Percaya Diri, Langkah Awal Meraih Mimpi

Rumondang Naibaho
BonapasogitMengajar
4 min readSep 8, 2021
image from Unsplash

Halo Sahabat Bonapasogit Mengajar !

Pada artikel ini kita akan membahas tentang topik yang sudah sangat sering kita dengar dan pastinya memiliki makna yang sangat besar dalam kehidupan kita yaitu “Rasa Percaya Diri”. Selamat membaca..

Terjaga sepanjang malam, karena memikirkan kekurangan diri sendiri, merasa tidak berarti, mencaci maki, tidak mau mengakui diri, kemudian tak berhenti memikirkan hal-hal yang hanya membuat frustrasi. Hingga akhirnya lupa introspeksi, padahal sendirinya harus mengejar mimpi.

Overthinking, atau berpikir dan mencemaskan suatu hal secara berlebihan menjadi rutinitas yang tak jarang kita lakukan sesaat sebelum tidur malam. Apa yang dipikirkan pun cukup beragam, mulai dari memikirkan sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, bahkan belum tentu akan terjadi.

Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang mengalami overthinking. Kita mengira itu hal yang wajar dan mungkin belum terlalu mengganggu pada saat itu. Sampai akhirnya kita sadar pikiran-pikiran itu rutin menghampiri hingga mengganggu pikiran.

Dalam mengatasi hal tersebut kebanyakan dari kita menggunakan ponsel untuk membantu menangkal hal-hal yang akan memenuhi pikiran pada malam hari. Mencari aktivitas dengan membuka ponsel, dan berselancar di berbagai sosial media.

Di usia muda seperti ini, diantara berbagai hal yang berenang di kepala persoalan pendidikan dan karir yang paling sering kita khawatirkan. Sehingga kita mulai membandingkan dirinya dengan orang-orang lain yang kita anggap lebih sempurna. Ditambah melihat pencapaian orang lain, kita sering merasa rendah diri, semakin kecil dan bukan siapa-siapa dibandingkan orang lain.

Khawatir berlebih terhadap performa diri sendiri agaknya menjadi hal yang umum dirasakan setiap orang. Hal tersebut dibenarkan oleh Psikolog Klinis, Annisa Poedji Pratiwi. Ia menuturkan, rasa tidak percaya diri merupakan emosi yang wajar dialami oleh siapa pun di usia berapa pun. Namun memang lebih banyak dialami di masa remaja hingga beranjak dewasa.

Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap rasa percaya diri seseorang. salah satu yang sangat berpengaruh saat ini yaitu media sosial dan perkembangan dunia digital. Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bersama Yahoo melakukan penelitian mengenai penggunaan internet dan sosial media di kalangan remaja. Hasilnya menunjukkan, kalangan remaja usia 15–19 tahun mendominasi pengguna internet di Indonesia sebanyak 64%.

Media sosial menciptakan ekspektasi dari lingkungan sekitar, kemudian melahirkan tekanan dan standar baru bagi anak muda selaku digital native yang menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk berinteraksi melalui media sosial.

“Sayangnya tidak semua orang dapat mengimbangi kencangnya arus perkembangan media sosial dengan baik,” ucap perempuan yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Charisma Consulting itu. Perempuan lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada itu menambahkan adanya tekanan dan tuntutan dari media sosial juga berpengaruh terhadap rasa percaya diri pada anak muda.

Keberagaman yang ada dalam dunia media sosial membuat kita tidak yakin akan potensi diri kita. Perlahan fenomena tersebut menyebabkan kita tidak mengenal diri kita sendiri. Sering merasa khawatir dan resah kemudian mengakibatkan kita cenderung menahan diri.

Annisa juga menjelaskan mengenai teori perkembangan psikososial yang dikemukakan Psikolog terkenal Erik Erikson. Teori tersebut menjelaskan, kelompok anak usia 12–20 tahun mempunyai kutub identitas versus kekacauan identitas. Pada tahap itulah masanya memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya. Berdasarkan teori tersebut Annisa menyimpulkan, individu tanpa identitas yang jelas akhirnya akan menjadi tertekan dan kurang percaya diri ketika mereka tidak memiliki tujuan.

Perempuan yang aktif mengisi berbagai seminar psikologi itu mengaitkan masalah krisis percaya diri yang dialami remaja dengan kutipan Fisikawan terkenal Albert Einstein yang berbunyi “Semua orang jenius. Tapi jika Anda menilai ikan dengan kemampuannya memanjat pohon, ia akan menjalani hidupnya dengan percaya bahwa itu bodoh.”

”Selamanya kita akan menganggap ikan itu bodoh karena tidak bisa memanjat pohon. Padahal ada variabel lain yang sebenarnya harus diperhatikan. Sama halnya dengan talenta manusia, semua punya talenta dan keunikan nya masing-masing. Keunikan yang berbeda hadir untuk melengkapi keunikan yang lain,” jelasnya.

Lebih jelas Annisa menuturkan “Sesungguhnya, kecerdasan seseorang tidak bisa dilihat dari nilai atau sekedar prestasinya di sekolah, di kuliah dan di tempat menempuh pendidikan lainnya. Sebab setiap individu memiliki puluhan kecerdasan atau keunikan. Masing-masing orang punya peluang kecerdasan yang sama dengan orang lainnya. Tapi sisanya adalah kecerdasan paling menonjol yang dimiliki setiap orang.”

Tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan mental dan proses pencarian identitas diri, jika tidak dikelola dengan baik emosi ini juga dapat berpengaruh terhadap banyak hal, termasuk kehidupan sosial bahkan pekerjaannya kelak.

Tak bisa dipungkiri saat ini skill menjadi syarat utama ketika melamar pekerjaan. Namun self-confidence atau rasa percaya diri tidak kalah penting dalam dunia profesional, begitulah yang dikatakan Endah Ayu Pamungkas, seorang koordinator HRD juga Trainer di Empower Institute Indonesia.

Berdasarkan pengalamannya dua tahun sebagai Trainer, Endah menemukan ada beberapa kesulitan yang dialami peserta. Yakni sering meragukan kemampuan dirinya. “Kebanyakan peserta selalu membandingkan diri dengan orang lain, menghakimi dirinya sendiri. Sehingga para mereka cenderung takut untuk mencoba suatu hal baru. Kan jadinya kalah sebelum bertanding,” eluhnya.

Lebih jauh Endah menjelaskan kebiasaan membandingkan diri dengan kemampuan orang lain secara tidak sadar telah mengabaikan apa yang secara alami lebih cocok untuk dilakukannya. Waktu yang harusnya dapat digunakan untuk mendalami apa yang dikuasai, malah habis untuk menyalahkan dirinya sendiri. Sehingga pekerjaan itu tidak dapat dilakukannya dengan sempurna.

“Pada akhirnya kan semua tetap harus dibarengi dengan usaha. Daripada kita fokus sama apa yang kita tidak punya, lebih baik kita fokus sama apa yang kita punya. Fokus ngembangin itu, biar usahanya juga gak sia-sia,” pungkas Endah dengan bersemangat.

Nah sobat, yakin pada kemampuan diri ternyata berdampak baik untuk membakar semangat kita. Berhenti menganggap dirimu tak mampu, karena sejatinya setiap kita bisa melakukan apapun. Berusaha keras dan bersungguh-sungguh ya 😊😊kalau gagal, bangkit lagi, jangan patah semangat.

Berserah bukan menyerah!!

--

--