Review #ChineseGP 2019: Event kejuaraan dunia F1 ke-1000 yang…….
Tidak terasa kami telah menulis ulasan untuk balap ke-1000 di kejuaraan dunia F1. Walaupun ini bukan ulasan ke-1000 kami, tapi tidak ada salahnya ikut merayakan milestone ini, bukan?
Kami buka ulasan ini dengan sedikit fakta menarik menyangkut milestone yang sudah dicapai oleh ajang balap F1. Patut digarisbawahi bahwa GP Tiongkok edisi 2019 ini adalah balapan ke-1000 dalam kejuaraan dunia F1. Bukan Grand Prix ke-1000, bukan pula balapan dengan regulasi untuk F1 yang ke-1000. Ini karena tidak semua balap Grand Prix menggunakan mobil F1 menghasilkan poin untuk kejuaraan dunia, dan tidak semua balapan kejuaraan dunia sebelumnya menggunakan regulasi untuk F1 (sekilas info: sempat ada lho, balap kejuaraan dunia F1 yang menggunakan regulasi untuk F2!). Jadi, mohon jangan membenci kami karena menulis judul seperti itu.
Akhir pekan kali ini dibuka dengan saling unjuk gigi antara Ferrari dan Mercedes. FP1 berakhir dengan cetakan waktu tercepat dari Vettel, yang kemudian disusul oleh Hamilton. Jarak antara waktu keduanya tidak terpaut jauh, namun Vettel menggunakan ban dengan kompon medium dan Hamilton menggunakan kompon soft — sebuah bukti nyata dari keunggulan tenaga power unit milik Ferrari. Valtteri Bottas mencetak waktu tercepat pada sesi FP2, dan berdasarkan analisis dari sumber terkemuka, mobil Mercedes sangat baik dalam manajemen kedua ban belakang, sementara Ferrari lebih baik dalam manajemen kedua ban depannya. Analisis dari kami sendiri, ini menandakan bahwa grip pada ban depan Mercedes lebih baik dari Ferrari, dan akan membantu kedua mobil W10 dalam fase pengereman saat kondisi menikung di sirkuit. Pun begitu, keunggulan tenaga yang dimiliki Ferrari memungkinkan untuk mengikis keunggulan kedua Mercedes di tikungan, mengingat back straight di sirkuit ini cukup panjang.
FP3 kembali dikuasai Bottas, namun terdapat peristiwa cukup mencengangkan di sesi tersebut. Pembalap asal negeri tetangga (tetangga agak jauh…), Alexander Albon menabrak pembatas sirkuit pada sektor sebelum start/finish straight. Hal tersebut mengakibatkan bendera merah terpaksa dikibarkan dan sesi pun diperpendek.
Masuk ke sesi kualifikasi, cukup banyak hal menarik yang terjadi disini. Albon (atau mungkin anda sedang ingin menyebutnya Alboff untuk sesi tersebut) dan Giovinazzi tidak mengikuti sesi kualifikasi sehingga Giovinazzi memulai balapan dari baris paling belakang dan Alboff (ups…) akan memulai balapan dari pit. Seperti biasa, kedua mobil Williams tidak lolos ke sesi kedua dan ditemani oleh Lance Stroll dari Force…..maksud kami, SportPesa Racing Point. Cukup menyedihkan, mengingat Williams merupakan tim paling sukses nomor 3 di F1.
Kedua Renault dan Haas tembus sampai sesi ketiga. Pierre Gasly juga mendapatkan tembusan sesi ketiga pertamanya di musim ini — yang terbilang agak aneh mengingat RB15 memiliki performa sangat baik di awal musim ini. Kedua mobil Haas tidak mencetak waktu pada sesi ketiga, dan Max Verstappen tidak berhasil melakukan percobaan lap kedua nya karena terjadinya sedikit “insiden” yang bisa anda baca disini. Mercedes mendapatkan front-row lockout disusul oleh kedua Ferrari, kedua Red Bull, kedua Renault, dan kedua Haas. Rapi sekali bukan? Mengingatkan anda pada sesuatu….
