Review #SingaporeGP 2019: Undercut was too good ‘lah!

Formula Satu
Blog Formula Satu
Published in
4 min readSep 28, 2019

Kalau kamu pembaca setia Blog Formula Satu, pasti sudah cukup terbiasa dengan permintaan maaf kami: mohon maaf atas keterlambatan terbitnya edisi ini dikarenakan kesibukan di dunia nyata. Sayangnya, selama kami masih menjadi budak korporat, sepertinya kami akan terus memohon maaf kepada kalian. Semoga tetap setia ya!

Anyway, buat penulis, GP Singapura kemarin seperti kebalikan lagunya Ran: dekat di mata, eh tapi jauh di hati. Kami sebetulnya ingin sekali berkunjung ke Negeri Singa untuk meliput langsung (terlebih lagi, penulis suka banget sama Muse!), tapi tiket masuk GP terasa cukup mahal. Doakan saja kami bisa mengurangi kunjungan ke third wave coffeeshop tahun ini, dan cukup menabung untuk GP tahun depan…

The Knight of the Order of the Holy Crimson Empire

Di Singapura, Ferrari berhasil mengungguli Mercedes lewat strategi, dan berhasil one-two finish pertama sejak Hungaria 2017, dan kemenangan tiga kali berturut-turut pertama sejak musim 2008!

Berhasil pole di sesi kualifikasi, Charles Leclerc memulai lomba dengan start yang apik, kemudian memimpin sejak awal lomba. Namun, alih-alih membangun jarak dengan mobil-mobil di belakangnya, ia memperlambat pace dan membuat jarak di antara mobil sangat dekat. Mengapa demikian?

Trek jalanan seperti Singapura tidak memberikan banyak ruang untuk overtake di lintasan lomba. Kemungkinan besar, kemenangan ditentukan melalui strategi pit stop, dengan under/overcutting. Dan tidak ada tim yang senang kalau harus terkena undercut di Singapura!

Apa yang dilakukan Ferrari? Mereka memanfaatkan pole position Leclerc untuk membangun traffic, dengan cara memperlambat pace. Harapannya, jika Mercedes memutuskan untuk undercut saat Hamilton berada di belakang Leclerc, ia harus melewati traffic yang belum di-overlap dan berusaha lebih keras untuk menyalip Leclerc.

Race-defining moment. Lihat jarak antara Stroll dan Hulk

Kesempatan Ferrari untuk melakukan undercut Vettel kepada Mercedes terbuka di Lap 20, saat ada cukup jarak (sekitar 13 detik) antara Stroll (P11) dan Hulkenberg (P12), dan ketika duo Mercedes belum melakukan pit stop.

Lap tersebut seakan mengukuhkan kemenangan 1–2 Ferrari di GP Singapura, tapi siapa sangka Vettel dapat menjadi juara? Berbekal ban baru yang masih segar, rupanya Vettel berhasil mencatatkan lap time yang sangat baik, dan kebetulan terlalu baik untuk rekan setimnya Leclerc. Iapun berhasil menyalip Leclerc di lap 21, tepat sebelum Leclerc keluar dari pit stop!

Passion made possible

Leclerc tentu saja kesal dan hal ini dapat dimengerti. Ia merasa dirampok oleh timnya sendiri, dan beberapa kali meminta engine mode lebih tinggi untuk menyerang Vettel. Namun para bos di garasi telah bersabda: “…you need to bring the car back home…” — sebuah eufemisme untuk “nope you’re staying in P2”.

Tapi bagi kami, mengamankan kemenangan 1–2 di Singapura jauh lebih penting untuk tim Ferrari, dan P1 untuk Sebastian sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan dirinya di tengah kritik yang melanda. Tenang saja Charles, you’re a future World Champion. Jalan masih panjang, puluhan kemenangan sudah menunggumu di masa depan!

2017, gak lagi-lagi

Terlepas dari kemenangan 1–2 Ferrari, jangan lupakan betapa asyiknya balapan yang terjadi di Formula 1.5! Lando Norris boleh jadi menjuarai kompetisi F1.5, tetapi buat kami bintang di lintasan balap tempo hari adalah Daniel Ricciardo, Antonio Giovinazzi, dan Lance Stroll!

Yup. Danny Ric, yang sempat menusuk di papan tengah setelah harus memulai lomba di belakang grid. Giovinazzi, yang sempat memimpin lomba selama beberapa lap. Lance, dengan pergerakan-pergerakan agresif dan penuh keberanian. Serta tentu saja aksi antara Carlos Sainz dan kawan-kawan di lap terakhir lomba (yang sayangnya tidak bisa kami temukan rekamannya). Seru banget!

Ngomong-ngomong soal Lance Stroll, terlepas dari kritikan pedas para fans, menurut kami ia pembalap papan tengah yang lumayan ‘kok. Hanya saja, untuk investasi sebesar ratusan juta dolar yang dikeluarkan papah Lawrence Stroll untuk membeli Force India, para fans berharap Return on Investment lebih tinggi dari Lance. Semoga ia bisa lebih konsisten di balapan-balapan selanjutnya ya

Terlepas dari kemenangan Vettel, rupanya jarak antara Hamilton dan di klasifikasi pembalap malah jadi terpaut lebih jauh. Tapi kekuatan Ferrari di beberapa lomba terakhir membuat GP-GP selanjutnya tetap menarik diikuti.

Pergerakan apa yang akan dilakukan Mercedes untuk membendung dominasi Maranello? Apakah dominasi Ferrari setelah libur musim panas akan berlanjut? Di sisi lain, Honda mengganti mesinnya dan mengambil grid penalty untuk semua pembalapnya. Hal ini membuat kami bertanya-tanya: senjata apa yang ingin mereka coba di GP Rusia, dan pastinya akan menjadi piece de resistance mereka di GP Jepang? Kita tunggu saja…

--

--