Hampir Jodoh/Bodoh

Indah Veidasari
carito kito
Published in
2 min readJul 31, 2018

Ini terlalu rumit,

Tak mampu aku membahasakan kita.

Siapa aku dan siapa kamu,

Aku terlalu terburu-buru untuk menjadi bodoh.

Bagimu aku tak terlihat atau mungkin memang aku tidak pernah kau lihat?

Takkah kau tahu, bahwa aku ini ada?

Demi tuhan aku tak pernah berdoa untuk memaksa kita,

juga tak pernah mengemismu pada penciptamu.

Biarlah rasaku, rinduku, pun sakitku, kutanggung sendiri.

Mereka tak pernah menuntut untuk kau kasihani

Diam-diam tak lepas mencintaimu.

Aku hanya ingin diberi sabar agar tetap sabar,

sebab setauku mencintai sendiri itu,

harus berbesar hati pada kenyataan.

Sayang, rusaklah segala rasa tentang kita.

Rusaklah agar kamu selalu ingat bahwa kamu pernah merusak sebuah rusuk.

Rusaklah agar aku lupa selupa-lupanya,

tentangmu-tentang kita.

Inginmu aku harus sesakit apa?

Bagian mana lagi yang ingin kau patahkan?

Berbesar hatilah sedikit pada kita, bukan, maksudku padaku.

Cabutlah duri duri ini segera dari tubuhku.

Mencintaimu tak pernah benar-benar kusesali, untukku kau telah cukup;

cukup membahagiakan juga cukup menyakitkan

Aku belum pernah melihat diriku sekuat ini, tapi demimu, aku lakukan

Harusnya aku tak bersikeras pada kita, juga tak perlu bersusah payah untukmu,

Kita tak perlu pura-pura menjadi kita,

kamu adalah kamu dan aku tetaplah aku

Lalu kita?

Lupakan…

Jadi pergilah…

Sebab yang tulus tidak butuh dicintai untuk mencintai seseorang.

Cinta ini milik Tuhan, bukan aku.

Apalagi kau yang pasti bukan hakku

Dan sekali lagi, cinta meyakinkanku bahwa hitam dan putih tetap ada,

meski kita memilih pada yang lain

Aku hampir merasa kau segalanya,

kau hampir membuatku berhenti mencari.

Kau yang singgah tapi tak sungguh sungguh

Semua seakan membahagiakan sampai aku berpikir aku merasa memiliki “hak” untuk menuntut.

Berbiasalah dan berbahagialah,

sebab kita patut bersyukur atas ketidakbersamaan yang sementara ini.

Dan untuk segala ingin yang tak kau dapati dariku, semoga terganti.

Ingatlah selepas ini, kau mungkin akan kehilangan kita;

yang kau bunuh aku di dalamnya,

sebab sakitnya tak akan pernah rata jika dibagi dua.

Bahkan setelah “kita” tiada,

harapan itu masih ada.

Aku bodoh sempat berfikir aku dan kamu akan berjodoh.

--

--