AlhamdulIllah, 06 03

Prims
carito kito
Published in
5 min readMar 6, 2018

Terbangun di gelap semerbak subuh dingin menggigil ditambah putaran kipas angin. Menoleh ke kiri ternyata si Ferdian Kebe masih setia menatap laptop menoton video Tsamara Amany.

https://www.youtube.com/watch?v=0FTAF9Iqkcw&index=6&list=PLIuykTPEOsAVJXx7wQRwht73lpsqzrAk-

Sontak, seketika langsung berdiri menuju ke ruangan sebelah menyentuh sejuknya percikan air untuk menyapu muka kusam dan sembab.

Sekiranya pukul 06.30 WIB, saya segera menuju ke sekre untuk bersiap dan bergegas menuju kampus karena telah janji sebelumnya dengan seorang senior berinisialkan “F”.

Sampai di kampus pukul 07.15 WIB, melihat kondisi kampus masih lengang, saya langsung menuju pojok kampus di tempat mengisi ruang tengah (breakfast). Setelah menunggu beberapa menit kakak yang saya ditunggu tak kunjung tiba dan waktu sudah pukul 08.00 WIB. Tak lama kemudian saya langsung menuju ke lobi sebuah gedung dan ketemu dengan adik dari kakak yang saya tunggu.

Lalu..

saya: “huiiikkk” (sapaan saya kepada dia),

huik: “youp…”

saya: “kakak F sudah ke kampus ya?”

huik: “baru saja sampai dan langsung ke atas”

saya: “terima kasih, huiikk…”

Saya langsung menuju ke ruang kakak “F” beraktifitas sehari-sehari, sesampainya di ruang saya disambut dengan senyum hangat wajah yang masih fresh. Kami berbincang sebentar dan langsung menuju ke ruang pimpinan sebagaimana tujuan saya datang pagi; untuk menepati janji dengan kak “F”.

Saya langsung diantarkan ke ruangan pimpinan dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan utama yang akan dicarikan solusinya. Selepas dari ruangan tersebut, dan solusi pun telah didapat, saya langsung menuju ke ruangan selanjutnya. Karena masih ada seseorang yang harus saya temui. Sesampai di sana dan menunggu sebentar orang yang ditunggu akhirnya datang sambil berjalan menuju ruangan. Kami berbincang dengan membawa rekomendasi solusi dari pimpinan alhamdullilah permasalahan tersebut selesai.

Pukul 08.30 WIB.

Saatnya kembali lagi ke lantai 2 di salah satu gedung sembari menunggu untuk mendaftar sempro. Terbayang di benak saya pendaftaran seminar. Mulai pelayanannya pukul sembilan. Karena masih ada waktu 30 menit lagi saya berinisiatif menuju ke tempat titik kumpul. Kami memberi suatu nama kantin di belakang gedung yang ada di kampus dengan kantin marjinal. Sampai di sana ternyata sudah ada seorang dosen (PA saya sendiri) yang duduk dengan segelas kopi.

saya: “ngajar ya pak hari ini?”

dosen: “tidak, piket aja di prodi.”

Nah, karena kebetulan ketemu dengan PA, kemudian saya bercerita tentang problem kenapa saya belum juga sempro, dan alhamdulilah lagi pada saat ketemu dengan PA tersebut saya sudah menemukan solusi dari problem itu.

dosen: “alhamdulillah, silahkan urus cepat…”

saya: “siap pak, setelah ini langsung ke prodi pak….”

Tak lama kami berdiskusi datang seorang laki-laki dengan kemeja warna merah hati dan langsung menyambangi kami. Kemudian ia memesan segelas kopi. Tak lama kemudian datanglah segelas kopi. Kami larut bercengkrama, kemudian PA saya pamit karena beliau piket dan langsung menuju prodi.

Kami berdua melanjutkan bercengkrama karena sebelumnya belum kenal kami berkenalan terlebih dahulu, ternyata abang tersebut staf di perpustakaan kampus.

Nah, karena beliau beraktivitas di perpustakaan, saya membawa arah pembicaraan seputaran tentang perpustakaan, organisasi, dan juga berbagi pengalaman selama saya bekerja di salah satu perusahaan. Selang waktu beberapa menit dan cerita lagi asik terasa handphone pun bergetar. Saya membukanya, pesan tersebut dari junior di jurusan memberi tahu bahwa dosen yang saya tunggu sudah datang.

