My Journey with Linux & How I Learn Open Source!

Laurensius Jeffrey C
Coretan tentang diriku
2 min readAug 10, 2018

Note: This articles will be in Bahasa Indonesia. Original articles is taken from Chapter 4 of my biography book, this book will be publish soon.

Saya pertama kali Linux saat kelas 3 SD, yaitu OpenSUSE 9.3. Sejak itu hinggal kelas 6 SD disekolah saya juga mengenal Distro Linux lain selain SUSE yaitu Ubuntu, Mandriva dkk. Sempat berganti menjadi Ubuntu disekolah tapi tetap kembali menggunakan SUSE.

Karena menggunakan Linux, saat itu mereka menggunakan SMB sebagai file sharing. Jadi setiap anak bisa menaruh file tugas mereka dalam 1 server. dan selain itu command pertama yang saya pelajari di Linux juga adalah ngebuat akun dan kasih password jadi setiap login ke smb://192.168.x.x selalu pake username dan password yang dibuat sendiri.

Lulus dari SD, dan di SMP saya tidak bertemu Linux tapi malah Windows. Itu membuat bertanya-tanya kenapa lebih banyak pengguna Windows? kenapa gak Linux aja, kan free semuanya dan gak musti pake software bajakan. Juga gak perlu mikirin terkena virus komputer. Akhirnya diketahui jika aplikasi seperti Office, Photoshop, dan tentunya Game. adalah penyebab kenapa orang-orang lebih banyak menggunakan Windows.

Terkenal sebagai orang yang nerd banget, ternyata membuat akhirnya saya tidak jatuh kedalam maraknya euforia dan fenomena Game Online di Indonesia. Tak bisa dipungkiri jika itu semua berimbas ke semua kalangan, banyaknya pengangguran dan kenaikannya hingga 15% di tahun 2008–2012 adalah cerminan jika dampak pada euforia tersebut sangatlah besar.

Selama SMP, saya mencoba menyakinkan untuk disekolah menggunakan Linux, tapi itu tidak akan terjadi karena Kurikulum meminta lagi2 adanya word dan photoshop. Walupun di Linux sendiri saya pakai Openoffice Writer dan GiMP (Saat itu masih pake openoffice).

Memasuki SMK pengalaman Linux saya lebih menantang lagi, pengalaman programming saya juga menjadi lebih baik ketika hampir 70% saya bertemu Linux selama 3 tahun tersebut. di tahun terakhir saya juga memutuskan untuk me-maintain sendiri Linux Kernel yang saya gunakan. disitulah Basic dan Bash menjadi bahasa yang sering saya gunakan sampai sekarang. Sayangnya untuk sekarang Kernel yang masih saya maintain hanya untuk Archlinux dan distribusinya.

Saat kuliah justru pengalaman tentang Linux malah makin menurun, walaupun awareness saya terhadap Open Source makin meningkat, beberapa karya juga saya publikasi ke Github dan Gitlab. dan pada aktifitas kuliah saya juga memulai untuk banyak menggunakan Windows, karena saya berusaha mengalah dengan para dosen yang Windows User. Walaupun dalam hati saya kesel kenapa masih aja dosen yang berhubungan dengan IT masih pake windows, padahal windows membatasi developer untuk bereksplorasi.

Ketika saya menulis ini saya juga menggunakan Windows 10 Developer Inside. Tetap pake windows 10 kerjaannya masih belajar jadi Bug Hunter makanya pake Developer Inside.

Masuk di semester baru semoga aja bisa kembali menaburkan benih-benih cinta Open Source dan membuat teman-teman pindah ke Linux. Walaupun alasan mainstream yang selalu muncul karena di Linux kompabilitas ke Game masih sangat kecil, jadinya mereka susah untuk move on. Yuk Go Opensource untuk lebih Produktivitas.

That’s what makes Linux so good: you put in something, and that effort multiplies. It’s a positive feedback cycle. — Linus Torvalds

Love Linux,
Laurensius Jeffrey.

--

--

Laurensius Jeffrey C
Coretan tentang diriku

AI Geek who loves to share his story, Founder of Ascendio Foundation.