Kopi Bisa Produksi Sianida Secara Tak Sengaja?

Ada sebuah studi melaporkan bahwa sianida ternyata dapat diproduksi secara artefak atau tidak disengaja, dari reaksi minuman kopi dan nitrit.

BTS
BTS.ID
6 min readOct 13, 2023

--

Photo by Mike Kenneally on Unsplash

Kasus kopi sianida Jessica Wongso kembali ramai diperbincangkan warganet setelah Netflix merilis film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso.

Film dokumenter berdurasi 90 menit tersebut menyoroti kasus persidangan Jessica Wongso yang dituduh melakukan pembunuhan atas Wayan Mirna Salihin pada 6 Januari 2016. Dia diduga memasukkan racun sianida ke dalam kopi vietnam milik sahabatnya. Namun Jessica Wongso tetap bersikeras bahwa ia tidak membunuh Mirna. Penyebab matinya Mirna pun kembali diperbincangkan.

Terkait kopi dan sianida, saya menemukan satu jurnal penelitian yang kasus hampir serupa berjudul Artifactual Production Of Cyanide From Coffee dan Tea Drinks in the Presence of Nitrite. Namun sebelum berbicara lebih jauh mengenai jurnal tersebut, patut diketahui bahwa tidak semua publikasi sains itu sama, jadi sangat penting untuk selektif.

Mengutip dialog serial Young Sheldon, ada baiknya tidak percaya sesuatu karena orang-orang berkata itu benar. Pikirkan baik-baik sebelum menyakini sesuatu. Salah satunya dengan cara mempertanyakannya.

Oleh karena itu, izinkan saya mempraktikkan apa yang saya pelajari dari training digital investigation techniques AFP (Agence France-Presse). Untuk mengetahui apakah jurnal tersebut patut dipertimbangkan atau tidak, pertama terlebih dulu mengecek siapa yang menulis. Apakah penulis artikel sains ini adalah pakarnya?

Cek Reputasi Peneliti

Artikel Artifactual Production Of Cyanide From Coffee dan Tea Drinks in the Presence of Nitrite merupakan penelitian dari Yasuo Seto, Takeshio Ohmori, Mieko Kanamori-Kataoka, Koichiro Tsuge, Isaac Ohsawa, Shintaro Kishi. Menurut penelusuran, Yasuo Seto adalah Group Director of the Forensic Science Group di RIKEN SPring-8 Center.

RIKEN SPring-8 Center merupakan pusat penelitian yang mengembangkan alat analisis yang dilengkapi radiasi sinkroton (SR). Dikutip dari situs resminya, SR dapat menjelaskan masalah yang tidak dapat diselesaikan menggunakan teknik ilmu forensik konvensional.

Bergelar Ph.D, Yasuo telah menerbitkan sejumlah penelitian di bidang toksikologi forensik. Yasuo Seto juga merupakan salah satu editor utama untuk jurnal Forensic Toxicology. Ini menunjukkan bahwa dia dihargai oleh rekan-rekannya dalam bidang tersebut.

Sementara Takeshi Ohmori, menurut Spinger Link, merupakan bagian National Research Institute of Police Science, 6–3–1 Kashiwanoha, Kashiwa, Chiba, 277–0882, Jepang. Begitu juga dengan Mieko Kanamori-Kataoka, Koichiro Tsuge, Isaac Ohsawa, dan Shintaro Kishi. Sesuai dengan informasi yang dicantumkan dalam jurnal setelah deretan nama mereka. Mereka telah berkontribusi di berbagai penelitian di bidang sains forensik. Bisa dibilang, semua penulis di atas memahami soal forensik dan toksikologi.

