e v o

vrotonema
Majalah Ganesha 2017
4 min readSep 27, 2017

“Travel through the Earth and observe how He began creation”

Qur’an 29:20

Pada suatu ketika, ada seseorang yang melakukan kedua hal tersebut; mengelilingi dunia di atas sebuah kapal dan mengamati (menerka) awal mula penciptaan yang menghasilkan beragam spesies yang ada pada saat ini. Satu fakta kontradiktifnya, pria berkebangsaan Inggris ini ialah seorang naturalis dan kemungkinan besar tidak pernah membaca ayat tersebut. Naturalisme ialah paham yang meyakini bahwa tidak adanya Tuhan dan apa pun yang terjadi pada alam ini ya disebabkan oleh peristiwa alam itu sendiri beserta hukum dan aturan yang berlaku di dalamnya. Kasarnya, seorang naturalis sejati tidak akan menelan konsep kreasionisme.

Pria ini bernama Charles Darwin (1809–1882).

Singkat cerita, Darwin mengarungi lautan menggunakan HMS Beagle selama 5 tahun (1831–1836) sembari menjelajahi berbagai daratan. Pelayaran Darwin dan pemikiran-pemikiran yang timbul selama perjalanannya timbul dari bakcground interest biologi yang kuat dengan pengaruh ilmu geologi serta pola pikir filosofis.

Prinsip geologi yang Darwin pegang erat ialah “perubahan bentang alam dan wajah geologis dari Bumi terjadi akibat perubahan-perubahan kecil yang terjadi dalam waktu yang sangat lama bahkan hingga orde ratusan juta tahun”.

Pada masa Darwin hidup, kepercayaan yang tersebar luas di masyarakat ialah bahwa Bumi hanya berumur sekitar 6000 tahun dan semua spesies yang ada di Bumi pada saat ini telah diciptakan oleh Tuhan secara sempurna sehingga implikasinya adalah tidak mungkin ada yang namanya spesies yang punah apalagi baru terbentuk, jauh setelah proses penciptaan awal.

Namun kedua “kepercayaan” tersebut — termasuk tentang keberadaan Tuhan — haruslah dibantah oleh Darwin setelah apa yang dia amati dan alami selama mengelilingi Bumi. Secara geologis, tidak mungkin terdapat bentuk muka Bumi yang sekarang bila prosesnya hanya berlangsung 6000 tahun (belakangan ditemukan bahwa umur Bumi sekitar 4.6 milyar tahun). Secara paleontologis juga tidak mungkin ada yang namanya fossil bila tidak ada hewan yang punah (namun ‘fossil’ dibantah oleh penganut kreasionisme sebagai ciptaan Tuhan untuk menguji mereka-mereka yang imannya lemah). Secara biologis, Darwin ragu apakah setiap hewan yang berbeda dengan variasi-variasi kecil diciptakan oleh Tuhan satu per satu hanya untuk daerah yang berbeda jarak sedikit saja (semisal burung kutilang pada kepulauan Galapagos yang memiliki bentuk dan ukuran paruh yang berbeda-beda walau terdapat di satu pulau yang sama).

Dalam karyanya “On the Origin of Species” (1859), secara garis besar Darwin mengemukakan dua hal:
1) Bahwa untuk menjadi spesies-spesies yang ada sekarang, terjadi perubahan-perubahan kecil yang terakumulasi pada kurun wakktu yang sangat lama
2) Bahwa terdapatnya seleksi alam, dimana alam memilih variasi-variasi yang “cocok” bagi kondisi atau peristiwa alamiah pada suatu periode waktu tertentu.

Batasan dari hasil pemikiran Darwin ialah ia tidak tahu bagaimana variasi-variasi ini muncul di alam sehingga menyediakan ‘bahan’ bagi seleksi alam. Ia juga belum dapat menjelaskan, bila seluruh spesies yang ada berasal dari spesies yang lebih primal, bagaimana makhluk hidup muncul untuk pertama kalinya. Penjelasan-penjelasan yang mendukung Teori Evolusi Darwin seperti konsep mutasi dan teori asal-usul kehidupan terjadi setelah Darwin meninggal dan secara kolektif disebut neo-Darwinisme.

