Gigi Berlubang Membuat Senyummu Tak Lagi Kembang?

Theresia Marpaung
BonapasogitMengajar
5 min readJul 29, 2021

#Dentishare part 2

Panik gaak?? Panik gaak? Paniklaaah masaaaak enggaakk….

Halo Sahabat Bonapasogit Mengajar!!

Sudah baca artikel dentishare part 1 belum? Yang sudah terima kasih, yang belum kuy baca dulu baru lanjut ke part 2 ini!

Dentishare kali ini kita akan berbagi tentang gigi berlubang atau yang sering disebut dengan karies. Hayoo hayoooo siapa nih yang dari kecil punya gigi berlubang? Atau bahkan sering sakit gigi? Kenapa sih gigi kita bisa berlubang? Beneran gak boleh makan permen, cokelat, atau sejenisnyakah? Yuk kita belajar bersamaa……

Happy reading..!!!

Apa itu karies gigi?

Sumber: Google “Tooth decay”

Apakah kamu pernah melihat terdapat bercak yang berwarna cokelat atau hitam yang tidak hilang walau kamu sudah menyikat gigi? Kalau ada, kemungkinan besar itu adalah karies gigi.

Angka kejadian karies di Indonesia berkisar antara 90,05% berdasarkan SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2004. Karies merupakan penyakit infeksius pada gigi yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang dapat menjalar mulai dari permukaan sampai ke saraf gigi. Karies gigi pada tahap awal biasanya jarang disadari oleh individu karena tidak menyebabkan rasa sakit. Namun, apabila karies gigi sudah pada tahap menengah sampai mencapai saraf gigi, maka akan terasa ngilu dan sakit. Karies gigi ini menyebabkan gigi berlubang. Untuk menghindari terjadinya karies, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apa saja penyebab karies gigi.

Kenapa karies gigi bisa terjadi?

Penyebab karies gigi sering disebut multifactorial. Hal ini dikarenakan karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor yang berjalan beriringan dan saling mendukung satu sama lain.

Sumber: Google “Tooth decay process”

a. Host (Gigi dan Air Liur)

Karena karies terjadi pada gigi, maka pastinya gigi dan air liur adalah faktor pertama dapat terjadinya karies, lah kalau giginya tidak ada, kariesnya mau nempel dimana kan yaa? Kandungan mineral pembentuk gigi yang terkikis oleh zat asam akan mengalami pengikisan atau yang sering disebut demineralisasi gigi. Keadaan ini yang menyebabkan pecahnya ikatan mineral pembentuk gigi, akibatnya gigi menjadi lebih keropos dan rentan berlubang.

Fungsi air liur (saliva) adalah sebagai self cleansing dalam rongga mulut yang juga dapat membantu menetralisir tingkat keasaman pada rongga mulut agar proses demineralisasi dapat segera berubah menjadi remineralisasi.

b. Substrat (Makanan)

Sebagai makhluk hidup, tentunya kita butuh makan. Selama gigi dan jaringan dalam rongga mulut terpapar makanan, maka faktor substrat ini akan selalu ada dalam proses terjadinya karies. Sisa makanan yang melewati rongga mulut akan menempel pada lidah, gigi, gusi dan jaringan lain dalam rongga mulut. Pengaruh substrat terhadap pembentukan plak adalah membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan gigi dengan menyediakan bahan metabolisme bagi mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya karies.

Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung kadar gula yang tinggi, seperti permen, cokelat, biskuit, minuman bersoda, sirup, dan sejenisnya dapat mempercepat terjadinya karies. Namun, bukan berarti kita tidak boleh mengonsumsinya. Membersihkan rongga mulut dengan cara berkumur dengan air mineral segera setelah makan adalah cara yang paling mudah untuk membantu mencegah proses pembentukan karies.

