Kesederhanaan dalam Merayakan Hari Pohon Sedunia

Wiwit Astari
BOSBOUW
Published in
2 min readDec 29, 2017

Kesederhanaan hari ini dimulai dengan menyesap aroma kopi karena lambungmu tak kuasa menahan efek kafein yang begitu menyengat, ditambah dengan menghirup aroma tanah basah denga pemandangan bulir air yang tak pernah salah memilih tempat berdiam yang indah. Ujung daun.

Pernah memandang langit biru di bawah pohon yang rindang? Paduan yang indah bukan? Berkah dari warna hijau yang dimunculkan oleh klorofil berkolaborasi dengan kuningnya matahari menjadi rezeki bagi makhluk hidup yang senantiasa berdzikir di dinginnya malam.

Hari ini, dengan sederhana aku rayakan keberkahan atas embun pagi yang menyejukkan hati, atas udara yang tidak pernah dimunculkan pelangi dan atas pemandangan di depan mata yang tidak pernah mengecewakan rasa. Terimakasih

Mungkin, hari ini kau akan berdiri di atas trotoar lalu menyisakan sedikit air sisa dari dahagamu lalu memberikannya pada pohon tua besar disana. Tak perlu repot, katanya. Akarku masih mampu menyerap air dari tanah sisa-sisa hujan sendu kemarin.

Mungkin, hari ini kau akan berkampanye berteriak tentang pentingnya mencintai lingkungan, tentang menanam, tentanng pengurangan penggunaan ini-itu atau mengunggah foto-foto lalu menulis “Selamat Hari Pohon”. Sungguh, usaha yang berarti untuk menghargai.

Mungkin, hari ini kau hanya akan masuk kelas mendengar temanmu menjadi penyaji tentang hasil diskusi dan kau berniat untuk belajar dengan sungguh. Niatmu akan menjadi kesenangan dan do’a bagi semua pohon di sekitarmu. Karena sejatinya, pohon-pohon akan berdzikir atas niat baik yang hampir di dalam hatimu.

Biarkan dengan bebas bagaimana kau merayakan hari yang mendung ini. Berdo’a agar hujan datang sebagai hadiah terindah yang Tuhan berikan bagi pohon-pohon yang selalu berdiam dalam sejuta kata dan manfaat atau kau berdiam bersenandika sebagai wujud syukur karena hari ini hari yang sederhana untuk merayakan hari pohon sedunia.

--

--