Generasi Hedonis

Tanol DoaNk
Bung Tanol
Published in
3 min readJan 28, 2017
ilustrasi: google.com

Jumat malam tanggal 29 Februari 2016 saya duduk di Simpang Presiden, tempat biasa kami bercengkeramah sesama kawan-kawan dari daerah tempat saya berasal, yakni dari Kabupaten Dharmasraya.

Malam tersebut kami habiskan waktu untuk bercerita keadaan kekinian yang menjadi polemik generasi penerus cita-cita bangsa. Namun, di sesi sharing kami, banyak timbul pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dan terselesaikan secara tindakan nyata.

Melihat kondisi saat ini perlu suatu gebrakan untuk merubah mindset generasi muda melalui suatu kegiatan yang nantinya bisa mempersatukan visi dan misi — dalam berbuat — yang dituangkan dalam tindakan nyata guna mencapai perubahan mendasar dalam diri para generasi muda untuk mencapai cita-cita. Jika berbicara hal tersebut kami berusaha untuk menyamakan persepsi terelebih dulu sehingga apapun yang akan dilakukan sesuai dengan logika bersama.

Malam tersebut sempat terjadi diskusi alot membicarakan; keadaan nilai-nilai budaya ketimuran terkhusus Budaya Minang dalam menghadapi MEA tahun 2016 ini. Bertolak dari sudut pandang tersebut kami sebagai generasi muda juga sebagai tulang punggung suatu negara mulai mendiskusikan keadaan, realita dan fakta yang ada — beranjak dari peran-peran yang disebutkan tadi.

Tidak bisa kita pungkiri dalam menghadapi MEA tersebut tak terlepas dari SDM yang kita miliki dan bagaimana kita mampu berkompetisi. Untuk itu tidak terlepas dari bagaimana kita individual namun secara kolegtiflah kita bisa membangun kekuatan untuk membangkitkan jiwa semangat cinta tanah air, sehingga tidak menjadi penonton di negeri sendiri.

Apa yang telah dilakukan berbagai cara namun semua entah bisu bahkan yang mendengar telah tuli, sehingga menjadi tanda tanya dari semua yang telah dilakukan untuk di evaluasi tapi beginilah cara kami untuk menyalakan mata-mata berbinar melihat kehidupan tak kunjung terjaga dari zona aman mereka bagaikan batu akan terbenam dari permukaan ataukah sesungguhnya akan tenggelam dari cerita ini, sehingga esok muncul lagi cerita dan tindakan yang berbeda untuk berbenah dan datanglah sang revolusioner.

Barangkali hal ini diciptakan agar semua merasakan sehingga yang terjadi akan mencari kebenaran sesungguhnya tak juga dipahami ataupun kehilangan arah jalan dalam diri, menjadi lupa bagaimana menyihir mata-mata berbinar dan telinga tuli tadi. Entah tidak suka menatap mata, entah tidak suka dengan kata-kata. Semuanya akan terjawab seiring berjalan waktu, perkembangan zaman, dan berkaca tuba usia hingga ini berakhir.

Entah semua ini kutukan akan kematian generasi reformasi yang tidak tercapainya cita-cita diagungkan 98 dan keserakahan para umat Ilahi dan tidak bisa membidik Tuhan agamapun menjadi topeng dalam bertindak. Dalam kegusaran ini kami butuh segelas air untuk melepas dahaga daun-daun tumbuh kembali dengan hijau dan rimbun dikegersangan tanah, bahkan kami tidak mengigau dalam mimpi indah.

Sajak-sajak bermenunglah mengganti wabah tak sudi memulih berubah, apakah kita semua tak percaya yang tergambar oleh mata namun dikelabui oleh tubuh molek kecantikan duniawi meretakan kepercayaan kekal manusia tak beriman.

Jika berkesempatan sajak ini akan ditulis kembali untuk disampaikan segala rahasia Ilahi yang pernah terlihat oleh mata pendusta, kabar dari semua ini tak terkubur rasa sesalpun tak terganjal di hati sebagai pelepas gundah tak tertangisi malam sunyi.

Berkabar seperti ini sebelum berkubur suatu tulisan yang abadi ketika ajal menjemput sebagai pesan pura-pura tak mendengar dengan tulinya manusia dan suara membungkam. Karena dunia ini dipakai ide asing memperoleh pujian, berpikir apalagi budaya kita sudah terkontaminasi oleh hal-hal tersebut. Akibat seperti ini yang kita pikul karena perjuangan belum selesai, semua belum seberapa kata-kata pejuang kita dalam merebut kemerdekaan penderitaan mereka tertatih-tatih diujung peluru sedangkan kita hanya terhipnotis hedonis dan fatamorgana menjadi sugesti insan manusia muda.

Tak ada kemauan…

Tak ada nawaitu…

Tak ada keinginan…

Tak ada keseriusan…

Tak ada harapan, semua akan terselesai secara nyata…

Semua akan tercapai bila kita berungguh-sungguh…

Kemauan, nawaitu, keinginan, keseriusan dan dilakukan dengan tindakan nyata!!!

Pemberdayaan generasi muda suatu investasi untuk perubahan sosial dan sekaligus investasi SDM berorentasi sebagai merubah tatanan hidup berbangsa dan bernegara.

--

--