Bagaimana Jika Filsafat Digunakan untuk Membahas Teknologi dan Sains?

Sebuah liputan dan hasil Diskusi Buku Filsafat Teknologi, Don Ihde tentang Dunia, Manusia, dan Alat

Catatan Kaki
Catatan Kaki
5 min readApr 12, 2018

--

Diskusi buku di Ruang ETD Perpustakaan FT UGM (dok: Catatan Kaki)

Apabila di hari-hari biasa mahasiswa yang memanfaatkan Ruang ETD Perpustakaan Fakultas Teknik tidak diperkenankan membuat suara-suara berisik, Selasa sore (06/03/2018) itu, suasana terlihat berbeda. Meja dan kursi dipinggirkan, karpet dibentangkan, dan orang-orang duduk melingkar untuk berdiskusi sembari menikmati sajian secangkir teh hangat yang dihidangkan spesial oleh Pak Purwoko.

Cerita punya cerita, Perpustakaan Fakultas Teknik sedang giat mengadakan beragam agenda untuk memasyarakatkan literasi. Sebuah inisiatif yang disambut baik oleh kami, yang berkolaborasi menyelenggarakan acara Diskusi Buku Filsafat Teknologi: Don Ihde tentang Dunia, Manusia, dan Alat. Pada kesempatan kali ini, acara ikut dihadiri dan dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik, Pak Nizam, dan dibarengi oleh Mas Rangga Kala Mahaswa (mahasiswa Filsafat UGM), serta dimoderatori oleh salah seorang kawan kami, Indra Bayu S.

Diskusi kali ini berjalan menarik, menghadirkan bahasan filsafat di tengah-tengah lingkungan mahasiswa Fakultas Teknik. Sebuah bahasan yang abstrak dan relatif jauh dari obrolan sehari-hari para calon insinyur ini.

Filsafat sering dikaitkan dengan hal-hal abstrak, sebuah pencarian hakikat dari segala hal, bisa berangkat dari sesuatu yang sederhana namun sangat mendalam, kadang-kadang semakin dalam semakin sulit dipikirkan, bahkan tidak jarang menjadi kurang konsisten apalagi ilmiah. Namun, bagaimana jika filsafat digunakan untuk membahas ilmu pengetahuan dan teknologi? Maka muncullah pertanyaan, apa itu teknologi? Apa itu sains? Darimana mereka muncul? Dengan ini apakah filsafat bisa menjadi ilmiah? Atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi mistis? Buku ini memberikan sedikit pandangan tentang teknologi dan bagaimana hubungannya dengan sains, manusia dan dunia dari kacamata filsafat.

Buku Filsafat Teknologi: Don Ihde tentang Dunia, Manusia, dan Alat ini ditulis oleh Francis Lim, yang secara keseluruhan terdiri dari lima segmen. Dimulai dari pembahasan mengenai perkembangan filsafat teknologi dan filsafat sains, kemudian dilanjutkan dengan kajian mengenai pemikiran Heidegger dan Ihde. Pada segmen ketiga dijabarkan mengenai bagaimana hubungan teknologi dengan dunia dan kehidupan, bagian keempat berbicara mengenai dampak teknologi terhadap manusia dan dunianya serta bagian terakhir merupakan opini Lim terhadap gagasan Don Ihde mengenai teknologi dan hal-hal yang berkaitan dengan teknologi, dalam hal ini sains, manusia dan dunia.

Menyoal tentang, sebenarnya apa itu teknologi? Apakah ia sebuah rekayasa atau bukan? Dimulai darimanakah teknologi itu? sampai dimana batasan definisi dari teknologi itu sendiri? Apakah jika kita mengetahui tanah dapat digunakan untuk memijak, tanah tersebut bisa menjadi teknologi? Jawaban atas hal ini, sedemikian dapat diupayakan dengan melakukan penelusuran dengan aliran filsafat mana yang ingin digunakan. Apakah monisme? Eksistensialisme? Dualisme? Ataukah materialisme? Atau yang lainnya? Karena pendefinisian tersebut akan kembali pada perspektif sang penganut aliran itu sendiri, dengan kata lain filsuf yang dirujuk. Sehingga tidak jarang definisi tersebut menjadi spekulatif karena tergantung dengan idealisme pemberi definisi. Singkatnya, silahkan, anda ingin percaya kepada siapa.

Mengenai sifat teknologi sendiri, apakah ia dapat dianggap sebagai materi ataukah cukup dapat dimulai dari sesuatu yang bersifat teknologis, ini pun akan dikembalikan kepada konteks yang sedang dititikberatkan. Teknologi dapat dianggap sebagai materi karena dia ada secara nyata, dapat dilihat, disentuh, dirasakan. Sedangkan dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi dapat dianggap sebagai instrumentasi dari suatu konsep abstrak. Sehingga cukup dengan sesuatu yang bersifat teknologis tadi.

