Catatan Tentang Bupati Termuda

Tanol DoaNk
Bung Tanol
Published in
5 min readJan 30, 2017
Bupati Termuda Sutan Riska Tuanku Kerajaan. foto: Haluan

Mengawali tahun baru 2016, salah satu stasiun televisi swasta menyiarkan sebuah talk show, Mata Najwa dengan tema Darah Muda Daerah. Acara yang disiarkan secara live pada edisi 13 Januari 2016 tersebut menghadirkan sosok-sosok muda yang akan memimpin daerahnya masing-masing, seperti Zumi Zola Gubernur terpilih Provinsi Jambi, Emil Elestianto Dardak bersama wakilnya Mochamad Nur Arifin, Bupati dan Wakil Bupati Terpilih asal Trenggalek Jawa Timur, dan Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Bupati Terpilih Kabupaten Dharmasraya Propinsi Sumatera Barat.

Cuplikan Video Mata Najwa Episode Darah Muda Daerah. sumber: youtube.com

Salah satu narasumber yang menarik perhatian adalah Bupati terpilih Dharmasraya hasil Pemilu Serentak 2015, Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Di dalam dialog tersebut Sultan Riska Tuanku Kerajaan menyampaikan tentang perasaan dalam hati tentang apa yang ia alami saat terpilih menjadi Bupati Dharmasraya. Untuk itu, penulis merunut satu per satu tuturan kata Sutan Riska Tuanku Kerajaan.

Ketika berinteraksi dengan sang pembawa acara, Sutan Riska Tuanku Kerajaan menyampaikan Rasa takut dan senang” pasca-terpilih sebagai Bupati Dharmasraya. Penulis melihat dari tuturan tersebut mengenai apa yang ia alami ketika terpilih saat ini yang menjadi rasa ketakutan tidak mampu memegang amanah rakyat untuk memimpin.

Ucapan tersebut terlontar karena melihat situasi dan kondisi pemimpin sebelumnya banyak terlibat kasus. Itu pun menjadi momok dalam pikirannya karena kekhawatiran keselamatan dalam memimpin, dan yang menjadi senang Sultan Riska Tuanku Kerajaan disebabkan karena sudah terpilih menjadi Bupati disembari rasa optimis berbuat dan punya gagasan anak muda siap memimpin daerah karena telah diberikan kesempatan.

Beranjak dari rasa optimisme, ia pun dibekali sesuatu pengalaman untuk memimpin daerah, namun pengalaman yang ia miliki pun masih minim dan itu pun didapatkan sebagai pemimpin Adat di nagarinya. Mari kita lihat kutipan dari ucapan Sutan Riska Tuanku Kerajaan tersebut di mana ia berangkat dari nol pengalaman dan nol kilo meter”. Penulis melihat sesuatu yang ia lakukan bukan coba-coba tetapi dengan keberanian untuk maju tentu barang kali tidak bisa kita pungkiri dari apa yang kita dapat tidak lepas dari sebuah proses.

Tindakan dan keberanian yang ia lakukan pun menjadi tanda tanya sekaligus merupakan tamparan untuk generasi muda seperti sekarang. Sesuatu perbuatan ia lakukan mendapatkan keraguan dan kurang yakin dari Ibu yang melahirkan beliau, pertanyaan Ibunda beliau pun terjawab dan hatinya terobati ketika mendapat dukungan dari ninik mamak segenap pendukung maupun masyarakat mendorong Sutan Riska Tuanku Kerajaan untuk coba maju yang bermodalkan Putra Daerah.

Ironis sekali melihat kondisi seperti ini apa bila hanya bermodal Putra Daerah tetapi tidak diberikan pandangan dan arahan untuk lebih mempersiapkan diri untuk berproses pembekalan ke tingkat kematangan mempersiapkan diri. Setelah mendapat dorongan untuk maju Ibunda menyampaikan nasihat jadi pemimpin itu jangan macam-macam sebab itu sebuah amanah.

Ini menunjukkan edukasi seorang Ibu kepada anak. Keberhasilan seorang anak tidak terlepas dari bimbingan dari keluarga dan pendidikan mempoles dari semuanya.

Berawal dari perjalanan menuju kota Sawahlunto dan melihat seseorang wanita setengah baya menggendong anak ketika Sutan Riska Tuanku Kerajaan sama-sama bepergian ke rumah sakit mengantarkan Ibunda berobat ke kabupaten tetangga tersebut yang jarak tempuhnya lebih kurang dari 2 jam.

Maka dengan itu, tergugah hatinya dan membuka pikiran melalui pandangan politiknya, kutipan kata-kata beliau niat tulus dan ikhlas.”

Sutan Riska Tuanku Kerajaan maju sebagai calon Bupati dalam Pilkada serentak 2015 dengan meminta restu kepada istri, seluruh keluarga besar dan pemangku adat. Penulis melihat sesuatu kurang meyakinkan ketika Sutan Riska Tuanku Kerajaan untuk maju sebagai Bupati tersebut, karena setiap tuturan yang ia lontarkan kurang rasa kepercayaan diri. Tetapi, ketika niat tulus dan ikhlas sudah menjadi senjata ampuh baginya untuk membenahi permasalahan di daerahnya yang baru berusia 12 tahun tersebut, ini akan berdampak baik ke depannya.

