Menakar Gelombang Revolusi Industri 4.0 dan Peran Transformasi Digital
Hari ini, dunia mengalami satu isu. Perlambatan pertumbuhan.
World Economic Forum 2016 sepakat bahwa revolusi industri 4.0 merupakan solusi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Untuk tumbuh, kita harus dapat menghasilkan barang/jasa lebih banyak. Untuk menghasilkan barang dan jasa selalu dibutuhkan lebih banyak pekerja atau lebih banyak modal atau produktivitas yang lebih tinggi. Dan produktivitas merupakah penggerek utama untuk menghasilkan pertumbuhan.
Produktivitas merupakan suatu atribut yang selalu ingin ditingkatkan, terutama di dunia manufaktur. Setiap usaha untuk meningkatkan produktivitas yang berlipat, selalu membawa hasil yang berkali-kali lipat pula. Dan dunia industri sudah mengalami 3x revolusi industri dan sedang menghadapi revolusi yang ke 4 atau yang dikenal Revolusi Industri 4.0.
Revolusi pertama ditandai dengan ditemukannya mesin uap, yang menyebabkan berkembangnya mesin-mesin industri di Inggris pada tahun 1784. Hal ini diyakini membawa pertumbuhan luar biasa di bidang pertanian dan manufaktur, terutama tekstil dan turunannya.
Revolusi kedua pada awal abad ke 19 ditandai dengan perbaikan di sisi proses, yaitu mass production dalam skala besar (berkat inovasi dari Ford). Meskipun penemuan dari sisi teknologi lebih ke arah iteratif (listrik dan transportasi), kombinasi cara produksi dan perembangan teknologi membawa pertumbuhan terutama untuk industri besi, mesin, minyak, kimia, kendaraan dan sebagainya.
Revolusi ketiga, masa otomasi, dimulai setelah Perang Dunia I, sekitar tahun 1960–70, ditandai dengan penggunaan teknologi tinggi otomatis menggunakan elektronik dan teknologi informasi. Hal ini berlangsung hingga sekarang, dimana mesin, peningkatan kapasitas produksi dan software menjadi pendukung utama proses manufaktur.
Lalu mengapa pertumbuhan melambat meskipun industri terus berusaha melakukan upaya untuk meningkatkan hasil produksinya ? Karena industri melakukan sesuatu yang ternyata menghasilkan hal yang lebih namun hanya bertahan dalam jangka pendek.
Ambil contoh relokasi fasilitas produksi ke negara dengan ongkos produksi lebih rendah untuk mengurangi biaya. Tentu saja langkah ini menggiurkan dari sisi finansial namun upaya ini tidak serta merta atau bahkan tidak menginspirasi bagaimana produktivitas bisa meningkat dengan cepat. Karena yang namanya biaya atau ongkos, pada suatu saat akan terus bertambah. Yang murah, tidak akan selamanya murah.
Contoh lain, usaha yang dilakukan adalah membuat pabrik lebih besar dan terspesialisasi untuk menghasilkan produk-produk lebih banyak. Cara ini bisa bertahan namun juga tidak lama karena menambahkan masalah baru yaitu menjadi lebih besar dan lebih kaku-nya dari sisi supply chain perusahaan. Akibatnya jika kita lihat sentra-sentra produksi manufaktur, tidak banyak yang berubah dibandingkan 50 tahun yang lalu. Perubahan hanya muncul dari lokasi, ukuran dan cara beroperasi.
Hingga hadirnya Revolusi keempat.
Revolusi keempat, dimungkinkan akibat kemajuan di bidang perangkat, software dan kemunculan internet. World Economic Forum mendefinisikan gelombang ini sebagai sejumlah gabungan teknologi (perangkat, software) yang menyatukan hal fisik dan digital dan berimplikasi pada setiap disiplin, ekonomi dan industri. Teknologi-teknologi ini diyakini akan mampu meningkatkan produktivitas hingga 30%.
Transformasi Digital untuk Revolusi Industri 4.0
Berbeda dari revolusi yang sebelumnya, revolusi industri 4.0 memiliki efek yang jauh lebih besar, karena tidak hanya berupa pengembangan dari teknologi yang sudah ada namun juga bisa menyebabkan tergilasnya bisnis konvensional akibat dunia yang semakin terhubung dan adopsi perangkat serta internet. Dan revolusi industri 4.0 tidak hanya menyentuh dunia manufaktur namun berdampak pada seluruh bisnis.
Uber merupakan salah satu model yang sering dijadikan contoh. Dengan konsep “Sharing Economy”, perusahaan yang tidak memiliki aset kendaraan mampu menjadi perusahaan transportasi yang bahkan mengancam perusahaan taksi konvensional. Dengan teknologi dan internet, model ini memungkinkan saling berbagi aset sehingga mampu menekan biaya. Amazon dengan konsep “Marketplace”, tanpa memiliki alat produksi, dapat menghubungkan pembeli dan penjual dengan lebih cepat dan lebih mudah. Begitu juga dengan Konsep O2O “Online to Offline” dimana perusahaan makanan, dan produk lainnya, menyediakan layanan online untuk pemesanan meskipun penyediaan produk/jasa dilakukan secara offline. Berbagai model baru ini dimungkinkan akibat perkembangan teknologi, device dan internet. Dan Revolusi Industri 4.0 akan menyebabkan relokasi produksi lebih dekat ke target market, sehingga membutuhkan agility dan flexibility, tidak hanya scale.
Teknologi informasi, merupakan enabler terbesar dari transformasi digital.
Perkembangan teknologi, dengan peningkatan kapasitas dan ketersediaan berbagai platform, sekarang banyak organisasi mampu menyediakan computing power melalui disediakan sendiri atau cloud provider. Di atas platform tersebut, semakin banyak tersedia layanan seperti big data, cognitive services, IoT, machine learning dan banyak lagi. Atau organisasi menyediakan teknologi terkustomisasi yang sesuai dengan proses bisnisnya. Yang jelas, teknologinya sudah tersedia.
Namun jangan lupa aspek informasi merupakan hal yang lebih luas dan kompleks. Dengan dunia yang semakin terhubung, kita menghasilkan dan menyerap informasi setiap saat, dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari sebelumnya. Mulai dari informasi belanja, travelling, perbankan hingga transportasi semuanya dihasilkan setiap detik, menunggu untuk diolah dan dijadikan sumber analisis oleh perusahaan dan organisasi. Ketersediaan teknologi untuk menganalis informasi akan membawa peluang baru bagi perusahaan untuk tumbuh dan berkembang. Namun jangan lupa, memiliki teknologi dan informasi saja tidak cukup.
“Man behind the gun”
Pengembangan sumber daya manusia juga harus senantiasa dilakukan.
Revolusi Industri 4.0 merupakan peluang bagi kita semua. Jika kita dapat memanfaatkannya maka pertumbuhan bisnis yang diharapkan dapat terjadi sesuai dengan harapan. Dan teknologi, memainkan peran penting disana.
Salah satu strategi transformasi digital adalah berkolabirasi dengan technology partner yang dapat membantu organisasi untuk fokus ke pengembanga proses bisnis. Radya Labs sebagai “your digital transformation partner” berpengalaman menerapkan teknologi berupa solusi aplikasi untuk menggapai pelanggan dengan cara-cara baru, mengefisiensikan proses bisnis dan memberikan alat kerja bagi petugas di lapangan.