Review #AzerbaijanGP: Well Done, Bottas!

Sedikit berbeda dari biasanya, tanpa safety car, tanpa kekacauan masif, hanya 1–2 dari Mercedes dan Ferrari yang kebingungan (yang sudah berlangsung beberapa weekend terakhir ini), serta beberapa kejadian lucu.

Achmad Ramadhan
Blog Formula Satu
5 min readMay 9, 2019

--

Balapan yang diadakan di Baku biasanya bertabur baku hantam. Masih jelas di ingatan saat Sebastian Vettel “mencolek” Lewis Hamilton di belakang safety car, dan juga duo Red Bull yang saling menyeruduk hingga berbuah DNF bagi keduanya. Jangan lupakan pula nilai entropi yang tinggi di sirkuit ini mencetak rekor yang unik di mana Sergio Perez sebagai pembalap dengan catatan podium terbanyak, dan seorang Lance Stroll dengan mobil Williams bisa berada di posisi ke-2 hingga lap terakhir balapan hanya untuk disusul Valtteri Bottas pada main straight sebelum finis.

Masih dengan tema kekacauan, di weekend yang sama balapan Formula E dan Formula 2 digelar. Paris E-Prix dengan mixed condition menjadi arena bom-bom car, begitu pula gelaran F2 yang menjadi support series GP Azerbaijan yang relatif “ramai.”

Sebetulnya, balapan F1 yang digelar juga tidak mulus-mulus amat, tanyakan saja pada George Russell, betapa bumpy sesi latihan pertamanya.

Sayangnya — atau untungnya, saking parahnya insiden ini, pembalap lain tidak sempat merasakan betapa kerasnya jalanan Baku. FP1 dibatalkan. Sang Iceman pun bersabda:

Saat sekalinya dia angkat bicara, lebih baik kalian semua dengarkan…

FP1 yang terpotong dilanjutkan dengan FP2 dan FP3, yang dikuasai oleh satu tim, the men, the myth, the legend… Scuderia Ferrari. Charles Leclerc pada P1, dan Sebastian Vettel pada P2 pada ketiga sesi latihan. Sayangnya, Ferrari tetap konsisten sebagai pemberi harapan palsu bagi para tifosi, karena insiden yang cukup menyedihkan ini.

BONUS: Kubica juga menabrak di tempat yang sama

Trivia: siapa lagi yang pernah menabrak di situ? (Jawaban di bawah ini):

Bisakah kita menyebut ini sebagai The Wall of Potential Champions sekarang?

Dengan demikian, saat waktu Q3 habis, Mercedes kembali meraih 1–2, yang dipimpin oleh the porridge boss Valtteri Bottas. Alih-alih lewat raw pace, mereka malah memainkan trik practice start agar tidak menjadi mobil terdepan di antrian kualifikasi, sehingga mereka mendapat keuntungan dari tow mobil di depannya.

Hal ini sudah dikonfirmasi oleh kepala strategi mereka, James Vowles. Bagi Ferrari, yang sudah lumpuh dari absennya Charles Leclerc di sesi kualifikasi puncak, dikalahkan dengan trik seperti ini rasanya seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Setelah dominasi Ferrari pada sesi latihan, para tifosi harus berpuas diri kembali melihat Mercedes front-row lockout untuk yang ketiga kali di musim ini.

Menunggu Kekacauan

Setelah kelima lampu penanda balapan dimulai telah mati, langsung terjadi battle antara duo Mercedes. It is the Big Bad Bottas showing who’s the boss in the business. Kembali dengan form yang ia tunjukkan di Melbourne. Bottas memenangi battle tersebut dan memimpin balapan.

Sebuah awalan yang seru, namun sayang momen seperti ini tidak banyak berulang di balapan kali ini. Lap demi lap, semua tahu aktor yang paling ditunggu adalah safety car. Meh, tidak keluar juga. Valtteri Bottas pun finis pertama, diikuti Lewis Hamilton, dan juga… browsing dulu… Sebastian Vettel finis ketiga (dengan jarak yang cukup jauh). Setidaknya, Baku begitu unpredictable hingga bahkan mediokritas di balapan kali ini tidak ada yang bisa memprediksi.

Biarpun begitu, bukannya balapan kali ini tidak bisa dikomentari. Lanjut saja yuk ke post-race commentary.

