Validating Your Business Idea?

Radya Labs
Blackdesk
Published in
5 min readMay 8, 2016

Kira-kira enam bulan yang lalu, saya dikenalkan Niki, founder Goers, kepada seseorang yang memiliki ide bisnis. Dia sudah menyelami bisnis laundry selama 2 tahun terakhir. Menurutnya ada layanan yang bisa dikembangkan di seputar layanan laundry. Dia sudah melakukan survey melalui Jakpat. Dia sudah melakukan FGD untuk memeriksa kemungkinan eksekusi ide tersebut. Ia mendatangani Radya Labs untuk kemungkinan kerja sama pengembangan aplikasi. Dibutuhkan sistem yang cukup besar, 2 aplikasi customer, 1 aplikasi agen dan 1 backend system. Saya sampaikan bahwa dengan sistem seperti itu dibutuhkan waktu paling tidak empat bulan dan biaya yang lumayan. Dia belum mendapatkan investasi. Dia ingin membiayai semuanya dari uangnya sendiri. Tekadnya kuat sampai saya kagum. Bulan Febuari lalu, produknya berhasil diluncurkan. Taptopick, adalah layanan on-demand laundry yang siap meringankan beban anda dalam urusan cuci-mencuci.

Beberapa kali ada yang menghubungi saya untuk berdiskusi dan bercerita mengenai ide bisnis yang dimiliki. Beberapa yakin idenya disruptif. Beberapa bilang idenya adalah the next best thing. Beberapa yakin idenya akan menjadi bisnis yang besar. Namun, untuk memulai bisnis tersebut, keluhan yang umum disampaikan adalah (1) kekurangan dana untuk mengeksekusi bisnis, (2) tidak mengetahui cara membangun sebuah app untuk bisnis tersebut, (3) dan lain-lain.

Ingin memastikan apakah ada demand terhadap pembelian bersama suatu jenis produk dengan harga miring (group buying), Andrew Mason membuat sebuah website menggunakan Wordpress. Bagi Anda yang tidak tahu Wordpress, itu adalah alat untuk membuat website dengan mudah dan cepat tanpa harus mengetahui seluk beluk pemrograman. Berbekal alat gratisan, Andrew mulai menjual barang di website tersebut. Barang-barang dijual dengan harga miring jika dan hanya jika sejumlah orang ingin membeli barang tersebut. Katakanlah, tiket nonton AADC akan dihargai Rp 10.000 jika ada 200 orang yang ‘berjanji’ akan membelinya. Listing barang ditampilkan menggunakan sistem post biasa layaknya tulisan yang Anda baca ini. Bedanya, ada gambar, keterangan jumlah minimal orang dan harga.

Tidak ada fitur pencarian advanced, tidak ada form pemesanan bahkan add-to-cart apalagi payment. Sebuah website sederhana, working prototype. Bisa jadi Andrew mengambil jalan itu karena ingin menguji hipotesisnya tanpa harus menghabiskan banyak sumber daya dahulu di awal. Ide-nya adalah memastikan apakah memang ada orang yang mau membeli barang secara bersama-sama dengan skema group buying seperti itu.

Andrew Mason adalah founder dari Groupon.com, website daily deals yang diluncurkan pada tahun 2008, mulai menghasilkan keuntungan pada tahun 2009 dan mencapai valuasi USD 1.35 billion pada tahun 2010. Dengan keterbatasan yang ada, ia memilih untuk membangun prototipe menggunakan tools yang tersedia agar dapat secepat mungkin menguji hipotesisnya.

Radya Labs sebagai mobility solution provider, salah satu segmen pelanggan kami adalah startup atau sekelompok orang yang ingin membangun bisnis. Terkadang mereka datang bukan dari latar belakang IT. Terkadang mereka startup, namun belum memiliki tim inti. Mereka akan membutuhkan jasa mengembangkan aplikasi sebagai bagian dari produk mereka. Karena masih tahap awal, seringkali memiliki keterbatasan sumber daya untuk mendanai atau mengembangkan aplikasinya.

Biasanya, klien tipe ini ingin langsung memiliki sebuah well-polished app sebagai bagian dari strategi produk mereka. Sebuah well-polished app membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk dikembangkan. Banyak bagian yang harus dianalisis, mungkin perlu dibangun dari awal, atau bagian yang terkesan mudah ternyata secara teknis sulit sekali diimplementasi. Klien tipe ini adalah yang menginginkan aplikasi yang sangat bagus, dengan sangat cepat dan harga yang sangat murah. Sayangnya, itu adalah utopia. Aplikasi yang sangat bagus dan cepat dikembangkan biasanya harganya sangat mahal. Cepat, murah, bagus…pilih dua.