Lights out! Hamilton memulai balapan dengan baik dan menyalip Bottas menuju tikungan pertama. Begitupun dengan Leclerc yang menyalip Vettel karena Vettel harus melambat agar tidak menabrak Bottas. Posisi di belakang mereka berempat tidak banyak berubah — Giovinazzi berhasil menyalip salah satu Williams, dan kemudian tidak banyak aksi — hingga momen ini terjadi…..
Di tikungan ke-6, Kvyat berusaha menyalip Sainz namun kehilangan grip saat keluar tikungan dan mengakibatkan mobilnya terlalu mepet dengan MCL34 milik Sainz. Sainz yang tidak dapat berbuat banyak kemudian menyenggol ban belakang mobil Toro Rosso tersebut, yang kemudian kehilangan kendali dan menabrak MCL34 milik Norris hingga tersentak ke udara. Momen dramatis ini menyebabkan banyak debris yang tertinggal di sirkuit dan VSC pun diberlakukan. Selain itu, Kvyat dianggap bersalah dan dikenakan penalti drive-through, menghancurkan akhir pekannya. Sainz dan Norris juga harus merelakan akhir pekan mereka berakhir dengan buruk.
Banyak yang melihat momen ini dan mengatakan “Torpedo is back!”. Penulis berpendapat kalau kejadian ini bukan sepenuhnya salah Kvyat. Baik Sainz maupun Kvyat sama-sama terlalu ngotot untuk mempertahankan line mereka masing-masing, dan kemudian berimbas pada satu pembalap lain yang seharusnya bisa tidak terlibat dalam insiden ini. Pun begitu, toh kejadiannya sudah lewat, jadi mari kita lanjutkan ulasan….
Tidak banyak drama yang terjadi pada barisan depan, sampai lap 11 dimana Leclerc yang baru akan mulai meningkatkan pace tiba-tiba diminta untuk membiarkan Vettel lewat karena sepertinya Ferrari merasa race pace Vettel sampai saat itu lebih baik. Tale as old as time, song as old as rhyme, Ferrari and team orders…..
Sampai di lap 17, dimana The Hulk terpaksa harus berhenti karena isu reliability. Lagi. Ayolah…dua balapan berturut, lho.
Akhirnya kita disuguhkan dengan sedikit aksi saat memasuki lap 20. Vettel dan Verstappen memperebutkan posisi tiga dibelakang kedua Mercedes, dengan Verstappen yang mendapatkan keuntungan dari DRS. Menuju back straight, Verstappen keluar tikungan dengan baik dan terus menyusul Vettel hingga masuk zona DRS dan menggunakannya hingga titik pengereman sebelum hairpin. Manuver mendadak yang dilakukan Verstappen membuat mobilnya understeer, memberikan Vettel kesempatan untuk switchback. Tak diayal lagi, Vettel memanfaatkannya dengan baik dan mempertahankan posisi ketiga. Mungkin ada beberapa orang yang bingung kenapa saya mengatakan posisi ketiga padahal mereka memperebutkan posisi kelima, itu dikarenakan Leclerc dan Gasly yang berada di depan mereka berdua belum melakukan pitstop.
Memasuki lap 26, kita disuguhkan sedikit aksi dari papan tengah. Raikkonen menyalip seseorang yang — katanya — paling sulit disalip di sirkuit. Manuver yang dilakukan dari sisi luar tikungan ketujuh tersebut membuat K-Mag tidak bisa berbuat banyak untuk mempertahankan posisinya.
Satu lap setelahnya, Albon (sudah bukan sesi kualifikasi, kan?) menyalip Giovinazzi di back straight untuk posisi ke-12. “Terus kenapa?” mungkin anda berpikir begitu. Sampai anda ingat kalau Albon memulai balapan dari pit di posisi 20. Bisa calon dapat poin lagi nih….