Istilah ‘Teori Evolusi’ sendiri tidak diajukan oleh Darwin dan kini kurang lebih memiliki bunyi “Seleksi alam ialah yang bertanggung jawab terhadap evolusi spesies dan sifat yang didapatkan (acquired) oleh parental tidak akan diturunkan ke anakan”.

Sudah dulu tentang teori dan pemikirannya, sekarang kita bahas realita pemikiran ini di masyarakat ditambah dengan pendapat saya.

Setiap yang mempelajari ilmu hayati haruslah mempercayai evolusi benar-benar terjadi dan ialah yang melandasi berbagai konsep lain pada ilmu biologi. Saya pribadi percaya bahwa evolusi terjadi. Teori inilah yang menjelaskan kenapa semua makhluk hidup sangat beragam namun semuanya memiliki kesamaan fundamental, minimal semuanya memiliki materi genetik berupa polinukleotida.

Saya sendiri mengidentifikasi diri saya sendiri sebagai seorang naturalis namun tidak pernah menghilangkan kepercayaan bahwa Tuhan juga benar-benar ada, entahlah mungkin saya seorang naturalis yang gagal. Saya menikmati berbagai usaha penjelasan tentang alam mulai dari yang dikemukakan para filsuf alam hingga saintis era modern saat ini. Semuanya berusaha menjelaskan, dengan keterbatasan indra manusia, apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita. Saya percaya bahwa keterbatasan manusia pada indra-indranya menyebabkan ada berbagai hal yang tidak dapat dijelaskan secara rasional. Saya percaya bahwa Tuhan ada dan Dia lah yang menciptakan alam semesta ini. Selama ini, diri saya diajarkan ilmu hayati serta ajaran agama dengan intensitas dan proporsi yang sama kurang lebih.

Saya heran mengapa Teori Evolusi ditandingkan dengan Ajaran Kreasionisme seakan-akan tidak terdapat jalan tengah di antara keduanya dan kita harus memilih salah satu. Kreasionisme (at least pada agama saya, Islam) sepemahaman saya tidaklah membantah Teori Evolusi secara harfiah.

Realitanya Teori Evolusi dan Darwin ditolak mentah-mentah oleh khalayak awam terutama bagi mereka yang tidak memahami teori ini namun memiliki keteguhan pada agamanya. Masyarakat kebanyakan hanya mendengar implikasi dari Teori Evolusi yang berbunyi bahwa manusia berasal dari kera dan langsung auto triggered buat mencaci Darwin dan menolak teori evolusinya. Kasusnya seperti yang umum terjadi pada ide-ide ‘radikal’ lainnya, karena manusia takut bahwa apa ia percayai benar selama ini pada kenyataannya salah sehingga akan cenderung menolak ide-ide ‘radikal’.

Analoginya seperti ini.

Tuhan lah yang menurunkan hujan. Manusia menjelaskan hujan — dengan keterbatasan manusia — sebagai suatu proses siklus air sederhana yang melibatkan prinsip sifat air.

Tuhan lah yang menciptakan dunia. Manusia menjelaskan penciptaan — dengan keterbatasan manusia — sebagai serangkaian proses yang terjadi pada big bang dan setelahnya.

Tuhan lah yang menjadikan manusia serta spesies lainnya ada. Manusia menjelaskan unity in diversity ini — dengan keterbatasan manusia — sebagai serangkaian proses seleksi alam dan dalam jangka waktu yang lama akan berevolusi.

Seperti teori fundamental lainnya yang tetap menyandang predikat teori seperti teori atom, teori relativitas umum, dan teori lempeng tektonik, kapabilitas manusia terbentur batasannya sehingga konsep yang dibawa teori-teori ini, termasuk teori evolusi, akan sulit untuk ditemukan buktinya.

Menurut saya, terdapat jalan tengah di antara kedua teori yang menurut orang berseberangan ini. Sekali lagi, proses yang terjadi di alam saya percayai sebagai suatu ciptaan Tuhan yang Maha Esa dan agama Islam pun tidak membantah mentah-mentah ide dari Teori Evolusi. Namun perlu saya telaah lebih lanjut karena seperti yang dikatakan tokoh Alberto di buku Dunia Sophie, “seorang filsuf harus berhati-hati dalam berfilsafat namun hasil pemikiran tersebut haruslah disampaikan walau akan tidak diterima khalayak umum”, seperti yang dilakukan Darwin.

--

--