Kala senja bersinar jingga di ufuk barat,
deretan ombak saling kejar mengejar,
desiran angin menambah nikmatnya alunan tarian nyiur kelapa.
Belum sempat aku bernafas lega, baru mencari sisa kesadaran setelah letih tidur. Aku buka WA tanpa tedeng aling masuk pesan dari Herman. Isinya mengandung setengah pemaksaan, “mana tulisan?”…
Jujur saja aku sedang malas nulis, eh tapi terpaksa karena komitmen mengisi Carito Kito kepada juniorku yang terrrrrrrrrrrrrrrrrganteng di jurusan. Namanya Herman Pelani, aku kira dia ada hubungan darah dengan si kribo Felaini. Rupanya dugaanku salah besar!