Beberapa bulan yang lalu, seorang teman menanyakan biaya pembuatan aplikasi seperti Gojek tapi untuk kurir sepeda. Mereka menginginkan dua aplikasi untuk customer di Android dan iOS, satu aplikasi Android untuk kurir menerima order dan satu aplikasi web untuk melakukan administrasi kurir, customer dan melihat order bagi admin. Sistem lengkap. Paket Gojek kalau saya bilang. Untungnya, teman ini memahami bahwa sistem sebesar itu butuh waktu yang sangat lama, mungkin empat hingga lima bulan dan memakan biaya bisa hingga 500-an juta. Tentu saja, tidak semua startup mampu menyediakan dana tersebut diawal mereka beroperasi.

Selang berapa lama, di Bandung muncul usaha kurir sepeda. Untuk memesannya tidak membutuhkan aplikasi. Cukup tambahkan nomor Whatsapp call center perusahaan tersebut. Dengan format pesan tertentu, sebuah order dapat dilakukan. Di sisi kurir, juga menggunakan Whatsapp untuk berkomunikasi. Mereka adalah orang yang sama dengan tim yang ingin dibantu teman saya. Dengan batasan yang ada akhirnya mereka memutuskan untuk membuat protitpe, untuk menguji hipotesis apakah akan banyak permintaan kurir seperti ini menggunakan aplikasi Whatsapp yang sifatnya gratis. Mereka menguji ide bisnis yang mereka miliki, dengan cara yang mereka tahu dan sesuatu yang mereka punyai.

Gojek hari ini adalah fenomena di ibu kota. Aplikasi Android dan iOS nya sudah didownload jutaan orang. Tapi ternyata bisnis ini bermula dari sebuah call center. Untuk memesan ojek, Anda tinggal memesan nomor telpon tertentu, memberikan alamat penjemputan dan ojek tersebut akan datang. Itu adalah tahun 2011 ketika konsep gojek bermula di kepala Nadiem Makarim, CEO Gojek saat ini. Empat tahun kemudian, baru di tahun 2015, aplikasi Android dan iOS diluncurkan. Gojek booming. Dan semuanya merasa itu 100% karena didukung oleh aplikasi. Saya rasa tidak juga. Berbekal call center, mungkin Nadiem sudah melihat begitu tingginya permintaan transportasi roda dua yang menjadi pilihan favorit warga di tengah kemacetan ibu kota. Sebelum membuat aplikasinya, diuji dulu menggunakan pemesanan melalui telpon. Nadiem menguji ide bisnis yang ia miliki, dan menempuh cara tercepat untuk memastikan ide bisnis tersebut.

Sudah cek fitur go-massage dan go-glam ? Hingga sekarang fitur di aplikasi gojek tersebut masih berupa website. Saya rasa mereka ingin memeriksa demand terlebih dahulu dan menempuh cara tercepat — membenamkan sebuah website, daripada membuat aplikasi native — untuk memastikan ide tersebut mendapat sambutan dari masyrakat.

Terkadang, untuk menguji ide bisnis yang kita miliki, kita perlu memulai dari apa yang kita bisa dan kita ketahui. Saat ini, banyak tools yang dapat membantu. Mungkin ini adalah alasan banyak orang berjualan melalui Instagram. Belum perlu memiliki sebuah website e-commerce, uji dulu apakah banyak orang yang ingin membeli baju bayi, baju muslim dan sebagainya. Daripada membangun sebuah website e-commerce lengkap dengan berbagai fitur, lihat dulu permintaan pasarnya. Atau Anda juga dapat mulai berjualan di situs seperti Tokopedia dan Bukalapak. Dan jika membutuhkan toko aplikasi di smartphone, bisa juga menggunakan Appsterize, cara mudah dan cepat memiliki toko online di smartphone pelanggan.

Pengecualian tentunya bagi anda memiliki sumber daya yang cukup. Anda benar-benar tahu apa yang ingin dilakukan. Anda merupakan veteran di suatu vertikal bisnis dan melihat peluang terbuka begitu lebar. Anda sangat faham betul resikonya. Kami, Radya Labs, ada untuk Anda, membantu anda mengeksekusi ide bisnis Anda melalui pengembangan aplikasi. Media sosial, e-reader, atau on-demand solution ? Kontak kami di info@radyalabs.com.

--

--