Kuning dan Stereotip

Sebuah alasan dan cerita

Fandy Diadline
CassetteDecks
2 min readJan 2, 2020

--

KUNING ITU….

Sejak kecil, saya selalu menghindari warna kuning. Entah itu disengaja atau tidak. Naluri atau bukan. Saya selalu menghindari warna kuning.

Setelah saya ingat-ingat. Mungkin ada beberapa hal yang tergolong sepele dan tidak bisa dinalar. Maklum, masih anak kecil.

Pertama, mungkin karena sangat cerah. Saya melihatnya sebagai suatu keutuhan. Bukan sebagai kombinasi.

Maaf, mungkin ini perkara selera juga. Ketika saya melihat berita di TV, kemudian ada almamater UI lewat di layar. “Arrrgghhh my eyes!”, semacam warna yang selalu mencari perhatian dan mendominasi. Waktu itu.

Kedua, mungkin ada sangkut-pautnya dengan sebuah partai yang identik dengan warna kuning. Entah kenapa pada waktu itu. Semacam ada rasa yang saya sendiri kurang paham sebagai anak kecil. Warna partai sama dengan warna bahan olok-olokan teman sekolah.

Merah, “Wih PDI-P kereeeen!”.

Biru, “Wahahaha, kamu PAN?”

Kuning, (Silahkan taruh ejekekan semaumu di sini).

Itu semua ketika di masa SD. Saya sendiri juga tidak tahu kenapa begitu. Sudah berlalu.

STEREOTIP HINGGA

Hampir dua dekade menghindari warna kuning. Kemudian pada umur 20 tahunan saya mulai mendeklarasikan bahwa saya suka warna oranye. Yang secara spektrum warna, oranye dan kuning adalah warna yang bersebelahan dalam roda warna.

Sedikit demi sedikit saya mulai bersahabat dengan warna aksen kuning.

Hal ini juga mempengaruhi saya ketika belajar dalam dunia desain. Saya cenderung hanya memakai warna-warna favorit. Dan selalu menghindari warna yang sangat “bukan-saya”, seperti pink.

Seharusnya tidak demikian.

PADA AKHIRNYA

Mulai benar-benar menerima warna kuning, ketika ada salah seorang teman saya sangat menyukai warna kuning. Hampir feeds Instagram-nya memiliki warna kuning dan atau kombinasi dengan warna kuning.

Mungkin dia cukup piawai mengatur beberapa parameter yang mungkin dia tidak sadar apa saja yang telah dia pilih. Mungkin kalian akan familiar dengan sebutan Filter Foto, tetapi sebenarnya jauh lebih kompleks dari itu.

Lambat laun, saya semacam mendapatkan enlightment, bahwa memang tidak ada warna yang jelek. Mungkin yang benar adalah kombinasi warna yang jelek.

Pada tahun ini, beberapa desain saya memiliki warna yang tergolong berwarna, bukan “monochromatic” lagi.

Dan mungkin itulah kenapa, mungkin warna kuning akan menjadi warna yang dominan dalam blog CassetteDecks ini.

Semacam menebus dosa, bahwa saya pernah memiliki sebuah stereotip yang tidak perlu namun harus saya lewati.

Dan kemudian pertanyaan selanjutnya adalah, “Kenapa memilih CassetteDecks?”

--

--

Fandy Diadline
Fandy Diadline

No responses yet