Cek Platform Publikasi

Setelah penulisnya, mari kita cek platform yang mempublikasikan jurnal tersebut. Apakah kredibel? Saya mengunduh jurnal ini di www.ata-journal.org. Menilik situs resminya, Annales de Toxicologie Analytique adalah peer-reviewed jurnal internasional yang didedikasikan untuk toksikologi analitik. Artinya semua studi harus lebih dulu ditinjau oleh para pakar di bidang yang sama sebelum dipublikasikan di Annales de Toxicologie Analytique (ATA). Mereka akan mengevaluasi metode hingga hasil studi. Untuk mengevaluasi sebuah penelitian dibutuhkan waktu berbulan-bulan atau berminggu-minggu. Dikatakan semakin detail yang dievaluasi, maka semakin lama.

Sementara untuk Artifactual production of cyanide from coffee and tea drinks in the presence of nitrite, diterima pada 30 September 2008 dan baru dipublikasi pada 19 Maret 2009. Proses revisinya berlangsung pada 19 Januari 2009. Itu artinya, studi ini dievaluasi hampir sekitar setengah tahun. Sayangnya, tidak dicantumkan siapa saja yang melakukan evaluasi terhadap penelitian ini.

Cek Isi Jurnal

Usai menilik reputasi penulis dan platform, mari kita pindah ke isi studinya. Dalam abstrak dituliskan bahwa dalam kasus keracunan yang tidak diketahui, ahli toksikologi forensik diminta untuk menjelaskan penyebab kematian dan salah satu racun yang paling mencolok adalah sianida.

Studi ini melaporkan bahwa sianida ternyata dapat diproduksi secara artefak atau tidak disengaja, dari reaksi minuman kopi dan dengan nitrit. Jadi, bukan tidak mungkin, reaksi ini mengecoh ahli toksikologi forensik. Tes toksikologi mungkin mendeteksi adanya sianida, tetapi sebenarnya sianida tersebut mungkin telah diproduksi secara tidak sengaja dari reaksi antara nitrit dan komponen dalam kopi atau teh.

Patut diketahui, nitrit sendiri bisa saja terkandung dalam kopi melalui beberapa cara. Misalnya, jika tanah di mana kopi ditanam mengandung nitrat, ini bisa berubah menjadi nitrit melalui aksi mikroba. Jadi bukan tidak mungkin, nitrit masuk ke dalam biji kopi selama proses pertumbuhan.

Selain itu, bisa karena air yang digunakan untuk menyeduh terkontaminasi dengan nitrat dan nitrit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses pemanggangan biji kopi bisa menghasilkan nitrit. Namun, klaim tersebut masih perlu diteliti lebih lanjut.

Bisa juga biji kopi disimpan dalam kondisi yang tidak tepat, misalnya dalam lingkungan yang lembab atau panas, ini bisa mendorong pertumbuhan bakteri yang bisa mengubah nitrat menjadi nitrit. Atau, adanya penambahan isobutyl nitrite (sejenis drugs) secara sengaja ke dalam kopi, misalnya untuk menghancurkan bukti penyalahgunaan obat.

Studi Yasuo Seto dkk ini menyebutkan bahwa tanpa nitrit, sianida tidak diproduksi dari minuman apa pun terlepas dari kondisi asam. Namun untuk mengubah kopi dan nitrit menjadi sianida, memerlukan beberapa kondisi spesifik.

Seperti kondisi asam (pH larutan kurang dari 7). Asam dapat membantu memfasilitasi reaksi kimia yang diperlukan untuk menghasilkan sianida. Suhu tinggi (misalnya 50 °C) dapat mempercepat reaksi kimia, termasuk produksi sianida. Lalu adanya polifenol dalam kopi dapat bereaksi dengan nitrit dalam kondisi asam untuk membentuk sianida.

Untuk meneliti lebih jauh, peneliti menggunakan 12 merek kopi dan teh sebagai sampel. Peneliti kemudian mencampurkan minuman (substrat polifenol) dengan nitrit dalam sebuah vial tertutup. Uap yang dihasilkan lalu dianalisis menggunakan kromatografi gas. Kondisi reaksi dipilih pada suhu 50°C selama 30 menit dan konsentrasi nitrit adalah 50 mM.

