Potret Budaya Nagari Siguntur Dharmasraya

Tanol DoaNk
Bung Tanol
Published in
5 min readFeb 7, 2017

Siguntur salah satu Nagari tua di Kabupaten Dharmasraya yang mempunyai nilai histori zaman kerajaan Malayapura. Kerajaan Malayapura pernah dipimpin masa kejayaan Raja Adityawarman, terletak di daerah aliran Sungai Batang Hari. Nagari Siguntur sendiri terdiri dari enam wilayah jorong, sebagai berikut: Jorong Siguntur Bawah, Jorong Siguntur Atas, Jorong Taratak, Jorong Koto Tuo, Jorong Siluluak, dan Jorong Sungai Lansek dengan pusat pemerintahan nagari terletak di Jorong Taratak.

Candi Padang Roco

Beberapa daerah jorong memiliki nilai historis tersendiri, seperti Jorong Siguntur dan Jorong Sungai Lansek. Pada Jorong Siguntur terdapat obyek-obyek yang sarat nuansa historis berupa: Masjid Tua, Rumah Raja (Rumah Gadang), dan Makam-Makam Raja Siguntur. Letak ketiganya (Rumah Gadang Adat, makam raja-raja, dan museum) merupakan satu area. Makam Raja-Raja dan Mesjid Tua terletak di samping Rumah Gadang Adat, di sana juga terdapat sebuah museum yang didirikan oleh keturunan kerajaan.

Di seberang sungai Batang Hari jorong Siguntur ini terdapat dua candi yaitu Candi Pulau Sawah dan Candi Rambahan. Sedangkan Jorong Sungai Lansek terkenal dengan ikonnya Candi Padang Roco. Obyek-Obyek bernilai historis yang terdapat di Nagari Siguntur tadi kesemuanya merupakan peninggalan Kerajaan Malayapura.

Alat-alat yang terdapat di museum merupakan sebagian peninggalan dahulu berupa keris, koin-koin, patung dan lain-lain. Tak kalah penting peninggalan kesenian waktu dahulu berupa tari-tarian yang selalu di tampilkan ketika penyambutan tamu raja dan pemandian anak raja yaitu tari Toga. Tari ini mempunyai nilai-nilai dari segi sejarah.

Tari Toga: Youtube.com

Tari tersebut masih dilestarikan oleh keturunan kerajaan melalui mendirikan wadah sangar. Hasil dari bentukan sanggar dari keturunan kerajaan tersebut telah mempunyai anak didikan sekitar 150 orang dari kaum pelajar SMA, SMP, dan dari kalangan pemuda setempat. Jarak tempuh dari Ibukota kabupaten ke nagari Siguntur sekitar 5 km sekitar 10 menit perjalanan darat menggunakan mobil atau kendaraan roda dua.

Untuk menuju ke destinasi candi Padang Roco, candi pulau sawah, dan candi rambahan kita menggunakan perahu kecil untuk menyeberang sungai batang hari. Candi pulau sawah berdekatan dengan candi pulau sawah berdekatan berbeda dengan candi Padang Roco berada di jorong Sei. Lansek. Untuk menyeberang dengan menggunakan perahu sekitar 10 menit menuju candi pulau sawah dan candi rambahan. Alat transportasi tradisional ini yang selalu digunakan oleh masyarakat sebagai akses menyeberang ke perkebunan yang ada di sekitar wilayah candi tersebut.

Ponton: Kendaraan Akses Jalan Menuju Candi Padang Roco

Jarak tempuh dari nagari Siguntur ke candi padang roco sekitar 15 menit dengan menggunakan mobil atau motor ke dermaga ponton. Sedangkan kalau menggunakan perahu sekitar 30 menit. Alat transportasi yang unik dan lebih modern dari perahu ada juga ponton.

Ponton ini salah satu alat transportasi air yang bisa menampung penumpang sekitar 20 orang dan satu mobil mini bus yang selalu digunakan sebagi penyeberang oleh masyarakat Siluluak dan Sei. Lansek. Karena kedua jorong ini berada di seberang aliran sungai batang hari. Tempat pemberhentian ponton dinamakan dermaga atau tempat pemberhentian perahu. Apabila berjalan kaki menuju candi Padang Roco jarak tempuh sekitar 15 menit dari dermaga.

Di sekitar area berdirinya candi Padang Roco di kelilinggi oleh hutan dan ladang masyarakat seperti perkebunan karet, persawahan, dan kebun jeruk.

Jika bepergian ke Candi Padang Roco disarankan kepada wisatawan untuk membawa perbekalan makanan, atau menggunakan alternatif lain yakni wisatawan bisa memanfaatkan jasa penduduk setempat untuk memasak persediaan makanan, dikarenakan di daerah sekitaran wisata belum ada orang berjualan nasi.

Dalam penyeberang kita bisa menikmati pemandangan secara kasat mata keindahan sungai dan alam sekitar. Pemandangan yang tak terelakan adalah aktivitas masyarakat sepanjang sungai batang hari sebagai sumber mata pencarian di siang hari dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sungai batang hari yakni mencari emas dengan menggunakan alat tradisional (mandulang) maupun mencari ikan dengan mancalo.

Mata pencarian masyarakat Siguntur sehari-hari bervariasi tetapi yang kebanyakan dari mereka bertani seperti mengelola persawahan, bertani karet, jeruk, mencari emas dan mengumpulkan batu-batu besar di sungai batang hari untuk bahan pembangunan rumah.

Di sungai batang hari ini terdapat batu akik yang terkenal dengan sebutan batu lumuik sungai dareh.

Contoh batu akik Sei. Dareh yang telah diasah

Untuk pengelolaan sawah atau perladangan masyarakat bersama-bersama mengerjakan dengan sebutan batoboh. Kegiatan batoboh ini dilaksanakan secara bersama di iringi bernyanyi bersama-sama sambil bekerja. Ketika batoboh persawahan atau perladangan yang akan dikerjakan yang menjadi tanggungan dari pemilik ladang atau sawah adalah menyediakan kuliner seperti konji gesek. Masakan ini terbuat dari bahan beras dan dari jagung yang mempunyai kuah dengan rasa manis.

Di samping itu rumah gadang selalu digunakan untuk berkumpul para niniak mamak ketika akan mengadakan kegiatan kenagarian yang berhubungan dengan adat setempat maupun belajar sejarah dan adat.

Apabila kegiatan adat ini akan di mulai para kaum Bundo Kanduang sibuk untuk memasak kuliner sebagai santapan nantinya sambal khas jowang pakis, anyang situkau (pepaya), gulai lakitang, samba lado hijau minyak tanak dan makanan ojik, onde-onde (galobuak), dan apam sembari di iringi alunan musik tradisional saluang dan canang. Masakan makanan khas seperti ojik, onde-onde, dan apam terbuat dari bahan beras dan santan kelapa dengan rasa manis.

Selain itu, aktivitas masyarakat nagari Siguntur pada malam hari selalu mengisi waktu dengan latihan kesenian tradisional seperti latihan silat, randai, dan kegiatan kesenian tradisional lainnya. Aktivitas ini dilakukan di halaman Rumah Gadang kaum yang ada di nagari tersebut termasuk Rumah Gadang Raja. (*)

--

--