Merah Memudar

Dodi Abdullah
Bung Tanol
Published in
2 min readJan 29, 2017

oleh: Tanol DoaNk (Pegiat Kebudayaan)

ilustrasi: bhineka tunggal ika

Angin bertiup kencang dan mengumpulkan awan hitam menjadi suatu kesatuan. Sinar mentari tak terlihat oleh gemerlapnya. Akhirnya rinai-rinai hujan turun dengan perlahan dan membasahi bumi di kegersangan. Aku hanya bisa memandangi lewat jendela kamar bahwa ini adalah anugerah dari yang maha kuasa.

Kegelisahan dan gundahan hati semakin pilu melihat keadaan kehidupan manusia sekarang lebih mementing individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan walaupun itu akan menusuk kawan sendiri, tidak jauh bedanya dengan budaya barat perfeksionis demi mendapatkan kasta, harta dan status sosial.

Pikiran seperti melayang-layang dalam otak ku, apa memang budaya seperti ini yang diwarisi oleh leluhur dahulu.

Bila kita kembali buka buku sejarah dimana negara Indonesia memiliki keanekaragam yang terdiri dari berbagai suku bangsa semua bersatu dalam kebhinekaan terdapat dalam pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia dan sukar hidup bergotong-royong. Realita dan faktanya sekarang kenapa gotong-royong tersebut sudah memudar di kehidupan sosial masyarakat saat ini.

Pertanyaan-pertanyaan tentang budaya maupun moral sudah tidak begitu asing lagi bagi masyarakat, hanya sekedar bahan perbincangan saja. Entah salah dalam pendidikan, termasuk sistem pendidikan ataupun didikan dari orang tua sehingga dengan kurangnya penaman nilai-nilai budaya ketimuran. Tidak bisa kita saling menyalakan nanti akan bermuara pada kebenaran masing-masing.

Melihat kondisi kekinian bangsa kita kehilangan jati diri, generasi kita tidak tumbuh dengan jati diri tapi pada apa yang terlihat di media menjadi sorotan untuk mereka lakukan tanpa ada memfilterkan sesuatu tersebut.

Berdasarkan amatan sesuatu tindakan yang dilakukan karena terjadi tumpang tindih dari aspek sosial, ekonomi, budaya, dan hukum.

Mari kita sampelkan satu kejadian di tanah pertiwi ini, ada seseorang nenek hanya untuk menggambil kayu bakar mala hukumnya tidak sebanding apa yang dilakukan, sedangkan penjabat kita korupsi menyulap uang rakyat triliyuan rupiah dengan tebar senyum manis dan lambaian tanggan saja. Mondar-mandir apabila dipertanyakan kasusnya oleh media massa.

Contoh perbuatan seperti ini menjadi pekat (penyakit masyarakat) dalam penularan budaya sosial, yang seharusnya pemimpin tersebut menjadi contoh teladan dan merupakan amanah dari masyarakat. Perbuatan tersebut akan di pertanggung jawabkan nanti di akhirat, tetapi apabila pertanyaan tersebut mengarah kepada agama mereka dengan rilex menjawabnya.

Entah sesuatu tersebut yang membuat degradasi moral kurang di bentengi pondasi agama??? Realita pun tidak, semua karena kerakusan dan nafsu belaka sehingga terlupakan nilai-nilai kepercayaan tersebut.

Apakah bermodal pengetahuan untuk merubah malam jadi siang sedangkan kegelapan masih berselimut di tubuh, cahaya lilinlah yang akan menerangi jalan dan gunakan kekuatan di lubuk hatimu sebab itu pemberian yang maha kuasa untuk menentukan sikap dan tindakan?

Merunut dari pembahasan diatas maka perlu penanaman etos kebudayaan yang menjadi pangkal dari permasalahan di tanah pertiwi.

--

--

Dodi Abdullah
Bung Tanol

"Motivasi adalah jalan hidup, jika hidup tidak ada unsur motivasi berarti hidup hampa pun mendekati"