Dua lap setelah aksi Albon, Raikkonen juga menyalip Grosjean di penultimate corner. Untuk posisi kesembilan. Iceman still got it,eh?
Tidak banyak aksi yang terjadi lagi sampai kita memasuki fase akhir balapan. Mercedes menggunakan strategi yang sama untuk kedua mobil, dan dengan cukup nekat memasukkan kedua mobil ke pit di lap yang sama. Penulis bukan penggemar fanatik Mercedes, tapi harus diakui kalau double stacking yang mereka lakukan sangat rapi dan cepat. Tidak membuang waktu pembalap sama sekali.
Tidak banyak yang terjadi setelah itu, selain strategi Leclerc yang kacau dan mengakibatkan dia finis di posisi kelima dibelakang Verstappen, Kvyat dan Norris yang harus berhenti mengikuti The Hulk, dan — anda akan bosan membacanya — Mercedes finis 1–2 lagi dengan Hamilton di depan Bottas dan Vettel yang melengkapi podium. Dengan begitu, Hamilton sekarang memimpin klasemen diikuti oleh Bottas, Verstappen, Vettel, Leclerc, dan Gasly.
Di kejuaraan dunia papan tengah, Ricciardo akhirnya “memenangkan” balapan ketiganya dengan Renault, diikuti oleh Perez, Raikkonen, dan….Albon! Ya, pembalap asal Thailand ini berhasil memanfaatkan strategi one-stop yang diberikan timnya dengan sangat baik. Tidak heran, kalau dia mendapatkan penghargaan “Driver of The Day”. Ricciardo juga memberikan performa sangat baik, “mendominasi” hampir seluruh balapan. Perez juga sangat baik saat memulai balapan dan terus menempel Ricciardo sampai akhir. Raikkonen juga menunjukkan bahwa pengalamannya berkecimpung di F1 bukanlah kaleng-kaleng.
Kesimpulannya, event kejuaraan dunia F1 ke-1000 ini adalah event yang…..menurut penulis, membosankan. Bila dibandingkan dengan balapan ke-900 (Bahrain 2014) saja, dengan aksi salip-menyalip dan persaingan ketat antara Rosberg dan Hamilton, balapan ini tidak menyuguhkan aksi di barisan depan. Bahkan, papan tengah yang biasanya seru bukan main juga anehnya tidak menyuguhkan aksi sebanyak sebelumnya. Pun begitu, setidaknya kita dapat menarik beberapa poin yang mungkin dari tiga GP pertama musim ini:
- Bukti nyata bahwa mobil (dari segi keseimbangan antara performa dan kehandalan) dan program balap Mercedes (pengaturan strategi, race pace, dan lainnya) sangat baik, lebih baik dari Ferrari.
- Red Bull mulai menyusul ketertinggalannya dengan power unit Honda (penulis yang ini bukan Honda stan, tapi turut senang dengan kembalinya Honda ke jalan yang benar).
- Jarak antara the big three dengan tim lain masih terlampau jauh.
- Perubahan regulasi 2019 ini sepertinya baru dapat menciptakan close racing pada sirkuit tertentu (sayangnya Shanghai bukan salah satunya).
- Papan tengah cukup ketat saat balapan, namun sepertinya one-lap pace masih didominasi oleh Renault dan Haas.
- Williams belum menunjukkan tanda-tanda untuk dapat setidaknya bangkit ke papan tengah.
Setelah balap ke-1000 yang membosankan di daerah polusi pabrik ini, seharusnya balap ke-1001 bisa lebih menarik. Sirkuit jalanan, sempit, penuh tantangan, dan — selama dua tahun terakhir — penuh aksi. Apakah musim ini juga begitu? Kita tunggu saja…
Sampai bertemu lagi di GP Azerbaijan!