Cibiran dan nada sumbangpun datang kepada Sutan Riska Tuanku Kerajaan seperti kata yang dilontarkannya anak kemaren sore menjadi ketua pemuda belum, mau jadi Bupati?”.

Penulis melihat segudang tanda tanya maupun keraguan dari masyarakat ketika Sutan Riska Tuanku Kerajaan maju sebagai calon Bupati, disebabkan melihat rekam jejak maupun trek record beliau, hal tersebut menjadi batu sandungan anak muda ini yang berusia 26 tahun. Tetapi beliau langsung menawarkan bentuk program ketika akan maju sebagai Bupati, dan akan mengabdi kepada daerah Cati Nan Tigo.

Semoga program yang telah direncanakan oleh Sutan Riska Tuanku Kerajaan berjalan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk merealisasikannya, itu pun di pertegas oleh tuturan beliau didampingi oleh wakilnya yang sudah berpengalaman dua periode menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat daerah Dharmasraya dari fraksi Hanura”.

Penulis melihat sesuatu ini bukan jaminan bagi Sutan Riska Tuanku Kerajaan untuk memimpin daerah yang didampingi oleh wakil yang berlatar belakang Legislatif. Sebab sekarang ini berada di Badan Eksekutif menyangkut berbagai Aspek. Untuk itu akan banyak datang rintangan maupun beban yang akan dihadapi oleh Sutan Riska Tuanku Kerajaan kedepannya dalam memimpin daerah Dharmasraya.

Demi kesuksesan beliau untuk memimpin tidak akan terlepas dari mentor-mentor politik dibelakangnya. Ini pun Bisa terlihat dari tuturan beliau menanyakan kepada bapak Boediono “apa resep hubungan harmonis antara Bapak Boediono dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono”.

Penulis menilai sesuatu hal tersebut ia tanyakan karena kurang pengalaman tadilah yang menjadi titik kelemahan dari beliau. Apabila ditinjau dari segi sejarah perjalanan dan dikerucutkan jejak langkah anak muda Indonesia mengawali proses untuk memimpin sebuah organisasi seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Tan Malaka. Mereka anak muda Indonesia tidak dibilang minim pengalaman dan dari latar belakang berbagai organisasi yang membuat jejak rekam beliau tidak diragukan. Tetapi saat ini sangat terbalik apa terjadi di generasi muda saat ini.

Semoga jawaban yang disampaikan oleh bapak Boediono menjadi bahan renungan bagi beliau nanti saat menjalani proses kepemimpinannya bersama wakil yang sudah berpengalaman dalam menjaga keserasian.

Itu pun mendapat kritik pedas sekaligus masukan dari Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan pendiri rumah perubahan Bapak Rhenald Kasali seperti kata yang dilontarkan dari mulutnya: “untung tidak jadi anak mami namun karena sudah berpengalaman menjadi pemangku adat dan kemudian bertemu bersama orang mendengarkan keluhan.”

Untuk lebih mempertegas ungkapannya bagaimana proses kepemimpinan itu bisa membaca situasi yang akan terjadi, meski membaca bukanlah hal yang tertulis saja melainkan dari berbagai sudut pandang yang berhubungan pemimpin dan yang akan dipimpin maupun alam semesta.

Bahan masukan tersebut dituturkan oleh pendiri Rumah Perubahan begitu pedas bila ditelaah oleh kita bersama, ketika akan memilih pemimpin yang akan datang. Sebab berbahasa melihat budaya seseorang sejauh mana komprehensif dan bahasa adalah sekumpulan tabiat-tabiat, dan bahasa itu bersifat kreatif dalam berbahasa bukan hanya sekedar mengucapkan saja berdasarkan apa yang sudah di rekaman sebelumnya.

Memahami ujaran tidak terlepas dari pengetahuan dunia. Dari bentuk representatif ini yang akan nanti dipertanggung jawabkan oleh Sutan Riska tuanku Kerajaan sebagai awal karier yang begitu cepat melonjak, walaupun sedekit ada anomali. Dengan tulisan ini bisa teringat kembali apa yang menjadi dasar beliau maju dalam Pilkada serentak 2015 kemaren.

Untuk mengawal perjalanan pemimpin yang telah terpilih ini tidak terlepas dari semua elemen masyarakat. Sebab kata-kata dan janjilah yang akan dipertanggung jawabkan oleh manusia dalam bertindak ketika amanah rakyat sudah dipundaknya, sekaligus menjadi harapan maupun kemenangan bagi masyarakat melalui Sutan Riska Tuanku Kerajaan pemegang amanah 5 tahun kedepan sebagai pemimpin muda ini. (*)

  • Terbit di Singgalang 23 Februari 2016

--

--