberikan layanan terbaiknya.

Namun, melayani dan memperbaiki setiap titik pada perjalanan konsumen jangan hanya menjadi suatu usaha yang bersifat sekali jadi. Implementasi dengan pendekatan iteratif dimana proses dan kemampuan melayani terus dibangun seiring dengan masukan dari pelanggan, akan meningkatkan produk dan loyalitas pelanggan. Pendekatan proaktif, relevan terhadap konteks bisnis, otomasi dan fokus pada pelanggan merupakan empat kemampuan yang wajib dimiliki agar organisasi dapat senantiasa bersaing dan memberikan nilai pada proses bisnis utama.

Membentuk fondasi bagi organisasi perusahaan

Elemen terakhir dalam digital adalah mengenai penerapan teknologi dalam proses organisasi agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Untuk melakukannya dibutuhkan mindset berpikir dan alat bantu.

Mindset yang dimaksud adalah bagaimana menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat. Dengan digital maka data-data yang diperlukan harus dapat diperoleh dengan cepat, memberikan insight berharga mengenai apa yang harus dilakukan. Mindset digital harus mengedepankan kolaborasi cross-functional, tidak menjadikan hierarki sebagai hambatan dan membangun lingkungan yang tidak anti dengan ide-ide baru.

Alat bantu yang dimaksud adalah implementasi dari teknologi yang fokus untuk menyediakan lingkungan kerja yang mendukung, terutama jika bersinggunan dengan legacy system yang harus mampu pada akhirnya memberikan value terhadap interaksi kepada pelanggan. Alat bantu dari sisi teknologi harusnya dapat menghubungkan perangkat, obyek dan orang dari organisasi itu sendiri. Dan ya, orang merupakan aspek yang sering dilupakan. Digital berarti memberikan pengetahuan baru kepada pekerja yang selama ini tidak tersentuh oleh IT.

Digital merupakan elemen kunci bagi transformasi perusahaan di era revolusi industri 4.0. Memahami bagaimana digital dapat membantu perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang akan memberikan perspektif bagi organisasi untuk merancang visi, strategi bisnis dan implementas agar dapat terus bertahan di era persaingan yang semakin kompetitif.

Menjalankan strategi transformasi digital perusahaan, membutuhkan banyak hal seperti visi, kultur, proses dan penerapan teknologi. Radya Labs sebagai “your digital transformation partner” berpengalaman menerapkan teknologi berupa solusi aplikasi untuk menggapai pelanggan dengan cara-cara baru, mengefisiensikan proses bisnis dan memberikan alat kerja bagi petugas di lapangan.

--

--

Puja Pramudya
Blackdesk

co-founder & technology director @radyalabs & alkademi.id. Love my dentist.