Review #BritishGP: Satu-dua, namun berbeda!

Dominasi Mercedes sudah biasa, aksi wheel-to-wheel itu luar biasa

Achmad Ramadhan
Blog Formula Satu
3 min readJul 20, 2019

--

Pemecah rekor 6 kali Juara GP Inggris adalah orang Inggris

Musim 2019 sejauh ini menghadirkan hasil yang beragam, dengan banyak sekali momen yang membosankan, dan beberapa momen epik. Ada balapan yang memang layak dilupakan (Grand Prix de France — bien sûr) dan juga beberapa balapan yang cukup layak diingat, seperti GP Austria yang memberikan kita pemenang baru dari tim selain Mercedes, setelah “hanya” 9 balapan, dengan Max Verstappen membawa manufaktur mesin Honda memenangkan balapan pertama kali sejak GP Hungaria 2006 secara heroik. Balapan terakhir di Inggris, kembali didominasi oleh pembalap dari tim Mercedes, hampir tanpa penantang, namun dengan banyak aksi sepanjang balap baik dari Mercedes maupun tim lainnya. Sebuah rasa baru di dalam menu di musim 2019 ini.

Menuju akhir pekan, ada beberapa kejutan (yang sebetulnya tidak terlalu penting) seperti si anak hilang Pierre Gasly yang memimpin sesi latihan bebas 1, dan Ferrari yang mendominasi sesi-sesi kualifikasi melalui Charles Leclerc, sebelum dihancurkan pada Q3 oleh Mercedes yang mengamankan posisi 1–2 (yang telah menjadi cerita lama).

Front row lockout dipimpin oleh Valtteri Bottas, yang telah melakukan segala hal di musim ini untuk dalam usahanya mengalahkan rekan setimnya — yang tidak selalu berbuntut manis — sang juara dunia 5 kali Lewis Hamilton, yang kali ini harus puas di posisi kedua.

Balapan dimulai dengan duel ketat antar pembalap Mercedes. Lewis Hamilton yang on fire dari posisi kedua langsung membayangi Valtteri Bottas. Entah dari mana pace luar biasa yang dimiliki Hamilton saat berusaha untuk menusuk Bottas, dalam usahanya untuk membuka pintu dengan paksa untuk melewati Bottas. Namun, biar hanya bisa bertahan, Bottas melakukan pertahanan yang presisi sampai akhirnya kecolongan karena teknik cut back dari Hamilton. Satu tikungan berikutnya, Bottas kembali memimpin.

Dan Mercedes… mereka berduel sambil menciptakan gap yang makin jauh dengan para mere mortals, tidak lupa mereka menggunakan ban yang lebih lambat dari lainnya. Bottas terus memimpin hingga pitstop pertama, dan berada pada winning strategy dengan rencana untuk melakukan undercut terhadap Lewis Hamilton. Namun, keluarnya safety car dikarenakan Antonio Giovinazzi harus menghentikan mobilnya di runoff area, membuat harapan Bottas untuk menang langsung meredup. Hamilton segera memanfaatkan safety car untuk mendapatkan pitstop gratis dan memilih strategi one stop. That’s that about the race, dengan sedikit keberuntungan, strategi yang cermat, dan raw pace, Lewis Hamilton menggagalkan kembali upaya rekan setimnya — yang menyetir sangat brilian hari itu — untuk memenangkan balapan. 1–2 bagi Mercedes, lagi.

Namun, bukan berarti balapan ini tanpa aksi. Ferrari dan Red Bull berduel dengan begitu ketat. Beruntung kita bisa melihat aksi antara Charles Leclerc dan Max Verstappen, yang mungkin akan bertarung untuk gelar juara dunia beberapa tahun kedepan.

Masa depan F1

Charles Leclerc kembali dengan sebuah aksi overtaking yang sempurna terhadap Pierre Gasly:

Namun sayangnya, malah yang paling berpengalaman di antara mereka, Sebastian Vettel, “berduel” dengan cara lain dengan Max Verstappen.

Apakah Vettel sudah selesai?

Dengan kejadian seperti ini, bagaimanakah cara Ferrari untuk bangkit untuk benar-benar menantang Mercedes?

Untunglah

Di luar balapan yang penuh aksi, banyak pula kejadian-kejadian lain yang cukup drama. Salah satunya adalah tiba-tiba tim Haas yang tak kunjung mendapat keberuntungan malah “ditinggal” oleh sponsor utamanya.

????

Performa mereka di trek juga tidak membantu, dengan kedua pembalap mereka, Kevin Magnussen dan Romain Grosjean harus puas berada di belakang. Sang bos Guenther Steiner pun sudah tidak bisa menutupi kekecewaannya:

It was a very disappointing race for us, I’m just stating the obvious here. The best that our drivers could bring to the battle was a shovel — to dig the hole we’re in even deeper. We need to go back, regroup, and see what we do in future.

Oh iya, dan jangan lupa dengan apa yang ditanyakan Daniel Ricciardo kepada Lando Norris di konferensi pers.

A rite of passage?

Demikian review dari GP Inggris 2019 ini, salah satu balapan terbaik di musim ini. Akankah berlanjut ke GP Jerman minggu depan? Hanya waktu yang akan membuktikan.

--

--