Lepas Dari Bayang Rasa Tak Mampu - Christine Anggraini

Akhyatun Nisa
Booknotations
3 min readJun 16, 2024

--

"Kamu gini aja kok gak bisa sih?"

"Gampang loh ini, kamu doang yang lemot ini, semua anak udah bisa"

"Kan udah diajarin kemaren, masa gak ngerti-ngerti."

Kalimat-kalimat tersebut begitu familiar di telinga kita. Dalam buku Lepas Dari Bayang Rasa Tak Mampu karya Christine Anggraini, M. Psi, Psikolog, hal-hal tersebutlah yang pada akhirnya membuat kita merasa tidak mampu melakukan tugas yang seharusnya kita tuntaskan. Perasaan tidak mampu, kurang percaya diri, dan ketidakmampuan mengatasi ketidakpastian dalam hubungan merupakan definisi Insecurity.

Bagian yang ingin digarisbawahi, selain merasa tidak mampu dalam diri, Insecurity juga terpantulkan dari bagaimana kita memperlakukan orang lain, terutama dalam hubungan romantis. Dimana ketika kita menjalin hubungan, jika kita pernah dikhianati pasangan terdahulu sehingga timbul luka-luka batin, kita cenderung akan menuntut pasangan saat ini, dengan memberikan aturan-aturan yang ketat, sehingga pasangan seolah tidak diberikan kepercayaan yang seharusnya menjadi pondasi dari hubungan. Kejadian semacam ini, membuat insecurity sebagai suatu hal yang sepatutnya diminimalisasi. Dalam buku ini, ada 2 hal yang perlu dilakukan, diantaranya :

  1. Dalami, kenali diri
    "Siapakah aku", "Apa sih tujuan hidupku", hingga "Kenapa ya aku nglakuin ini", dapat membuat kita lebih mengenali juga apa kurangnya diri, dan reaksi seperti apa yang akhir-akhir ini kita tunjukkan untuk situasi tersebut.
  2. Memahami Ada Hal Yang Tidak Bisa Dikontrol
    Rasa tidak aman dan tidak percaya diri, membuat kita ingin mengendalikan segalanya, supaya setelah segalanya tersebut berjalan baik, kita pada akhirnya merasa aman. Padahal, tidak semua hal harus kita kendalikan. Ada bagian-bagian tertentu yang tidak pasti, yang tidak perlu kita kontrol karena diluar jangkauan kita.
    Dalam buku ini, area kontrol dibagi menjadi tiga, yakni area yang bisa kita kontrol (direct control), area yang tidak bisa kita kontrol secara langsung (indirect control) dan area yang tidak bisa kita kontrol sama sekali (no control).
    Adapun contohnya, jika direct control adalah kebiasaan kita melakukan kegiatan sehari-hari. Indirect control adalah cara kita mempengaruhi orang lain supaya tujuan kita tercapai. Sedangkan no control adalah kemampuan kita menerima masalah yang tidak bisa kita selesaikan karena di luar ranah kita.

Perlahan, setelah kita paham apa kurangnya diri dan area kontrol, kita akan lebih memilah dan memilih, rasa tidak aman seperti apa yang seharusnya dikendalikan dan rasa tidak percaya diri mana yang seharusnya tidak perlu dipantulkan ke orang lain, sehingga hanya diri sendiri yang menanganinya, bukan menuntut orang lain melakukannya. Jadi alih-alih membuat peraturan yang ketat untuk orang lain karena luka batin sendiri, kita akan melatih diri untuk perlahan menyadari luka batin sendiri, kemudian tetap memberikan kepercayaan kepada orang lain.

Dalam buku ini, ada beberapa hal juga yang menarik untuk dapat ditulis. Diantaranya :

  • Manusia cenderung pengen hidupnya stabil. Hal ini terjadi karena kita punya persepsi, jika hidup kita stabil maka hati akan damai. Oleh karena itu, ketika dalam pekerjaan, hubungan, atau bahkan dalam aktivitas sehari-hari kondisi stabil berubah menjadi kondisi tidak stabil, kita pasti seberusaha itu untuk kembali menstabilkannya. Misalnya saat punya hubungan, hati kita damai; stabil. Tapi sesaat setelah putus, kita tidak lagi merasa damai, kondisinya menjadi tidak stabil. Pada kondisi tersebut, kita kemudian buru-buru mencari pasangan lagi supaya hatinya menjadi stabil. Kondisi semacam itu, disebut sebagai kebutuhan akan rasa aman menurut Abramah Maslow.
  • Bentuk rasa tidak aman bisa terbentuk dari kecil dan termanifestasi dari banyak hal. Anak kecil yang tidak merasa aman akan mengurung diri di kamar terus, merasa dikucilkan, dan terus-menerus butuh pendamping. Pada orang dewasa, rasa aman bisa berbentuk berganti-ganti pasangan, ghosting, takut menikah atau berpacaran, hingga kasar terhadap pasangan.
  • Anak yang selalu dituntut, tidak dihargai pendapatnya karena ada luka batin yang belum selesai dari orang tuanya, cenderung akan takut untuk mengungkapkan pendapatnya.

Bagian akhir, buku ini menyajikan kalimat yang sama sekali tidak bisa dibantah. Katanya, untuk bisa menikmati hidup pada masa sekarang, kita harus memiliki kemampuan menerima.

Menerima kondisi.
Menerima kekurangan diri.
Menerima apa yang tidak bisa dikendalikan.

— Booknotations —

Notes :

  • Untuk menikmati pengalaman membaca buku yang nenyenangkan, silakan untuk membaca buku ini secara langsung.
  • Jika tertarik menuliskan tentang buku di Booknotations, silakan request ke email kami (booknotations@gmail.com)

--

--

Akhyatun Nisa
Booknotations

Poetry | Essay | Opinion | Narration | Storytelling. For req, critics, and suggest, please DM me via IG (ayaa.ns_) or email (satukarya.ayaa@gmail.com)