Rumah yang Hilang: Kenangan, Kenangan

Cahaya Gusuran
Cahaya Tanah Gusuran
1 min readNov 2, 2016
Foto: Viriya P. Singgih

Setelah penggusuran, yang hilang adalah tempat tinggalnya pasti. Kenangan juga banyak sekali hilang karena saya tinggal di sini dari SD. Saya kelahiran 1972, tinggal di sini dari SD kelas 6. Teman-teman, semua sudah seperti keluarga di sini.

Sehari-hari saya jadi kuli pasar saja. Setelah penggusuran, saya pindah ngontrak ramai-ramai di Poncol. Yang ditawarin rusun itu saya enggak ambil, soalnya jauh sekali di Rawa Bebek, sementara saya kerja di Pasar Jatinegara. Dapat duit sehari-hari ya buat makan keluarga saja. Tambah bayar ongkos lagi lebih parah. Belum lagi anak masih sekolah sekarang.

Selain itu, kita mesti bayar-bayar juga di rusun, sama saja, bukannya gratis. Kalau gratis ya mungkin pada mau. Katanya tiga bulan pertama gratis, tapi saya dengar-dengar dari yang ambil, ternyata kita harus buka rekening juga, jadi sama saja.

—Zainudin

--

--

Cahaya Gusuran
Cahaya Tanah Gusuran

Administrator @CahayaTanahGusuran. Ikuti http://medium.com/cahaya-tanah-gusuran untuk bersama memindarkan harapan dan solidaritas untuk tata kota tanpa duka.