Review #RussianGP: Sesuai Naskah
Balapan dengan banyak potensi untuk menjadi balapan yang seru, namun team order membunuh mood. Perlukah team order Mercedes dipertahankan hingga akhir lomba?
Mercedes berhasil mempertahankan rekor 100% mereka dalam hal kemenangan di GP Rusia. Hal yang sebenarnya sudah bisa diramalkan sejak sesi latihan dan juga kualifikasi. Pace yang luar biasa. Konsistensi yang menakjubkan. Dengan dominasi absolut Mercedes di hari Jumat dan Sabtu, sebetulnya apa yang terjadi di hari Minggu sangatlah mengejutkan.
Valtteri Bottas menambah jajaran prestasinya di Rusia dengan meraih pole position (prestasi lain termasuk memenangkan balapan dan mencetak lap tercepat). Sayangnya tuduhan (uhh.. fakta?) team order menjadi isu yang lebih besar daripada prestasi Bottas, dan itu tidak sepenuhnya salah.
Cuaca yang tidak menentu dari sprint race Formula 2 — yang dimenangkan oleh George Russell sang protege Mercedes (gila, mereka memenangkan semuanya!) — menambah drama sebelum balapan. Grid penalty yang mendera banyak pembalap (termasuk duo Red Bull) memberi bumbu tambahan naskah drama hari Minggu itu.
Jadi naskahnya adalah: team order dan kedua pembalap Red Bull melakukan pengejaran untuk posisi enam besar. Apakah benar hal ini yang terjadi?
Lights out and away we go! Dengan start yanglebih baik daripada Lewis, Sebastian Vettel langsung menyeruak ke depan seakan ingin menunjukkan kalau perebutan gelar juara belum selesai. Tidak mau terlalu mengambil risiko, Vettel sadar tidak banyak ruang tersisa untuknya dan merelakan duo Mercedes memimpin balapan. Yang jelas, Vettel harus membuktikan dirinya bisa berada di depan Lewis Hamilton kemudian memenangkan balapan ini, untuk menghidupkan lagi perebutan WDC.
Prosesi start yang relatif rapi, kecuali untuk pasangan sial Pierre Gasly dan Brendon Hartley dari Toro Rosso (yang baru mengumumkan bahwa sang torpedo Daniil Kvyat akan membalap lagi untuk mereka di musim depan). Duo Toro Rosso mengalami loss pedal rem (“pedals were long”) dan menyebabkan mereka harus mengakhiri lomba lebih awal.
Dari belakang, duo Red Bull yang mendapatkan penalti engine, diprediksi bakal melaju hingga setidaknya posisi 6 besar, meninggalkan tim senasib dan sepenanggungan Toro Rosso dan McLaren. Khususnya bagi Max Verstappen, targetnya sudah tercapai dari lap ke 9.
Birthday boy berhasil menduduki P5 dari P19 hanya dalam 9 lap. Terlebih Max sempat memimpin balap selama kurang lebih 20 lap, dengan kompon soft yang dia gunakan dari awal balapan, dan mampu menjaga jarak kurang lebih 2–3 detik dengan P2 (antara Hamilton dan Bottas). Gelar driver of the day menjadi hadiah ulang tahun Max setelah penampilan yang impresif ini.
Sementara rekan setimnya, Daniel Ricciardo, tidak dapat banyak beraksi karena elemen di sayap depannya rusak di awal-awal balapan. Namun, dia mampu mempertahankan P6 dari lap 12 hingga akhir balapan.
Jika ada poin yang bisa diambil dari hasil yang diperoleh Red Bull di balapan ini, itu adalah F1 terkadang serasa seperti balapan multikelas. Daniel Ricciardo yang memiliki masalah sayap depan hingga harus berjuang di awal-awal balap, pada akhirnya juga tetap bisa mempertahankan P6, padahal dia melakukan pit-stop dengan penggantian sayap yang memakan waktu yang lumayan.
Begitu pula Max Verstappen yang penampilan luar biasanya ditutup dengan “hanya” P5. Memang, masalah ini adalah masalah klasik F1, dan tampaknya diperparah dengan tim-tim midfield yang terlihat seperti tidak berkeinginan untuk bertarung dengan 3 tim teratas, Mercedes, Ferrari, dan Red Bull. Walau demikian, kami curiga bahwa masalahnya lebih mirip dengan kehidupan kita sehari-hari: niat sih ada, duitnya yang kagak ada!
Lap 14 menjadi salah satu titik pivot di balapan ini saat Sebastian Vettel masuk pit, tentu dengan harapan untuk melakukan undercut atas Lewis Hamilton. Tak mau kecolongan, Mercedes pun langsung memasukkan Lewis Hamilton di lap berikutnya. “For once, Ferrari’s race strategy works in their favor,” kata komentator David Croft — undercut tersebut berhasil! Setidaknya, Vettel memiliki peluang untuk finis di depan Hamilton! Namun….