Saya pamit dan langsung menuju prodi. Sesampainya di sana, langsung saja saya menuju dosen yang ditunggu dengan wajah sumringa.

saya: “buk, apa benar pendaftaran sempro sama ibuk?”

dosen: “maaf,,, sekarang tidak sama ibuk lagi…..bukan kamu sudah lama mau daftar sempro?”

saya: “iya buk,, ada beberapa problem buk” (sambil ketawa)

Kemudian saya langsung menuju ke PA. Karena beliau piket di prodi, dia memberikan transkip nilai yang juga salah satu syarat dari sempro “sekarang kamu fotokopi kemudian diisi dan kembalikan yang aslinya ya,” saya segera menuju ke tempat fotokopi kemudian langsung mengisi dan mengembalikan yang asli.

Kemudian saya menghubungi dosen yang menerima pendaftaran sempro, bahwa beliau akan datang siang. Nah sembari nunggu dosen yang menerima pendaftaran seminar, saya mengurus transkrip ke admin prodi.

Setelah sekian lama menunggu ada satu syarat lagi yang masih kurang, ternyata prodi mengangkat suatu kegiatan seminar yang mana mahasiswa diwajibkan untuk hadir pada seminar tersebut: baik mahasiswa yang akan sempro maupun mahasiswa yang akan diwisuda.

Di sini timbul sebuah dilema, jika saya daftar seminar yang diadakan prodi, uang buat daftar sempro kurang. Namun sebaliknya jika saya tidak mendaftar saya tidak bisa daftar sempro. Kemudian saya bersama teman yang akan diwisuda sambil bercengkrama, tiba-tiba seorang perempuan menghampiri saya. Di jurusan dia senior saya tetapi di HMI dia masih dikategorikan junior dari saya.

kohati: “gimana prim… udah daftar seminar? apa problemnya lagi? kebetulan saya lagi ada uang nih.”

Saya (dalam hati): kedatangan malaikat saya ini sementara saya belum mengeluarkan sepatah kata pun) kemudian saya bercerita tentang problem saya tersebut. Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada kohati tersebut atas inisiatifnya. “nanti saya selesaikan sendiri problem saya”

kohati: “ok.. kalau saya pergi dulu yaa… ada yang harus di selesaikan”

saya: “ok…”

Sembari menunggu, jam sudah pukul 14.15 WIB. Dosen yang ditunggu datang dan saya langsung mengikuti beliau sampai ke ruangan prodi. Karena beliau baru datang maka ia meminta waktu sekiranya lima menit. Kemudian beliau juga mengatakan jika belum mendaftar seminar yang diadakan prodi belum bisa mendaftar. Karena ini sudah diwajibkan yaa mau gimana lagi ‘bersahabat ajalah dengan keadaan’ dan saya pun langsung menuju stand pendaftaran seminar.

Kemudian kwitansi pendaftaran seminar sudah didapat saya langsung menuju ke prodi kembali. Nah karena juga ada yang lain mau mendaftar sempro saya harus antri dulu. Masih ada dua orang lagi. Setelah menunggu dan jam pun kira-kira pukul 15.30 WIB, tibalah puncak dari inti penulisan dari tulisan ini

Alhamdulillah saya mendaftar seminar dan semua syarat administrasi lengkap dengan wajah sumringah.

Kemudian menunggu di luar untuk jadwal sempronya, selang beberapa menit keluar dosen dari prodi “ap… jadwal kamu mungkin hari sabtu jamnya tunggu dulu” sambil menuju ke ruangan depan.

Selang waktu beberapa menit dosen tersebut keluar kembali. “Siapa-siapa aja yang menunggu jadwal seminar?” kemudian mendekat. Dan giliran saya waktunya Sabtu pukul 09.00. Kemudian pengujinya SN, AM, dan AZ.

Saya langsung menuju ke titik kumpul, sesampainya di sana dari kejauhan saya melihat Michael, dan Ferdian Kebe bersama teman-teman lain. Saking seru mereka bercerita saya tidak langsung bergabung karena di sebelah kanannya juga ada teman saya — yang biasa saya sapa dengan sapaan “Ajo”. Ajo di sni bukan ajo dari Pariaman. Ajo tersebut berasal dari Pesisir Selatan. Bagaimana sejarah bisa dipanggil Ajo? itu hanya kami yang tau pada waktu tahun 2014 lalu. Maka dialah satu-satunya ajo di Pessel yang pernah saya kenal.

Selang beberapa waktu Michael bergabung dengan kami kemudian tak lama Kebe juga ikut gabung karena temen-teman yang awalnya berdiskusi dengan mereka sudah berangsur-angsur pulang.

Setelah beberapa menit datang Herman dan kami pun larut dalam perbincangan, nah, hujan pun turun sembari herman dan michael chat dengan cewek yang sama beriisial “A”.

Michael Jarda lagi kasmaran dan Herman Pelani sebagai Mak Comblang.

--

--