Aku pernah inginBerada di ketinggian; — Walau diterpa angin — Dingin tubuh gemetaran
Pernah pula inginTeduh jauh di lembah; — Tak kan digetar dingin — Tepian sungai tubuh rebah
Aku telah menyaksi binar-binar lampusejauh pandang kulepas bebasDitakjub di tengah malam, beralas matras…
Yang berjalan kiranya bersinggahTemukan arah lalu berlanjut. Buka-buka sejarah!
Yang berencana; mapankan kiprahKelak langkah menindak rencana. Buka-buka sejarah!
Yang di pundak boleh saja beratYang dibutuh: yang dibawaJangan luput, terus ingat;Segala, kesiapan yang mula
Telah mengguyur hujan sedari senja — kuyuplah hutan dan bebatuanBegitupun mereka yang jalanSuatu, acap harus disusah-paya
Maka jangan kau pula— kinimengkotak-kotakan kami;Layaknya buku yang kau kemasDalam kardus-kardus bekas — Kau pilah-pisah kala itu — Sesaat sebelum pergimu
Tangkap kata, telinga tak lagiKebenaran hanya milik diriKita berterus saling bicaraMenimpali kata atas kata
Ketika malam kelam mencekampada angan nan kian temaram;Kau menjelma pekerjaan rumah,Matematika — sukar pula membuncah,terpikirkan, urung…
Ada rindu terbaring, — lemahpada sofa di ruang tengah;Sebab tiada kau sempat sapaSebab kau lelah selepas kerja
Esok,Rindu masih kan adaMinggu belum saatnya
Nak,Kau jangan seperti ayahBerjalanlah, tiap langkahcari, amati ceritaJangan seketika lantas percaya