Review #GermanGP: Dihadapkan Dengan “Murphy’s Law”, Pemuda Ini Juarai GP Jerman 2019

Formula Satu
Blog Formula Satu
Published in
3 min readAug 1, 2019

“Anything that can go wrong will go wrong” — nobody

Tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali menciptakan Murphy’s Law. Tapi tempo hari, semua tim — bahkan the Silver Arrow Mercedes sekalipun — harus mengakui bahwa semua yang bisa rusak, pasti akan rusak!

Sedangkan untuk kita para pemirsa: what a sensational weekend that was! Bahkan menurut kami, Hockenheimring 2019 layak disebut sebagai salah satu modern classic di era turbo hybrid. Betulkah?

125 years in motorsport is not enough to handle a wet Hockenheimring, apparently (Gambar: Reuters)

Menurut kami, ada satu hal kunci yang membuat balapan kemarin berjalan seru. Tidak ada tim yang memiliki data cukup mengenai performa mobil dan compound ban 2019 di cuaca hujan. Beberapa pembalap seperti Alex Albon bahkan belum pernah membalap dengan mobil F1 di lintasan basah sama sekali!

Pengetahuan mengenai performa Pirelli di cuaca hujan tahun lalu menjadi agak sia-sia lantaran di tahun ini, mereka hanya menyediakan satu jenis compound ban basah dan intermediate (Pirelli menyediakan dua jenis compound di 2018). Alhasil, semua tim dihadapkan pada pertanyaan tersulit sepanjang musim 2019: kapankah waktu yang tepat untuk mengganti ban full wet menjadi intermediate, kemudian kembali ke slick di cuaca seperti kemarin?

Rupanya, tim strategi Red Bull berhasil menjawab pertanyaan tersebut dengan baik, dan berhasil mengantarkan Max Verstappen menuju kemenangan ke-7 sepanjang karir sekaligus kemenangan keduanya di musim ini. Seperti biasa, kemenangan Max bukanlah kemenangan yang mudah, seakan menjadi bukti evolusi Max menjadi pembalap yang makin matang.

Speechless

Sebenarnya tidak ada yang spesial dari cara membalap Max di Jerman kemarin. Berbeda jauh dengan masterclass nya di Brazil 2016, apalagi dibandingkan wet lap terhebat sepanjang sejarah oleh Ayrton Senna di GP Inggris 1993.

Lap-lap hujan terbaik umumnya menunjukkan bagaimana pembalap-pembalap hebat mengambil racing line yang tidak lazim, misalnya mengambil tikungan dengan melebar atau menjauhi apex, untuk kemudian melakukan overtake. Dibutuhkan keberanian tinggi untuk melakukan hal tersebut, serta kepercayaan diri pada grip mobil. Dibandingkan kedua contoh ini, teknik membalap Max di Hockenheimring tergolong biasa saja.

Masterclass

Tetapi justru di kondisi seperti GP Jerman kemarin itu, “biasa-biasa saja” menjadi hal yang luar biasa. Kondisi minim data, dimana “anything that can go wrong will go wrong”. In such condition, another thing that can go wrong would be the last thing you’ll ever want. Dalam kondisi itu, GP Jerman 2019 menjadi ajang berlomba-lomba membuat paling sedikit kesalahan!

Dalam kondisi tersebut, tidak seperti biasanya, pembalap dan tim Mercedes membuat banyak sekali kesalahan yang memberi hasil sangat buruk. Di sisi lain, Vettel dan mental juaranya berhasil meminimalisir kesalahan, merangkak dari P20 menjadi P2! Sedangkan Max Verstappen dan Red Bull berhasil menganulir kesalahannya di awal lomba, kemudian menjalani sebuah balapan yang flawless hingga finish. Bahkan Red Bull berhasil memecahkan rekor dengan pit stop selama (secepat?) 1,88 detik!

1.88 secs pitstop, is that even physically possible?

Di papan tengah, kesalahan Hulkenberg membuatnya mengakhiri lomba lebih awal, sekaligus memupuskan harapan finish podium pertamanya sepanjang karir (iya, kami sedih banget karena ini!). Lance Stroll yang menjalani lomba dengan “sangat biasa biasa saja” hampir saja mendapatkan podium kedua sepanjang karirnya, sebelum disalip Vettel dan mengakhiri lomba di P4. Balapan gila ini juga menghasilkan podium pertama bagi tim Formula 1.5: Kvyat mengakhiri lomba di P3! Sementara rekan setimnya Alex Albon mengakhiri balapan hujan pertamanya dengan P6. Luar biasa!

Racing Point, sang juara dunia F1 2019!

Setelah awal yang biasa saja, musim 2019 menjadi semakin seru dan patut diikuti. Beberapa lomba terakhir membuktikan bahwa 2019 bisa saja menghasilkan modern classic lainnya di GP-GP selanjutnya. Harapan kami saat ini cuma satu: semoga musim 2019 makin seru ya!

“Gasly who?” — Dany K. from Ufa, Russia

--

--