Mercedes: GGWP

https://www.racefans.net/2019/04/29/bottas-retakes-championship-lead-after-leclercs-costly-crash-2/

Australia, Bahrain, Tiongkok, dan Azerbaijan. Pada keempat balapan itu di tahun 2019 mereka berhasil menyapu bersih posisi 1–2, ditambah lagi dengan satu fastest lap dari Valtteri Bottas di Melbourne, seakan mereka tanpa cacat. Mercedes tidak hanya berhasil membuat mobil yang kompetitif, pembalap yang cepat, namun juga mereka berhasil memainkan game sirkus F1 ini dengan sempurna. Strategi yang — jika tidak spektakuler — sangat efektif, dinamika kedua pembalap yang sampai saat ini solid, dan jangan lupakan double pitstop mereka di GP Tiongkok. Tinggal tunggu mereka bisa mengalahkan strategi 4 stop Ferrari (ya, mereka dulu jagoan soal strategi) untuk memenangkan Michael Schumacher.

Toto Wolff, anda patut diacungi jempol. Tapi katanya sebentar lagi anda mau pindah?

Charles Leclerc

Di luar kontroversi terpilihnya Leclerc sebagai Driver of the Day, tak banyak alternatif yang bisa dilakukan oleh Ferrari maupun Leclerc untuk balapan kali ini. Oleh karena itu, finis P5 setelah kualifikasi yang berantakan karena kesalahannya sendiri terasa seperti perilaku yang “bertanggung jawab” oleh sang rookie untuk Ferrari ini.

Leclerc sempat memimpin balapan karena strategi late pitstop-nya, namun tampaknya memang memutuskan untuk tidak bergabung ke dalam pertarungan untuk podium setelah disalip Bottas sebelum ia masuk pit. Pada akhirnya, tanpa beban, ia kembali masuk pit untuk mengganti ban berkompon soft untuk merebut fastest lap di akhir balapan.

Tentu fans Ferrari — yang sebagian besar menganut agama what-if-isme — masih berspekulasi apa yang akan terjadi jika Leclerc tidak menabrak dinding pada castle section dan Ferrari bisa bertarung hand-to-hand (atau tow-to-tow) bersama Mercedes di Q3.

Yang jelas, Ferrari harus menaikkan performanya di segala lini, agar tidak sering-sering masuk dalam posting akun https://twitter.com/cursedf1images.

Kimi Raikkonen: Bottoms-Up

Memulai balapan dari pitlane akibat sayap depan ilegal, Kimi Raikkonen membelah grid untuk finis P10. Yang jelas, Kimi tampak sangat menikmati momen balapan dengan tim barunya, Alfa Romeo ini.

“s0rRy buT mY daD’s tOy0tA AvAnZa c0ULd EaSiLy PaSs a WiLLiAMs on ThE sTraIgHts”

Rekan setimnya, Antonio Giovinazzi, start P17 dan finis P12, cukup impresif biarpun masih sangat-sangat terlihat bahwa dia berada di bawah bayang-bayang rekan setimnya sang veteran. Dan siapa lagi yang carving the grid? Lance Stroll, start di P13 untuk finis P9.

Lagi-lagi, Formula 1.5 mungkin hal terseru yang tak pernah mendapat sorotan utama.

Reverse Torpedo

(UJIAN TEORI SUPER LICENSE)

Perhatikan gambar di atas. Apa yang seharusnya dilakukan mobil hitam-kuning?

Catatan: Mobil biru dijuluki torpedo

A. Berputar ke kanan dengan controlled spin dan memasuki kembali ke trek dengan aman.

B. Masuk reverse gear, dan lakukan reverse torpedo?

Setelah kepindahannya ke Renault, Daniel Ricciardo terlihat begitu kesulitan untuk tampil impresif. Terkadang masih berada di bawah bayang-bayang Nico Hulkenberg yang selalu konsisten, dan juga performa Renault yang relatif memble tahun ini, mengingat masing-masing hanya mencetak 6 poin sampai GP Azerbaijan ini berlangsung.

Namun kejadian seperti ini tampaknya begitu ironis. Diawali dengan manuver overtake pada sang torpedo, Daniil Kvyat, sudah dalam jarak tembak, namun tampaknya Ricciardo lupa untuk melakukan kalibrasi jurus late braking-nya dengan mobil barunya ini, yang belum memiliki sayap. Akhirnya kedua pembalap ini terjebak di escape route Baku yang terkenal itu. Tentu semua ingin kembali ke trek secepatnya, dan terjadilah momen Greek tragedy ini.

Masa yang berat untuk Danny Ric, tak perlu dibahas banyak, nikmati video di bawah ini:

Sampai ketemu di Catalunya!

--

--