Cuma Ngomong Kecil: Moralitas

Ulya
Majalah Ganesha 2017
2 min readDec 28, 2017

Beberapa hari lalu saya all of the sudden ngechat dan jadi diskusi sama teman saya ttg morality, dia anak fisip ui btw. Intinya kita diskusi tentang kenapa tiap orang bisa dibilang baik, bisa dibilang jahat. Dan menurut saya, itu kan karena batas. Batas itu juga kita yg ciptain sendiri. Yang saya maksud batas di sini itu kapan seseorang bisa nyebut orang lain jahat kapan baik.

Misalkan si A mencuri untuk orang miskin. Beberapa orang bilang jahat dan beberapa orang bilang baik. Dari mana indikatornya? Untuk contoh di atas mungkin yang bilang jahat ya orang yang dicuri barangnya atau uangnya dan yang bilang baik ya yang dikasih.

Lama-lama, baik buruk cuma paradoks. Dan sering kita dengar, “Kamu lihat dari sisi mana?”. Mungkinkah suatu kasus atau masalah itu bentuknya kayak globe. Kamu bisa lihat dari mana saja, tapi yang kamu lihat beda-beda. Tapi mereka ada dalam satu hal yang sama, globe.

Karl Poppers bilang kalau toleran itu paradoks. Untuk jadi masyarakat yang toleran kita harus intoleran terhadap yang tidak toleran. Sama juga dengan batas kata-kata “hal ini tidak bisa ditolerir” dan lalalala toleran lainnya. Siapa yang menciptakan batas toleran ini? Kita, atau masyarakat? Dan ternyata ini menghubungkan ke norma. Norma itu kan sebenarnya sesuatu yang “harus ditolerir” dari masyarakat.

Contoh lain. Di Amerika, cipika cipiki kan b aja, tapi di sini sedikit tabu. Lalu, apakah moralitas itu subjektif? Karena dibuat oleh individu, dan mempengaruhi individu lainnya. Terus, kata Nietzsche moralitas itu penjara. Dan kayak saya bilang tadi, nggak ada baik dan buruk jadi setiap batasan kita yang ngatur. Yap. Eksistensialisme.

Setiap orang punya pegangan dan ga ada orang yang ga punya prinsip hidup. Dan prinsip ini juga yang menurut saya mengatur setiap “toleransi” dan “batas” kita. Misalnya, orang beragama yang baik dan benar prinsip hidupnya kitab suci dan setiap orang diatur dengan prinsip. Pengikut, contoh lain, prinsipnya mengikuti orang lain. Karena cuma little chats, jadi segini aja sih.

Pada akhirnya, kita akan menjadi seseorang yang tidak pernah kita inginkan. Katanya. Mana saya tahu, saya kan maba.

+_+

--

--