… ternyata momen penuh kemenangan itu tidak bertahan lama. Tampaknya Sebastian Vettel pun terkejut dengan betapa mudahnya Hamilton untuk kembali mendekat dengan bantuan DRS, dan melakukan manuver pertahanan dengan cara yang patut dipertanyakan. Namun, di kali kedua, Hamilton akhirnya memastikan bahwa dia lebih cepat dari Vettel. Jarak satu lap, undercut Ferrari tidak membuahkan hasil untuk posisi yang lebih baik. Pertarungan Vettel dan Hamilton ini menjadi salah satu highlight GP Rusia kemarin.
Pertarungan di papan tengah sedikit agak di bawah ekspektasi, karena mulai dari sekitar lap 20, saya mengharapkan duo Force India (yang beberapa kali bertukar posisi) berusaha menyusul Kevin Magnussen (yang sebenarnya terlihat tidak begitu cepat), namun akhirnya gagal yang membuat Force India berkeputusan untuk mengambil strategi konservatif yaitu menunggu Nico Hulkenberg masuk pit dan memastikan mereka berada di depannya.
Tampaknya balapan mulai memasuki fase stabil (waktunya bikin kopi), dengan Max Verstappen memimpin (namun masih defisit 1 pit stop), Bottas di P2 dan Hamilton di P3, sampai Toto Wolff memutuskan untuk menekan tombol bagaikan seorang presiden negara adidaya menekan tombol untuk serangan misil.
Ketebak dong apa yang akan terjadi? “Let Lewis by into turn 13 this lap.”
TEAM ORDER! Lagi-lagi semua berjalan sesuai naskah, mulai dari Red Bull yang tiba-tiba sudah didepan, Ferrari yang lagi-lagi outwitted oleh Mercedes, dan Bottas harus menjadi, ugh, wingman… (secara personal benci dengan istilah ini).
Kemudian Max Verstappen masuk pit, keluar di P5 — lagi-lagi sesuai naskah, dan saya sendiri lebih aktif mengarungi linimasa Twitter membaca kecaman netizen mengenai team order tersebut. Balapan sudah fixed di titik tersebut.
Menurut James Allison, ada blister di ban Lewis, yang mana membuat Lewis “berisiko” disalip Vettel, sehingga Bottas harus melindungi rekan setimnya. Saya kasih reaksi netizen saja yah… “no komen” kalo saya mah!
Dengan demikian balapan berlangsung begitu-begitu saja. Semua sesuai naskah. Banyak yang berpendapat, sebenarnya posisi Hamilton sudah cukup aman sehingga di lap akhir, Bottas bisa kembali ke P1 dan menjuarai lomba. Sayangnya, hal tersebut tidak dilakukan oleh Mercedes. “Hari yang berat,” menurut Toto Wolff — saya harap maksudnya itu untuk para fans dan pecinta F1, dan juga khususnya Valtteri Bottas!
Seremonial podium serasa begitu garing. Lewis mengaku dia tidak suka menang dengan cara seperti ini, Bottas pun mengontrol dirinya — menjadi seorang gentleman. Lewis berusaha menghibur Bottas, sampai-sampai menawarkan untuk berdiri di podium tertinggi bersama. Awkwaaard!
Di luar itu semua, ada sebuah pertanyaan yang — biarpun kemungkinannya kecil — logis untuk ditanyakan:
Apakah benar Bottas mengincar posisi nomor 1 di Mercedes, suatu saat? Dengan memastikan dirinya harus berada di Mercedes setiap tahun, hingga Lewis Hamilton memutuskan untuk gantung sepatu (setir?).
Sebuah pertanyaan yang menarik namun sulit untuk dijawab, mengingat Mercedes punya segudang talenta yang haus kemenangan di diri — contoh — Esteban Ocon dan George Russell (yang menang sprint race F2 sebelum balapan F1). Jika memang mereka yang akan menggantikan posisi Lewis Hamilton saat dia pensiun dan Bottas masih bertahan, apakah mereka mau menjadi pembalap nomor 2? Cuma waktu yang bisa menjawab.
Yah, tampaknya musim ini sebentar lagi akan menemukan konklusinya. Jarak 50 poin antara Hamilton dan Vettel tidak tampak mengecil di sisa 6 balapan ini. Yang jelas, musim 2019 nanti akan menjadi musim yang penuh pertanyaan dengan banyak tim merombak formasinya. Sembari menunggu, mari kita nikmati balapan-balapan berikutnya. Sampai ketemu di Suzuka!