Rumah yang Hilang: Belajar Berjuang

Cahaya Gusuran
Cahaya Tanah Gusuran
1 min readNov 2, 2016
Foto: Viriya P. Singgih

Saya lahir tahun 1994, datang ke Jakarta dan tinggal di sini dari 2005. Deni pribadi awalnya di sini sekolah aja, sementara bapak dan ibu dagang soto. Pas banjir 2008, saya masuk ke sanggar bantu-bantu. Dari situ Deni mulai belajar dari nol, belajar musik, teater, tari, macam-macam.

Deni pribadi masuk ke sanggar dengan modal nol. Makanya Deni merasa terikat banget dengan Sanggar Ciliwung Merdeka karena semua yang tadinya Deni enggak tahu, bisa jadi tahu karena belajar di situ. Deni hebat, pintar, bisa main musik sekarang juga karena belajar di situ. Awalnya kenal alat musik dulu, sampai sekarang malah Deni bisa ngajarin adik-adik Deni sendiri.

Kalau ngomong kehilangan, banyak kehilangannya. Di sini kita benar-benar berjuang untuk pribadi kita sendiri, warga, teman-teman Ciliwung dan teman-teman Bukit Duri. Kalau lagi banjir, kita selalu buat posko bantuan ke mana-mana, terutama di sekitar Ciliwung dan Bukit Duri. Setelah ini rata, ya kita cuma bisa buat acara sederhana kaya begini. Tapi biar bagaimanapun, kita tetap mau melanjutkan perjuangan di sini.

— Deni

--

--

Cahaya Gusuran
Cahaya Tanah Gusuran

Administrator @CahayaTanahGusuran. Ikuti http://medium.com/cahaya-tanah-gusuran untuk bersama memindarkan harapan dan solidaritas untuk tata kota tanpa duka.