The beginning of the end

“You need chaos in your soul to give birth to a dancing star”

Yasmine N
Bukan Siapa Siapa
Published in
3 min readJun 28, 2020

--

Daylight view from the balcony

Well, Nietzsche said that. Tapi apasih maksud dia?
Dia berpikir bahwa afirmasi lengkap kehidupan adalah keadaan tertinggi yang bisa dicapai manusia, TETAPI itu bukan tanpa penderitaan. Menurut Nietzsche, seseorang harus mengalami penderitaan dan rasa sakit jika ingin mencapai kebesaran. Seperti yang dia katakan: “Dari kedalaman terdalam, yang tertinggi harus mencapai ketinggiannya.”

Berbekal pandangan Nietzsche gue punya mantra sendiri, ‘I know if I can get through this shitstorm I will give birth to a dancing star’. Karena itu lah yang selalu gue pegang sampai sekarang, dan sampai di titik ini juga karena pandangan itu.

But guess what? kali ini along the way, something went wrong…

The demon made a comeback

Sebelumnya gue enggak sadar bahwa gue dalam keadaan stress, gue terus dorong badan dan pikiran untuk menyelesaikan tugas dan juga peran leader yang harus gue emban. Dengan rutinitas dan kesibukan kerja yang ada, membuat stress meningkat, lupa untuk merawat kesehatan mental, sampai titik dimana hilang kendali dan membuat penilaian yang jelek, terutama di kerjaan. Well, the demon in me made a comeback, after a year.

Padahal kalau pikiran gue lagi benar, gue yakin gue enggak bakal terpancing oleh orang-orang itu.

Setelah sadar atas semua kelakuan yang belakangan ini gue lakuin, gue pikir sudah saatnya mengakhiri dengan kehilangan semua yang gue punya, sesuatu yang paling berharga di hidup gue yaitu kantor dan pekerjaan yang gue senangi sepenuh hati. Merasa bersalah, malu, marah dan juga frustasi, gue tekan tombol ‘send’ di email yang haram hukum nya. Rasanya? lega banget.

“It’s only after we’ve lost everything that we’re free to do anything.” — Tyler Durden, Fight Club

Seperti dulu gue pernah kehilangan harddisk yang isinya semua tugas kuliah dan file-file berharga, gue enggak bisa lakuin apa-apa kecuali bikin ulang semuanya. Dan memang rasanya lebih bebas dan lepas, tanpa terikat dengan yang lalu, bikin yang lebih baik.

Reality check

Setelah kirim email itu, gue begadang sampai pergantian hari. Saat itu jam 2 pagi, ingin bengong gue keluar balkon kantor dan nikmatin udara sejuk sambil ngeliat city lights dari jauh dan langit terutama. Keadaan langit masih gelap, dan tumben banget banyak bintang, ngeliatin bintang gue coba berimajinasi berada diatas sana dan lihat kebawah itu kaya apa.

Di dalam stoicisim namanya ‘the view from above’. Dengan membayangkan melihat dari atas, Stoics berpikir ini dapat menghasilkan kedamaian dan kebebasan batin, melihat perspektif dari individual menjadi “the Whole”, bahwa kita adalah bagian kecil dari cosmos, kalau cosmos itu sendiri sangat indah dan besar, nah kita bagian dari itu. Buat gue it is humbling to look at the world from the cosmic point of view… a healthy reality check, because it reminds me that we are making a contribution to something much larger than our individual lives and projects.

Ini mengajarkan gue untuk mengganti amarah dan rasa sakit dengan belas kasih dan cinta, bahkan ketika gue merasa paling terluka karena bisa aja ada orang yang lebih terluka daripada gue di luar sana. Dasar manusia, kadang lupa untuk bersyukur.

Night view from the balcony

Gue enggak tahu kedepannya akan seperti apa, mau ngebayangin pun juga enggan rasanya. Kalau boleh milih, gue lebih suka masa lalu daripada masa depan. Masa depan itu bikin anxious hehehe, karena kita enggak tahu aksi kita sekarang itu berdampak apa di masa depan. Tapi gue bersyukur apa yang gue lakuin di masa lalu membuat gue ada di tempat sekarang, pengalaman yang buruk dan juga baik, harus kita lalui dan nikmati perjalanannya.

Menunggu ‘akhir’ gue yang akan datang pada waktu dekat. Ya mungkin enggak punya pekerjaan jadi pengangguran, tapi kepikiran untuk kerja di luar expertise gue: jadi grab driver mungkin?. Tyler Durden mungkin benar, gue jadi merasa bebas dan enggak takut, dan juga gue Bukan Siapa Siapa. Setelah gue melepaskan semuanya mengingat ini semua akan berakhir, gue yakin walapun tidak mudah, gue akan ‘give birth to a dancing star…’

The 20/20 Experience is here, memento mori (تذكرة الموت‎):
remember that you will die.

--

--

Yasmine N
Bukan Siapa Siapa

A Multidisciplinary designer, An Idiot who loves reading, sucks at writing, enjoying life by traveling.