Berdamai dengan Draft

wiku baskoro
blog Dojo
Published in
2 min readJul 21, 2013

Draft. Yup, sebuah nama yang kadang menjadi sosok yang menakutkan, menarik diri ke dalam ruang yang dihindari dan pada akhirnya Draft menjadi sebuah kondisi yang dilupakan.

Sebagai pekerja media yang setiap hari hampir menulis kurang lebih 5 post, cara pandang saya terhadap draft menjadi berbeda, setidaknya dengan kegiatan blogging saya 4 tahun lalu dimana saya belum memutuskan diri untuk secara total menjadi blogger.

Dulu pandangan saya atas draft sangat enteng, sebuah loker (laci) untuk tulisan-tulisan yang belum selesai. ya sudah, itu saja.

Sekarang, draft bagi saya adalah sebuah makanan yang harus dihabiskan, karena kalau tidak rugi donk kan saya sudah membelinya.

Setiap kali saya membuat draft dari tulisan saya, salah satu prinsip yang saya pegang adalah: tulisan ini harus jadi post, harus selsai, kalau tidak waktu saya akan terbuang untuk sebuah hal yang tidak jelas juntrungannya.

Cara pandang saya terhadap draft menjadi lebih ‘keras’ tetapi lebih efektif. Waktu yang saya punya untuk menulis terbatas, makanya setiap langkap yang saya buat untuk menulis dalam draft harus saya selesaikan menjadi sebuah tulisan lengkap.

Dulu ada kalanya saya musuhan sama draft, kini saya telah berdamai dengannya dan memandang bahwa draft adalah hal normal biasa, semacam tujuan yang harus saya capai, atau semacam kolak yang harus saya habiskan.

Nah, bagaimana dengan mereka yang pengalaman blogging atau dunia tulis menulisnya tidak ‘secepat’ saya atau waktu yang dimiliki lebih luas dari pada yang saya punya?

Ini ada beberapa tips yang mungkin berguna.

  1. Ubah cara pandang draft. Jika memang menginginkan draft menjadi loker bahan tulisan, jangan lupa untuk berkunjung, merapihkan, menyelesaikan beberapa draft. Jangan sampai loker ini berdebu.
  2. Jangan terlalu banyak draft. Usahakan untuk disiplin, jika draft sudah terasa terlalu banyak maka usahakan untuk menyelesaikan salah satu.
  3. Lupakan draft. Yup, ada kalanya kita harus melupakan draft. Menghapusnya dari folder dan meninggalkan untuk selamanya. Move on.
  4. Loker juga bisa penuh. Draft terlalu banyak berarti PR semakin menumpuk. Lama kelamaan loker untuk menyimpan draft juga bisa penuh, kalau sudah penuh nanti bisa overloaded. Yang terjadi bukannya punya banyak tabungan bahan tulisan tetapi malah jadi malas menulis.
  5. Menulis adalah sebuah proses, jadi jangan pernah berhenti. Terus berlatih, terus menyelesaikan draft.

Masih banyak sebetulnya ‘curhat’ saya tentang draft. Tetapi untuk post yang satu ini sepertinya cukup. Mungkin nanti saya bisa memberikan pembahasan lebih lanjut dari poin 3, yaitu ‘melupakan draft’.

Semoga membantu, sampai jumpa di tulisan #blogdojo berikutnya.

--

--

wiku baskoro
blog Dojo

content is king, angle is queen. but sometimes title is 'god' | hybrid.co.id | twitter @wiku | IG @wikupedia