Review #JapaneseGP: Blunderrari Tertinggal Lagi

Formula Satu
Blog Formula Satu
Published in
4 min readOct 10, 2018
Driver’s and fan’s favorite circuit!

Suzuka adalah salah satu sirkuit klasik dalam kalender kejuaraan dunia F1, tempat terjadinya beberapa aksi paling ikonik dalam sejarah balapan jet darat. Ia dipenuhi tikungan-tikungan tercantik, baik yang mengalir seperti 130R, maupun hairpin yang teknikal. Karena itulah, kami setuju dengan penilaian Bottas bahwa Suzuka pantas berada di jajaran sirkuit terbaik dunia.

Ada lagi nih yang jatuh cinta lagi sama Suzuka

Suzuka seringkali menyuguhkan aksi-aksi spektakuler, dan balapan hari Minggu kemarin berhasil memberikan beberapa tontonan menarik di tengah musim 2018 yang lagi agak membosankan ini.

Ada gak sih momen yang lebih ikonik daripada momen ini di sepanjang sejarah F1?

Di Jepang, Mercedes menunjukkan supremasi dengan mendominasi seluruh sesi. Dominasi Ferrari yang terakhir kita lihat di Belgia semakin tidak terlihat di akhir pekan lalu. Ya, Mercedes berhasil memenangkan perlombaan development mobil di 2018 ini. Entah apa yang diminta Toto Wolff ke timnya, tapi yang jelas kerja berat menanti Sebastian Vettel apabila ia masih ingin menjadi juara dunia musim ini, itupun kalau masih mungkin!

Sedangkan di lapangan, kita belum bisa melihat perbaikan dari tim strategi Ferrari. Mereka berjudi dengan menurunkan ban intermediate saat Q3 dimulai, sedangkan tim-tim lain memulai Q3 dengan ban slick. Malang untuk Ferrari, cuaca di awal Q3 masih bisa diatasi dengan ban slick.

Selalu

Merasa strateginya salah, mereka mengganti ban di akhir Q3: saat hujan menjadi semakin deras. Tekanan untuk perform lebih baik dengan hanya satu lap penentu sepertinya terlalu berat untuk Vettel, yang membuat kesalahan di tikungan Spoon. Alhasil, Lewis Hamilton berhasil meraih pole ke-80 di karirnya tanpa perlawanan berarti, sedangkan Seb harus memulai lomba dari P9.

Perbedaan posisi start tentunya mempengaruhi jalannya lomba untuk kedua juara dunia. Hamilton dengan nyamannya memimpin lomba dari awal hingga akhir, sedangkan Vettel harus berjibaku di papan tengah yang sangat kompetitif di Suzuka.

Turning point terjadi di lap ke-8, ketika Vettel berusaha mendahului Max Verstappen, yang sebelumnya telah mendapat penalti akibat insidennya dengan Kimi Raikkonen. Aksi coba-coba penuh resiko Vettel terhadap pembalap dengan reputasi seperti Max Verstappen — yang pastinya akan bertahan dengan sangat agresif — adalah resep sukses menuju bencana.

Spooning has never been this hard

Benar saja, Vettel gagal menyelesaikan manuver tersebut, kemudian menabrak Verstappen, dan terpental keluar sirkuit. Verstappen telah memberikan ruang dan manuver Vettel memang terlalu ambisius, sehingga steward memutuskan bahwa hal tersebut merupakan insiden balap dan tidak ada penalti untuk keduanya.

*Record scratch* *Freeze frame* Yup, that’s me. You’re probably wondering why I ended up in this situation..

Suzuka 2018 adalah sebuah bencana buat Ferrari, tapi terlepas dari itu, salam hormat patut kita layangkan kepada Vettel yang mau meresikokan segalanya demi peluang juara dunia-nya. “Kalau memang ada celah dan tidak kumasuki, mending aku di rumah saja!” ujarnya di radio, yang tentunya harus dapat kita maklumi sebagai fans.

Hamilton sebagai rivalnya pun turut memberi penghormatan atas usaha Vettel, dan mengajak kita untuk adil sejak dalam pikiran: bahwa berada di level teratas kompetisi ini tidaklah mudah dan pada akhirnya, Vettel juga manusia yang tidak luput dari kesalahan. Pertanyaannya, apakah sebagai fans kita bisa berlaku adil juga?

Kami tidak terlalu setuju, tapi kadang-kadang ada benarnya. Eh, katanya ‘adil sejak dalam pikiran’?!

Di papan tengah, kita disuguhi aksi menarik Leclerc-Grosjean-Perez yang fight untuk posisi best of the rest. Kami terkesima dengan aksi berkelas Leclerc selama balapan, yang menegaskan bahwa dirinya pantas menjadi pembalap Ferrari musim depan. Sedangkan Perez dan Grosjean mempertontonkan aksi menyerang dan bertahan yang sangat dekat, namun mereka selalu memberikan cukup ruang satu sama lain selama balapan. Nothing but respect for these gentlemen!

Setuju monsieur

Harapan tuan rumah menyaksikan Honda meraih poin perdana era turbo hybrid di kandang sirna tatkala Sainz menyalip Pierre Gasly di fase akhir lomba. Padahal harapan ini begitu tinggi, mengingat Hartley dan Gasly berhasil mengamankan posisi start yang sangat baik pada sesi kualifikasi. Pace Toro Rosso-Honda yang berhasil menyelesaikan kualifikasi di P6 dan P7 tidak terlihat selama balapan berlangsung.

Mungkin memang skill dan keberuntungan pembalap yang membuat STR sangat baik di sesi Quali, bukan kemajuan dari Power Unit….

Sepertinya, Gasly tampil ngotot di tengah balapan untuk sekedar mempertahankan posisi gagal mengirit ban untuk mempertahankan pace di akhir lomba. Carlos Sainz pun menyalip Gasly dengan mudah dan mengamankan poin terakhir di GP Jepang. Keberuntungan belum menaungi tuan rumah tahun ini, tetapi kami yakin bahwa duet maut Red Bull-Honda di tahun depan dapat mengakhiri paceklik poin Honda di Suzuka. Semoga!

Akhirnya, Lewis Hamilton tampil dominan dengan sebuah grand slam — menjadi yang tercepat di seluruh sesi, dan memimpin lomba dari awal hingga akhir. Dengan selisih poin yang cukup aman, ia akan mengunci gelar juara dunia 2018 di Austin ̶a̶p̶a̶b̶i̶l̶a̶ ̶i̶a̶ ̶m̶e̶n̶g̶a̶l̶a̶h̶k̶a̶n̶ ̶V̶e̶t̶t̶e̶l̶ ̶d̶e̶n̶g̶a̶n̶ ̶s̶e̶l̶i̶s̶i̶h̶ ̶8̶ ̶p̶o̶i̶n̶ ̶d̶i̶ ̶s̶a̶n̶a̶.

Perebutan gelar juara dunia mungkin sudah menjadi membosankan sekarang, tetapi paling tidak Suzuka telah mempertontonkan aksi menarik akhir pekan kemarin. Mari berharap Ferrari dapat menciptakan keajaiban dan Vettel bisa menghidupkan kembali asa juara dunianya di Austin, Texas!

--

--