Dari eksperimen tersebut, peneliti menemukan bahwa adanya produksi sianida dari reaksi antara kopi dan teh dengan nitrit dalam kondisi asam. Seperti yang sudah disebut di atas, polifenol dalam kopi dan teh bertanggung jawab atas produksi sianida ini.

Tingkat sianida yang dihasilkan adalah beberapa µg/mL dari minuman kopi dan teh komersial dengan tingkat nitrit yang tinggi (50 mM, 2,3 mg/mL) dalam kondisi asam kuat (asam fosforat) pada suhu tinggi (50 °C) selama 30 menit. Tingkat sianida yang dihasilkan pun menurun menjadi sub-µg/mL ketika kurang asam atau lebih basa.

Ini berpotensi mengecoh ahli toksikologi forensik untuk berpikir bahwa sianida ada di tubuh korban, padahal sebenarnya itu adalah produk sampingan dari reaksi kimia antara nitrit dan polifenol dalam kopi dan teh.

Adapun dosis mematikan sianida pada manusia adalah sekitar 100 mg. Jadi dengan kadar sianida 0,5 mg/mL tampaknya mematikan jika seseorang minum sekitar 200 mL minuman. Bahkan tingkat sianida yang lebih rendah (beberapa µg/mL) juga harus dipertimbangkan karena toksisitas sianida dapat hilang melalui perubahan fase-II. Fase II terjadi antara pengambilan sampel dan analisis selama transportasi dan penyimpanan sampel.

Peneliti pun menyarankan bahwa dalam kasus keracunan, ahli toksikologi forensik harus mempertimbangkan perilaku racun di tubuh dan dalam spesimen forensik dan tidak tertipu oleh deteksi palsu sianida.

Bila penasaran dengan hasil penelitiannya, karena keterbatasan ilmu saya, silahkan baca detail artikel aslinya. Akan lebih baik lagi jika bertanya ke ahlinya atau peneliti untuk mengkroscek informasi.

Kasus Keracunan Kopi Lainnya

Kasus keracunan kopi sebenarnya pernah terjadi di beberapa negara. Salah satunya, kasus durian white cofee di Malaysia. Kopi instan tersebut memakan sejumlah korban. Setelah meminum kopi tersebut dengan air mendidih, mereka mulai merasakan sakit dada dan kesulitan bernapas sebelum akhirnya pingsan.

Kopi tersebut diduga ketambahan dengan komponen asing yang diyakini drugs. Itu terlihat dari beratnya. Kopi itu diduga merupakan repackage. Kopi sachet aslinya seberat 40 g, sementara repackage lebih berat 10 g.

Source: SAYS.com

Ada juga Andre de Ruyter, mantan CEO Eskom yang mengklaim bahwa kopinya diracuni sianida. Dia dilarikan ke rumah sakit ketika merasa pusing dan mual setelah minum kopi.

Kemudian, ditemukan bahwa kopinya mengandung campuran sianida dan sodium arsenite. Namun sejauh ini, belum ada yang menjadi tersangka atas kasus ini.

Note: Artikel ini dibuat dengan bantuan Bing AI dalam membantu mengakses sumber informasi lebih cepat.

Sumber:

Artifactual Production Of Cyanide From Coffee dan Tea Drinks in the Presence of Nitrite. Annales de Toxicologie Analytique

Police Says ‘Durian White Coffee’ Instant Mix That Sent 5 To Hospital Was Laced With Drugs. SAYS

South Africa’s Eskom says police investigating alleged poisoning of CEO. CNN

Forensic Toxicology. Springer

Forensic Science Group. RIKEN

Ingested Nitrate and Nitrite, and Cyanobacterial Peptide Toxins. IARC Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans, No 94. International Agency for Research on Cancer, World Health Organization (WHO)

Is Coffee Acidic? Here’s How It Affects Your Stomach. Healthline

--

--