Sumber: Google “What cause cavity”

c. Mikroorganisme (Bakteri)

Terdapat dua jenis bakteri yang berperan umum pada proses pembentukan karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Bakteri ini merupakan flora normal di dalam rongga mulut yang akan berubah menjadi patogen. Mikroorganisme ini akan terakumulasi dan menempel Bersama plak pada permukaan gigi dan mengubah substrat menjadi zat asam melalui proses fermentasi. Asam tersebut mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi.

d. Waktu

Waktu adalah satu-satunya faktor yang bisa dicegah dalam proses terjadinya karies. Setelah makan, plak hasil metabolisme bakteri akan tetap dalam kondisi asam selama beberapa saat. Apabila proses demineralisasi berlangsung, dibutuhkan waktu sekitar 30–60 menit untuk menaikkan kembali pH dalam rongga mulut agar proses remineralisasi kembali terjadi. Peran saliva sangat diperlukan dalam proses terjadinya remineralisasi. Rentang waktu yang dibutuhkan karies untuk membentuk suatu kavitas (lubang) pada gigi diperkirakan 6-48 bulan. Hal ini menjadi salah satu alasan kenapa kita harus memeriksakan gigi minimal 6 bulan sekali ke dokter gigi.

Apa saja yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi?

Cara mencegah terjadinya karies gigi yaitu:

a. Menyikat gigi minimal 2 kali sehari (setelah sarapan pagi dan sebelum tidur) dengan pasta gigi yang mengandung fluoride dan membersihkan celah-celah gigi menggunakan dental floss;

b. Berkumur dengan air mineral setelah makan makanan yang mengandung gugus gula;

c. Konsumsi makanan dan minuman bergizi;

d. Periksa ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali;

Lalu bagaimana kalau gigi kita sudang mengalami karies dan berlubang? Apakah harus dicabut?

Eiiittss, tenang dulu…

Hal yang paling utama harus dilakukan adalah periksakan kondisi gigimu sesegera mungkin ke dokter gigi. Dokter gigi akan menentukan perawatan apa yang terbaik untuk mengatasi masalah pada gigimu.

Apabila gigi berlubang belum mencapai saraf gigi, maka gigimu masih bisa dibersihkan kemudian dilakukan penambalan dengan bahan tambal gigi.

Kalau sudah terkena saraf, masih ada pilihan untuk melakukan perawatan saluran akar (saraf) gigi. Pada perawatan ini, gigi akan dibersihkan sampai ke bagian dalam akar gigi, kemudian diberikan obat anti infeksi. Setelah bersih dan terhindar dari infeksi gigi, akan dilakukan pengisian saluran akar dengan material buatan dan kemudian akan dilakukan penambalan akhir setelah perawatan saraf tersebut.

Sumber: Google “Stages of caries”

Lalu, kenapa gigi sering dicabut?

Kondisi gigi yang dicabut akibat karies biasanya diputuskan dokter gigi karena keadaan gigi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan perawatan, misalnya gigi yang tersisa tinggal sisa akar dan tidak mumpuni untuk dilakukan perawatan. Keputusan dalam perawatan ini juga biasanya melalui kesepakatan antara dokter gigi dan pasien, baik dari segi waktu dan biaya yang diperlukan, maupun keuntungan dan kerugian yang diakibatkan.

Gimana readers? Udah pada tau kan sekarang harus apa? Berhubung masa pandemi ini agak sulit untuk periksa ke dokter gigi, periksa gigi sendiri dulu yuk, bisa menggunakan cermin kok. Gak cuma kulit wajah yang perlu shining, shimmering, splendid karena skincare, gigi juga perlu bersih dan sehat dong…

Let’s smile from ear to ear…

Sumber: Google “Dentist smile”

References:

1. Ramadhan A, Cholil, Sukmana Indra. Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap angka karies gigi di smpn 1 marabahan. Dentino Jurnal Kedokteran, 2016; 1(2).

2. Lumbantoruan Marlyn. Hubungan riwayat sosial dengan pengalaman karies pasien anak di rsgmp fkg usu tahun 2010–2015. Fakultas Kedokteran Gigi USU, 2017.

3. Mustika Mirna Dara, Carabelly Amy, Cholil. Insidensi karies gigi pada anak usia prasekolah di tk merah mandiangin martapura periode 2012–2013. Dentino Jurnal Kedokteran, 2014; 2(2).

4. Tanya pepsodent “Penyebab Karies Gigi dan Cara Mengatasinya Lengkap dari Ahlinya!”. https://www.tanyapepsodent.com/tips-kesehatan-gigi/plak-dan-kerusakan-gigi/penyebab-karies-gigi-dan-cara-mengatasinya-lengkap-dari-ahlinya.

--

--