Kenapa Memilih CassetteDecks?

Fandy Diadline
CassetteDecks
Published in
2 min readOct 22, 2019

Sebelumnya

Ada beberapa nama yang akan dipilih. Mulai dari SpotifyDecks, Stereotape, dan WAVEFORM. Setiap nama akan saya jelaskan satu-persatu.

Hingga akhirnya saya memilih CassetteDecks. Mungkin ada pengaruh dari sebuah era. The Decade That Made Us.

SpotifyDecks. Nama yang tidak jadi saya pakai. Karena pada awalnya blog saya memiliki beberapa topik. Tidak fokus pada satu titik topik lagu dan seni sejenisnya. Sedangkan jika saya ingin berbagi pada satu topik, maka pembahasan lainnya menjadi semu.

Berubah menjadi bukan blog-pribadi-yang-memiliki-banyak-topik.

Akhirnya saya putuskan untuk topik lagu tersebut saya jadikan blog tersendiri. Karena sepertinya saya sedikit kesusahan posting selain topik tersebut. Khawatir menjadi terlalu banyak bahasan mengenai lagu.

Karena saya sering memakai Spotify. Sempat terpikirkan untuk berbagi materi bersumber dari Spotify saja. Itulah kenapa sempat terpikirkan memiliki nama SpotifyDecks. Namanya juga terinspirasi dari TweetDeck.

Stereotape. Nama ini juga menjadi calon nama blog. Tidak ada penjelasan spesifik. Selain saya ingin membahas lagu dan mencari tema tahun 80–90an.

Namun semua itu urung saya pakai, karena ternyata ada topik lain yang bisa saya tambahkan di sini. Film dan serial.

WAVEFORM. Lahir nama ini ini karena saya terpikir bentuk gelombang suara yang tercipta ketika menonton dan mendengarkan media yang saya nikmati.

Tetapi entah kenapa terdengar terlalu technical. Tidak jadi dipakai.

CassetteDecks

Lahirlah nama CassetteDecks. Saya kembali ke akar. Kali pertama saya bermain-main dengan sebuah alat yang kemudian berevolusi dari sebuah hiburan menjadi sebuah kebutuhan primer kedua (huh?)

Pada waktu kecil, Bapak saya sering mendengarkan lagu dari Pemutar Kaset Polytron. Beberapa yang saya ingat mulai dari ABBA, Scorpions, Koes Plus, dan beberapa artist era 70–90an yang saya tidak familiar pada waktu itu.

Saya sering memainkan dua dek kaset ketika Bapak saya tidak ada di sekitar. Hahah. Semacam memencet tombol Eject, kemudian menekan dek kembali, Eject lagi. Hingga saya merasa cukup.

Saya penasaran sistem mekanik pada Radio Tape tersebut.

Ada lagi merk Panasonic yang waktu itu kalau tidak salah masih memakai nama National. Mohon dikoreksi kalau saya salah. Haha. Perbedaannya dek kaset pada Radio Tape hanya ada satu. Namun tombolnya lebih besar. Dari sisi desain, mungkin terlihat lebih tua.

Sampai sekarang saya masih ingat suara ketika saya memencet tombol Eject tersebut.

Sebuah tempat kaset pita yang sering saya mainkan, kemudian mulai bisa membeli kaset pita, memasukkan kaset pita tersebut ke dalam sebuah dek kaset.

Dengan dek kaset satunya yang juga terisi kaset pita lainnya, menunggu diputar. CassetteDecks.

Originally published at http://cassettedecks.wordpress.com on October 22, 2019.

--

--