Dalam buku ini, teknologi memiliki empat bentuk relasi dengan manusia, yaitu, kebertubuhan, dimana hubungan tersebut terjadi ketika teknologi menyatu dengan tubuh. Boleh jadi tidak disadari bahwa teknologi tersebut bertubuh dengan manusia namun dapat memberikan magnifikasi bahkan amplifikasi terhadap hal yang dapat dilakukan dengan teknologi itu. Namun selalu ada reduksi dari penggunaan teknologi. Misalnya, seorang dokter gigi menggunakan alat bantu untuk memeriksa gigi pasiennya. Adalah sebuah ampifikasi bahwa ia dapat menjangkau bagian gigi yang sulit dijangkau jika hanya dengan tangan. Namun, reduksinya adalah tidak ketidakmampuan alat tersebut mentransfer apa yang dapat dirasakan dokter tersebut jika ia memeriksa gigi pasiennya dengan tanpa alat bantu. Kedua, adalah hubungan hermeneutis, teknologi dibaca untuk ditafsirkan. Misalnya, thermometer untuk ruangan, jam, suara, visual, dan sebagainya. Ketiga, ada hubungan keberlainan, yaitu ketika teknologi dapat menjadi sesuatu yang lain bagi manusia jika teknologi tersebut mengalami perubahan. Contohnya ketika komputer seseorang rusak, komputer tersebut dapat menjadi sesuatu yang lain bagi orang tersebut. Lain dari komputer itu ketika masih dapat berfungsi dengan baik. Terakhir adalah hubungan latar belakang. Ketiga hubungan lainnya menyatakan peran alat/teknologi dalam memediasikan dunia. Sedangkan hubungan latar belakang timbul jika teknologi menjadi lingkungan manusia yang hanya sebagai pelengkap. Misalnya AC, lampu, dan sebagainya.

Dalam sesi tanya jawab (dok: Catatan Kaki)

Bagaimana dengan kedudukan teknologi dan sains? Mana yang lebih dulu? Atau mana yang perlu diutamakan? Paradigma yang sudah lama berkembang adalah bahwa kita harus menguasai ilmunya dulu untuk mempraktikkan sesuatu (dengan teknologi). Tanpa teori yang mumpuni, barangkali teknologi bisa jadi liar dan tidak terkendali. Ternyata hal ini pun masih menjadi pertanyaan besar dalam dunia filsafat. Mana yang lebih dulu, teknologi ataukah sains? Kembali lagi, siapa filsuf yang ingin anda percayai, karena setidaknya memang terdapat dua pandangan yang berbeda. Ada yang berpendapat sains lebih dulu dari teknologi dan sebaliknya. Mengapa? Sebabnya, filsafat teknologi pun lahir dari perdebatan antara episteme dan techne. Episteme cenderung kepada pengetahuan sedangkan techne lebih cenderung kepada cara menyingkap sesuatu (dengan teknik, seni, skill dan yang sebanding dengan hal tersebut). Untuk sedikit memberikan pendapat tengah, melalui filsafat teknologi kontemporer, pemahaman tentang hal ini diarahkan pada paradigma inter-disipliner, sehingga terdapat irisan antara filsafat sains dan filsafat teknologi. Keduanya saling bertemu pada satu titik dimana sains dan teknologi sejajar dan saling membutuhkan.

Tentang tanggapan pemikiran Don Ihde pada buku ini, setidaknya perlu didahului dengan pemahaman atas gagasan Don Ihde sendiri, diantaranya adalah bagaimana teknologi dapat mentransformasi manusia, baik dari segi pola pikir, perilaku dan kebiasaan. Selain itu, Ihde juga ingin membuat kita dapat menemukan cara baru melihat teknologi melalui empat relasi antara manusia dengan teknologi tersebut. Di sisi lain, Ihde ingin menunjukkan bagaimana teknologi dapat membawa dampak pada lingkungan dan kehidupan manusia. Dari sini, Lim memberikan kritik bahwa Ihde mengesampingkan dimensi sosial dari pemikirannya terhadap teknologi itu. Ihde kurang mengeksplorasi teknologi dalam dimensi kultural. Ia hanya berfokus pada teknologi atas dirinya sendiri dan terhadap individu lainnya. Inde juga lupa membedakan teknologi tradisional dan modern bahkan menghilangkan persoalan transfer teknologi dan etika.

Teknologi dapat tertanam dalam budaya manusia, membawa nilai budaya dan melahirkan multistabilitas. Selain itu, teknologi dapat menimbulkan keberagaman persepsi yang mungkin dari hanya satu objek yang sama. Teknologi pun dapat menimbulkan plurikulturalitas. Pada umumnya merupakan efek lanjut dari multistabilitas. Oleh sebab itu, eksplorasi terhadap pengaruh aspek-aspek etik dalam dimensi kultural dan plurikulturalitas diperlukan, untuk memperluas pemahaman atas hubungan, pengaruh dan dampak teknologi terhadap kehidupan.

Terlepas dari perdebatan dan banyaknya perbedaan pandangan terhadap teknologi, sains dan pengaruhnya terhadap manusia dan dunia, yang menjadi penting adalah, kita menyadarinya. Kita menyadari berbagai kemungkinan pandangan itu. Sehingga kita acuh pada pengaruh-pengaruh teknologi, mulai dari skala paling mikro dan paling dekat dengan kita, hingga pengaruhnya bagi kehidupan manusia seluruhnya. Selain itu, dampaknya dapat kita sadari pula sebagai peringatan bahwa teknologi bisa berbalik menyerang bila tidak mampu kita kendalikan.

Bagaimana? Tertarik untuk membahas hal ini lebih dalam?

Terimakasih kepada Perpustakaan Fakultas Teknik UGM, serta pihak-pihak yang ikut mendukung penyelenggaraan diskusi ini.

oleh: Icha Ludyawati dan Fadhila Nur Latifah Sani
dokumentasi: Uray Zulfikar

--

--