Jadi UX Designer Harus Idealis atau Realistis?

Denny Wirawan
Blibli Product Blog
4 min readDec 8, 2021

Halo guys, apa kabar?

Kenalin, aku Denny, UX Designer di Blibli yang mostly handle product dan project di Blibli Seller & Return Management. Kali ini aku bakal share sedikit tentang penerapan pemikiran idealis dan realistis selama kerja menjadi UX Designer.

Mungkin kita sering dengar kata idealis dan realistis dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin kita pernah dengar kalau sifat yang terlalu idealis sering dipandang sebagai hal yang negatif. Lalu, apa sih sebenarnya idealis dan realistis itu?

Idealis adalah sikap seseorang yang mempunyai keinginan sesuai dengan ideal atau pemikirannya. Contohnya seorang karyawan yang memutuskan resign hanya karena masalah pribadi seperti tidak suka dengan sifat bosnya, padahal keadaan keuangannya sedang tidak baik. Sedangkan realistis adalah sikap seseorang yang tidak berekspektasi tinggi pada suatu hal dan cenderung bertindak sambil mempertimbangkan keadaan. Contohnya seorang tukang parkir yang tetap berusaha untuk bekerja di tengah panas dan hujan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena memang hanya pekerjaan itu yang bisa ia lakukan demi mendapatkan penghasilan.

Sumber: https://www.jojonomic.com/blog/idealis/

UX Designer Idealis vs Realistis

Nah, setelah kita tahu pengertian idealis dan realistis in general, lalu bagaimana penerapannya terutama di tim UI/UX? Tentunya kalau sudah masuk ke dunia kerja, kita tidak bekerja sendiri tapi bekerja dalam suatu tim. Masing-masing berusaha untuk mencapai tujuan perusahaan/kelompok yang sudah ditentukan. Kalau di Blibli, tim UX selalu bekerja dengan divisi lain seperti Product Management, Tech, Business, dll.

Lalu apakah seorang UX Designer bisa selalu mengutamakan idealisme saat mengerjakan suatu desain?

Jawabannya ternyata tidak! Lho, kenapa begitu? Bayangkan kalau semua orang dalam tim itu memiliki pemikiran yang idealis, suatu project tidak akan pernah selesai karena tidak sesuai dengan keinginan dari masing-masing. Atau kebalikannya, kalau semua orang dalam tim memiliki pemikiran yang terlalu realistis, hasilnya project itu tidak bisa perform dengan maksimal.

Selain itu, kita harus mempertimbangkan banyak aspek, seperti deadline, goal, jumlah resources dan seberapa besar scope project itu. Kalau project itu harus diselesaikan dalam 1 hari, tentu kita tidak bisa hanya mengandalkan idealisme, harus tetap realistis sesuai dengan keadaan.

Ayo mampir ke https://seller.blibli.com/mulai-berjualan

Ada sedikit cerita dari pengalamanku waktu membuat public pages di Blibli Seller Center di atas. Halaman ini adalah halaman pertama yang dilihat oleh seller Blibli sebelum masuk ke akunnya atau oleh calon seller yang belum mendaftarkan tokonya untuk berjualan di Blibli. Waktu itu ada 3 tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing tim:

  • Pertama, tim UX tentu ingin membuat journey-nya seefektif mungkin, tampilan halamannya seindah mungkin dengan berbagai interaksi, karena public pages ini menentukan impresi pertama calon seller yang sedang berkunjung.
  • Kedua, tim Business ingin membuat halaman ini dynamic, jadi kontennya bisa diganti-ganti dengan mudah sesuai dengan event yang sedang berlangsung.
  • Ketiga, tim Tech mau membuat halaman ini menggunakan CMS (Content Management System) karena kontennya dynamic, sehingga tidak perlu ada development berulang kali jika ada perubahan konten. Jika menggunakan CMS, tentu tidak bisa request interaksi yang macam-macam.

Agar project ini dapat di-deliver tepat waktu, perlu ada idealisme yang dikorbankan. Waktu itu aku sebagai perwakilan dari tim UI/UX akhirnya mengurangi idealismeku, mengingat adanya limitasi dari tim Tech dan keperluan tim Business. Setelah diskusi, tim UI/UX akhirnya mencari cara lain untuk tetap membuat page tersebut menarik namun tidak memberikan effort yang terlalu besar ke tim Tech. Cara yang bisa dicoba salah satunya dengan memberikan ilustrasi-ilustrasi menarik dan memaksimalkan komponen-komponen yang sudah ada.

Dari pengalaman itu aku belajar bahwa pemikiran idealis dan realistis harus balance tergantung dari kondisi. Ada kalanya kita bisa mengutamakan idealisme, tapi ada kalanya kita perlu jadi realistis. Ingat, idealisme tetap perlu untuk menjaga suatu desain agar tetap oke, tapi seorang desainer juga perlu realistis agar suatu project dapat di-deliver sesuai dengan timeline.

Semoga artikel ini bisa membantu kalian yang kebetulan mengalami kegalauan soal bersikap idealis dan realistis di dunia kerja, ya. Kalau ada yang mau cerita pengalaman yang mirip, boleh juga lho beri komentar di bawah!

If you’re interested in applying for a full-time position or intern, Blibli is currently hiring! Send your resume to recruitment@blibli.com and get the chance to work with our PM and UX team and our own unique stories.

--

--